04 - Sama Tapi Berbeda

105K 6.5K 46
                                    

Dimensi kedua adalah duplikat dimensi pertama, seisinya persis namun nampak berbeda. Wajah-wajah yang Rene lihat tidak asing, yang ternyata mereka, berwajah sama dengan manusia di dimensi pertama. Ketika melakukan perjalanan menuju rumah Viona, Rene tidak sengaja melalui jalan yang mengantarkannya ke dimensi kedua.

Ini bukan tentang dunia novel, bukan tentang perpindahan jiwa, bukan juga kelahiran kembali. Tapi tentang lompatan waktu dan dimensi, di mana Rene melalui lompatan waktu dan berpindah dimensi. Alasan kenapa bahasa di sini Rene mengerti tapi terdengar sangat baku, karena ini memang dimensi berbeda dengan dimensinya.

Ibarat kata, ada Negara Indonesia dan juga Negara Rusia. Bahasa Rusia akan terdengar asing bagi orang Indonesia, begitu pula dengan Rene tapi bedanya, Rene seakan memiliki penerjemah kata di kepalanya. Ini dimensi kedua! Berbeda dengan dimensi pertama, di sini, tidak ada Rene si penulis, hanya ada Rene si istri dan Ibu. Padahal Rene di dimensi pertama, dia masih gadis.

Mungkin masih belum memahami, singkatnya. Rene pindah dimensi! Lebih gampang lagi untuk memahami, anggap saja jika Rene pindah ke kembarannya bumi. Sama-sama tempat hidupnya makhluk hidup tapi peran, pekerjaan, status, dan segala macamnya, jauh lebih maju dari peradaban dimensi pertama.

"Kau adalah istri dan Ibu di sini, Irene Jossi. Jangan lupakan peranmu,"

"Kalau aku tidak peduli?"

"Kau akan semakin merasakan, bagaimana sakitnya ketika energimu terkikis. Ingatlah, bahwa kau pernah menempati dimensi pertama tanpa ingatan yang hilang ketika pindah ke dimensi kedua. Irene, jangan memikirkan persepsi apa pun. Jalani kehidupanmu di sini sebagai dirimu, jangan mencoba menjadi orang lain. Tapi harus tetap ingat, kau punya suami dan anak!"

Bolehkah Rene menangis sekarang? Dunia benar-benar fantasi untuknya sebagai penulis genre fantasi-romantis! Perpindahan jiwa dan kelahiran kembali, mungkin masih bisa Rene terima karena dia juga hobi menulis cerita tentang keduanya. Tapi jika melalui perjalanan waktu dan bahkan melompati dimensi, siapa yang tidak akan depresi?

Satu-satunya barang yang bisa dia gunakan untuk berkomunikasi dengan Viona sudah tidak ada, lebih tepatnya, ponselnya di mobil dan mobilnya entah di mana. "Rene, jangan mencoba-coba untuk bertindak gegabah apalagi sampai banyak yang menaruh curiga padamu. Kau di sini atau di sana, sama! Sama-sama Irene Jossi!"

"Beda! Aku belum menikah tapi di sini aku sudah menikah! Bahkan aku sudah punya anak!" Rene mengacak rambutnya, "Apakah aku tidak bisa kembali ke dimensi pertama? Aku rindu Indonesiaku!"

"Tidak bisa, Irene. Kau abadi di sini, tidak akan ada cara untukmu kembali karena tempatmu sekarang, memang di sini. Nikmati saja statusmu sebagai Nyonya kaya raya, kau tidak perlu lagi bekerja untuk mendapatkan uang. Semua kebutuhanmu juga terpenuhi, bahkan tidak peduli jika kau ingin mengabaikan anak dan suamimu."

Untuk kalimat terakhir, Rene merasa tidak terima. "Aku tidak sejahat itu! Udahlah! Sana pergi! Kau ini, datang hanya untuk menambah bebanku saja!"

"Bukan menambah beban, aku hanya berniat baik untuk menjawab semua kebingunganmu."

***

Setelah sosok itu menghilang, Rene kembali berbaring di atas ranjang. Pantas wajahnya tidak berubah, ternyata dirinya memang dirinya di sini. Mungkin ketika melihat wajah suaminya nanti, Rene akan merasa kenal. Lanie saja, kini sudah tidak asing di matanya. "Di dimensi pertama, Lanie itu pemilik perusahaan penerbitan semua buku-buku aku."

Tapi di dimensi kedua, Lanie malah bekerja sebagai pelayan pribadi. Dirinya juga, yang semula gadis dan tidak pernah memiliki kekasih, kini sudah menikah dan juga sudah punya anak. Benar-benar takdir yang berbeda dengan kehidupan saat di dimensi pertama. Perlahan-lahan, Rene mulai bisa menerima takdirnya, tapi bukan berarti dia akan mengabaikan anak juga suami, mau bagaimana pun, mereka tetap keluarga kecilnya.

Rene jadi penasaran, apakah anaknya cantik atau tampan? Satu atau dua? Dia tersenyum sembari berjalan membuka pintu, "Lanie!"

"Saya, Nyonya."

"Di mana anakku?" Rene tidak tahu, anaknya ada satu atau dua, jadi dia bertanya saja. Tapi reaksi Lanie yang tak biasa, membuat Rene harap-harap cemas seketika. "Tuan muda masih di sekolahnya, Nyonya."

Tuan muda? Berarti anaknya laki-laki dan hanya satu, "Kapan anakku pulang?"

Di telinga Lanie, kata anakku yang Rene ucapkan terdengar asing dan sensitif sekali. "Tuan muda akan pulang sekolah pada pukul tiga sore," Rene melirik jam tangan di pergelangan, dia pun mengangguk saat masih ada waktu 4 jam sebelum anaknya pulang sekolah.

"Kalau begitu, aku akan membuatkan makan siang untuk suamiku. Aku akan mengantarnya ke tempat kerja suamiku," Rene belum tahu suaminya ini kerja di mana, jadi dia akan membawa Lanie. Tapi jika di lihat dari betapa mewahnya kediaman dan banyaknya mobil di garasi juga pelayan serta pengawal yang tidak terhitung, suaminya pasti seseorang yang tidak bisa di singgung.

"Nyonya! Jangan menyentuh itu!"

Rene refleks, menarik kembali tangannya yang hendak mengambil wajan. Dia berbalik badan menatap Lanie yang berubah pucat sekali wajahnya, "Kau kenapa? Aku hanya ingin membuat makan siang untuk suamiku,"

"Terakhir kali kau ke dapur hanya untuk meracuni suamimu,"

Suara sinis dari arah pintu belakang dapur, membuat Rene juga Lanie menoleh. Rene mengerutkan keningnya, "Viona?"

"Oh, kau sudah mulai bisa menyebut namaku?"

Rene kebingungan, Viona yang ada di depannya seperti bukan Viona yang dirinya kenal. Viona itu sahabat baik Rene, yang selalu ada untuk Rene. Tapi kenapa sekarang, Viona nampak jelas menunjukkan kebenciannya pada Rene. "Siapa kamu?" Pada akhirnya, Rene memilih bertanya dengan pura-pura tidak mengenal, tapi suara tawa terdengar, Rene mengepalkan tangannya erat, dia benci Viona di dimensi kedua ini.

"Seseorang yang akan menggantikan posisimu sebagai Nyonya La Elguerro," Viona melewati Rene dengan menabrak bahunya.

Rene benar-benar tidak menyangka, apa yang setan itu sebutkan ternyata memang benar. Ya, Rene menyebut sosok itu sebagai setan. Sebagaimana si setan menjelaskan, jika manusia di dimensi pertama dan kedua adalah orang yang sama dengan takdir berbeda. Yang dulu sahabat dekat, kini musuh bebuyutan. Rene mulai menerima kibaran bendera perang karena berpikir, Viona yang di temuinya tadi bukanlah Viona sahabatnya.

Hanya kebetulan, mereka memiliki nama dan wajah yang serupa tapi berbeda moral.

"Lanie, apa dia memang lancang seperti itu pada istri Tuan rumah?"

Lanie tersenyum sekilas sembari mengangguk, "Dia orang kepercayaan Tuan La Elguerro dalam mengurus rumah tangga."

"Mengurus rumah tangga? Kenapa dipercayakan padanya? Aku ini istrinya! Harusnya aku yang di beri kepercayaan!"

Lanie tetap tersenyum, "Anda sendiri yang menolak semuanya, Nyonya. Maka Tuan hanya meringankan beban Anda dengan merekrut pelayan di bagian pengurusan rumah tangga, keuangan dan lain sebagainya."

"Cih! Babu aja belagu," gumamnya.

"Anda bicara sesuatu, Nyonya?"

"Tidak,"

***

SPAM KOMENT UNTUK NEXT!!

Perpindahan Dimensi Sang Penulis Where stories live. Discover now