26 - Menikah Lagi

57.6K 3.6K 239
                                    

Lucas mengecup bibir istrinya begitu lama, napas keduanya terengah-engah dengan keringat membanjiri. Juga Rene yang masih memeluk Lucas dengan sesekali menggigit leher sang suami, "Lucas. Ini sudah semakin siang, sudah kan? Aku harus menemani Ezekiel sarapan,"

"Lagi-lagi Ezekiel, semua saja tentang Ezekiel di rayakan!"

Lucas cemberut, pria itu melepas penyatuan dan masuk kamar mandi dengan menghentak-hentakkan kaki. Rene? Wanita itu terkekeh, dia lebih mirip punya dua anak jika begini. Kalau dirinya hanya membelikan satu mainan maka salah satunya akan merajuk. Nah, persis seperti Tom and Jerry di kediaman Elguerro ini yang selalu merajuk jika Rene memperhatikan salah satunya saja.

"Jika punya anak lagi, aku takut kena darah tinggi menghadapi mereka." Rene turun dari ranjang, wanita itu mengambil pakaiannya dan Lucas yang berserakan di atas lantai, memasukkannya ke dalam lemari yang berisi pakaian kotor lalu masuk ke kamar mandi. "Ngapain masuk? Aku mau mandi, jangan ngintip ya."

"Lucu banget kalau pria dingin lagi ngambek sama istrinya,"

"Apa sih? Sana deh!"

"Yakin?" Rene berancang-ancang ingin pergi, tapi Lucas sigap menarik pinggangnya dan membawa Rene ke dalam bathup. "Tadi ngusir, sekarang kok malah di peluk?"

"Biar saingan kamu bisa cepat jadi!"

Rene tertawa, menikah ternyata semenyenangkan ini. Jika tahu, dari dulu kayaknya Rene memutuskan untuk menikah dari pada menghabiskan waktu dengan berpacaran tidak jelas. Sedangkan di luar tepatnya di meja makan, wajah Bramasta sudah begitu buruk. Dia menunggu di meja makan sudah hampir 2 jam tanpa boleh menyentuh makanan.

Kalau kata Ezekiel, "Tidak ada sarapan tanpa Mamaku."

Ya, Ezekiel dan Bramasta tetap diam di meja makan, sudah 2 jam mereka berperang dingin menunggu Rene turun. Lucas? Mereka tidak peduli, mau Lucas sarapan atau tidak, ya mereka masa bodo. Hanya Ezekiel yang tengah menunggu cinta pertamanya turun tapi sudah mau 3 jam, belum juga mencium aroma parfum Ibunya.

"Aku bisa tua karena duduk jika begini,"

"Kirain akan mati karena duduk,"

"Mulutmu, Iel! Rasanya ingin aku jahit dengan benang api!"

"Kakek buyut bodoh! Mana ada benang api? Yang ada benangnya habis terbakar!"

"Mulut-mulutku, kok kamu yang sewot?"

"Mulut-mulutku, kok kamu yang ribet?"

Ternyata, titisan La Elguerro memang tidak pernah akur. Selain mereka memiliki satu aliran darah yang sama, mereka juga memiliki hubungan yang sama-sama tidak pernah damai. Rene turun dari kamarnya dengan rambut basah, dia tersenyum kikuk ke arah Bramasta, tidak lupa mengecup pipi putranya yang di balas kecupan di keningnya.

Tidak lama, Lucas menyusul turun dengan wajah secerah matahari di siang bolong. Pria itu mengacak rambut sang anak yang di balas tonjokan di perutnya dari tangan kecil Ezekiel yang memiliki kekuatan seperti Samson, Lucas menyapa Bramasta? Sesuatu hal yang mustahil terjadi. Bahkan pria itu, tidak melirik Bramasta sama sekali.

Melihat leher sepasang suami istri itu, Bramasta mendengus. "Apa susahnya menahan diri setidaknya setelah sarapan baru menanam benih baru!"

"Iri bilang dong, makanya sana, menikah lagi!"

Selain ingin menempeleng Ezekiel, Bramasta juga ingin menginjak leher Lucas yang kurang ajar. "Cucu kurang ajar! Kalian kenapa suka sekali membuatku ingin mati mendadak?"

"Itu tujuan kami!"

Nah, jika begini saja, Lucas dan Ezekiel menjadi kompak. Rene sampai kehabisan kata-kata melihat perdebatan mereka, "Apa kita tidak akan memulai sarapan? Ini sudah semakin siang,"

"Benar, ayo sarapan di mulai!"

