|SW 10| Mulai Mencair

10.8K 485 20
                                    

Halo guys. Apa kabar? Semoga kabar kalian selalu baik-baik aja. GUYS KALAU KOMEN DI PART INI TEMBUS SAMPAI 50 ATAU LEBIH KOMEN AKU BAKAL UP DOUBLE DI KEESOKAN HARINYA.
GAS KOMEN 💜

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Bahkan kutub es saja bisa mencair secara tiba-tiba, aku yakin suatu hari nanti akan ada masanya dimana kita berdua menjadi kita, seperti mereka yang saling mencintai karena ada rasa.
|Anindya|

HAPPY READING!

••••••|×××××××××××{{•••••••••••••×××××××

"Lo turun duluan, nanti gue nyusul," ucap Arsa pada Anindya yang tak akan menyangka bahwa pria ini akan membawa dirinya ke papa mertua.

"Lo gila?" tanya Anindya menatap Arsa kesal.

Arsa menolehkan kepalanya secara spontan. "Makin lama makin ngelunjak, ya, Lo."

"Bukan gitu. Maksud gue kenapa ketemu papa gak pulang dulu? Mau taruh dimana harga diri gue sebagai menantunya? Gue gak bawa apa-apa, muka kucel, masih pakai baju praktek lagi," celoteh Anindya yang merasa tak mempersiapkan apa-apa.

"Gak usah bawel. Gue lebih pinter dari Lo," sambung Arsa merasa tak suka dengan sikap Anindya yang seolah semena-mena pada dirinya.

"Maksudnya?" tanya Anindya semakin bingung ditempatnya.

"Mending Lo jalan duluan ke ruang inap papa. Gue nyusul nanti. Inget kita harus sandiwara didepan mereka. Gue gak mau papa kecewa," tutur Arsa memperingati Anindya yang akan keluar dari mobilnya.

Anindya tak menjawab. Tanpa diberi tahu oleh Arsa, ia juga akan menerapkan hal tersebut di depan kedua orang tuanya. Jujur dalam hati ia merasa bersalah, karena berusaha menutupi hubungan mereka yang sebenarnya. Tapi mau bagaimana lagi? Nasi yang sudah jadi bubur tidak akan berubah walau sudah ada usaha untuk merubahnya.

Dengan pakaian koas dan tasnya, Anindya berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Ya, bisa dibilang rumah sakit ini memiliki fasilitas elit dari rumah sakit yang lainnya. Bintang rumah sakit ini pun sudah bintang lima, jadi tidak perlu diragukan lagi bagaimana pelayanannya. Kebetulan orang tua Arsa dirawat dilantai paling atas yang membuat ia harus menggunakan lift untuk menuju ruang inap kelas atas. Setelah pintu lift terbuka ia menyiapkan mental dan berusaha untuk menghilangkan rasa lelahnya.

"Nomor 56 bener, kan? Jangan sampai salah, nih," ucap Anindya pada dirinya sendiri. Pasalnya ia samar-samar mengingat tapi tidak mengingat secara pasti.

"Assalamualaikum," salam Anindya seraya membuka pintu ruangan tersebut. Benar saja seorang wanita paruh baya langsung menyambut kedatangan nya.

"Eh, jangan dekat-dekat Anindya, ma. Anindya bau belum mandi," tolak Anindya, namun Vera yang sudah merindukan menantunya tak menanggapi hal tersebut.

"Kamu wangi kok. Bawa baju ganti gak? Kalau bawa mending mandi di sini aja," tanya Vera yang begitu peduli pada menantunya.

Anindya menggelengkan kepalanya. Jangankan baju ganti, hal-hal yang harus ia bawa ke sini saja ia tak membelinya. Tatapan Anindya kemudian terarah pada seorang pria paruh baya yang menatapnya. Pria paruh baya yang bahkan sempat tersenyum kecil. Ia pun mendekati sang papa mertua, meraih tangannya lalu mencium punggung tangannya.

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta Where stories live. Discover now