09

30.5K 1.5K 12
                                    

"Hahahaha, komuk lo tadi kocak banget. Sumpah Tha, gak bohong gue. Hahahaha."

Eve masih tidak bisa menghentikan tawanya dari tadi. Saat ia bisa menghentikan tawanya, ia akan kembali terbahak saat melihat wajah Agatha.

Ingatan wajah Agatha saat penuh dengan cream beserta ekspresi wajahnya saat itu, benar benar tidak bisa ia lupakan.

Andai saja dia mem videokan kejadian tadi, pasti ia akan mengunggahnya di sosial media. Sayangnya ia tidak sempat melakukan itu.

Ia terlalu sibuk tertawa sampai lupa dengan rencana gila nya. "Diem lo. Bukannya simpati sama gue, malah ngetawain gue. Awas aja kalau nanti lo nikah." Sinis Agatha.

Ia dibantu dengan Liana untuk membersihkan wajahnya. Acara pernikahannya sudah selesai dari satu jam lalu.

Sekarang, ia sudah ada di rumah mertuanya. Untuk sementara ia dan Sean memang akan tinggal si rumah orang tua Sean.

Bukannya tidak bisa membeli rumah sendiri. Tapi Agatha ingin mendekatkan dirinya dengan sang mertua.

Sebelumnya ia memang sudah dekat dengan sang mertua, mengingat ia dan Eve sudah bersahabat sangat lama.

Tapi posisinya sekarang berbeda. Ia datang kerumah ini sebagai menantu, bukan sebagai teman Eve. Pastinya suasananya juga sedikit berbeda.

"Sebenarnya, mama juga mau ketawa tadi Tha. Baru kali ini mama datang ke acara nikahan dengan suasana seperti tadi. Mana di pernikahan anak mama sendiri." Anindira Kiyoko, nama ibu Sean, yang berarti mertuanya.

Anindira adalah tipikal ibu yang sangat humble. Dia bahkan bisa berubah seperti anak remaja saat bersama Eve. Dan semoga sifatnya itu tidak berubah sekarang.

"Boleh juga tindakan lo tadi Raka. Boleh lah gue tiru di pernikahan Eve nanti. Eve kan sebelas dua belas sama Agatha." Raditya Zaidan Darmana, ayah mertuanya.

Jika Anindira adalah sosok ibu yang sangat pro dengan anak anaknya, maka Zaidan adalah tipe ayah yang selalu bersitegang dengan anak anaknya.

Ada saja hal yang membuat Zaidan mengusik anaknya, terutama Eve. Ayah dan anak itu seperti kucing dan anjing yang tidak pernah bisa akur.

Tap dibalik sikap menyebalkan Zaidan, dia hanyalah sosok ayah yang sangat menyayangi anak anaknya. Seperti Raka. Hanya penyampaiannya saja yang berbeda.

"Sama sama kayak monyet lepas kan?" Sahut Raka. Sepertinya pria itu punya besan yang sefrekwensi dengannya.

"Nah. Sama sama liar mereka. Duh, gimana nasib gue nanti? Mana anak lo tinggal di sini lagi. Ngadepin satu monyet aja udah pusing, eh sekarang nambah satu."

Dughhh

Saru bantal sofa melayang dengan indah di atas kepala Zaidan. Pelakunya tidak lain ya putrinya sendiri.

"Kan, kan. Baru juga gue ngomong, eh udah liar aja anak nya." Zaidan menggerutu pada Eve. Kepalanya terasa sedikit nyut nyutan sekarang. Meski bantal sofa itu lembut, tapi tenaga yang digunakan oleh oleh Eve sangat kuat.

"Tu congor pengen gue jejelin cabe hah. Enak banget gue yang cantik cetar membahana kayak gini dibilang mirip monyet." Gerutu Eve.

"Tenang aja kali. Kalau lo monyet berarti bokap lo juga monyet. Kan lo anak nya dia. Jadi, lo monyet, dia bakapnya monyet. Impas kan."

Tos dilakukan oleh Agatha dan Eve. Kedua perempuan itu memang sangat kompak dalam segala hal. Seperti ini contohnya.

Zaidan sendiri hanya bisa mendengus melihat aksi putri dan menantunya. Sesaat, dia mengira Agatha membelanya tadi. Tapi siapa sangka jika Agatha justru ikut menyudutkannya.

SILENT GIRL [END]Where stories live. Discover now