Rasanya Lucas ingin melempar sendok ke arah kepala putranya saja, berani-beraninya dia mengambil posisi Lucas sebagai kepala keluarga. Tapi melihat Rene yang tersenyum sembari mengusap kepala Ezekiel, Lucas jadi ikut tersenyum dan memilih meloloskan putranya dari omelan untuk kali ini.

Selesai sarapan, Bramasta mengajak Lucas dan Ezekiel untuk adu tinju, maksudnya, bicara di ruang keluarga. Wanita sih sebenernya tidak di ajak, tapi karena dua penjaga Rene begitu posesif, Bramasta pun membiarkan Rene bergabung. "Ada apa? Cepat, aku sibuk hari ini."

Ya Tuhan, Bramasta ingin sekali memecat Lucas sebagai cucunya tapi dia butuh Lucas untuk kejayaan hartanya. "Kau ini! Tidak bisakah bersikap sopan pada orang tua sekali saja?"

"Oh, sekarang kau mengaku sudah tua?"

"Ya Tuhan! Aku benar-benar akan mati berdiri!"

"Syukurlah,"

"S-syukur?" Rene semakin kehabisan kata-kata dan tidak menyangka, obrolan keluarga kaya, ternyata begini?

"Kau bersyukur jika aku mati berdiri?!"

"Tenang, nanti aku bantu baringkan ke atas pembakaran."

Bramasta berdiri, "Aku tidak jadi!"

"Ya sudah, sana pergi." Tidak Ayah, tidak anak, keduanya sama-sama menjengkelkan. Bramasta pun pergi meninggalkan kediaman Lucas dengan perasaan dongkol, meninggalkan Lucas dan Ezekiel yang kembali mengibarkan bendera perang.

Lucas memeluk lengan kanan Rene, Ezekiel memeluk lengan kiri Rene, keduanya saling menghunuskan tatapan tajam. "Mama itu Mamaku! Lepaskan tanganmu!"

"Mamamu ini istriku! Lepaskan tanganmu!"

"Kamu yang lepaskan!"

"Kau!"

"Kau!"

"Kau!"

"Diam! Kalian berdua yang lepaskan tanganku,"

Lucas dan Ezekiel langsung menciut jika singa betina sudah menunjukkan taringnya, mereka seperti kucing yang ketahuan mencuri. Menatap takut-takut ke arah Rene, "Berdiri! Kamu, Iel, mandi! Dan kamu Lucas, cepat siap-siap! Bukankah kamu ada pekerjaan di kantor hari ini?!"

"Iya, Mama."

"Iya, sayang."

Kedua pria yang garang di depan tapi penakut jika di hadapkan dengan Rene itu mulai berjalan beriringan dengan kepala menunduk, Lucas naik tangga sedangkan Ezekiel masuk lift. Rene? Wanita itu menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, cape juga ternyata, memiliki dua anak yang jarak usianya jauh tapi sifatnya sebelas dua belas.

Dari kejauhan, Lanie tersenyum. Dia pun membuatkan minuman dingin untuk Nyonya, "Nyonya. Sepertinya Anda butuh minuman untuk mendinginkan kepala,"

"Kau benar, Lanie. Punya dua anak, ternyata menguras tenaga, suara, dan darah."

Lanie terkekeh, "Apa agenda Anda hari ini, Nyonya?"

"Tidak tahu, memangnya kenapa? Kau mau mentraktir aku makan?"

"Bukan ide yang buruk, Nyonya."

"Pelayanku memang kaya,"

Lanie kembali terkekeh, dia tahu, di balik keceriaan Nyonya pasti ada sesuatu yang membuatnya merasa terbebani selama ini. Dia pun berinisiatif memijat lengan Rene, "Eh jangan! Tidak usah, ini tidak apa-apa."

"Nyonya, saya tahu Anda pasti sedang lelah. Jadi biarkan saja saya memijat Anda,"

Rene pun tidak menolak lagi karena sejujurnya, Rene memang merasa sangat lelah saat ini. Melayani Lucas yang seperti orang kesetanan jika bercinta, belum lagi di hadapkan dengan perdebatan suami dan anaknya yang tiada habis. "Lanie, kau sudah menikah belum?"

"Belum, Nyonya."

"Mau menikah tidak?"

"Setelah melihat Anda yang sering kelelahan padahal masih pagi, saya jadi tidak mau menikah."

Rene bingung harus bicara apa lagi kalau begini. Karena, lelahnya ini lelah abis enak-enak.

***

200 komentar untuk next💐🤩

Perpindahan Dimensi Sang Penulis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang