32 - Dia Pria Normal

44.4K 3.1K 140
                                    

"JENJAM! OH MY GOD! AKU MERINDUKANMU!!"

Rene menerjang Jenjam dengan pelukan erat, "Apa kau merasa? Kita semakin dekat selama enam tahun ini! Aku sangat-sangat merindukanmu!" Rene cekikikan sendiri sembari memeluk Jenjam bahkan mengajak Jenjam untuk bergerak ke sana ke mari.

"Kau kenapa, Jen? Kau tampan kaku sekali,"

Jenjam menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Saya juga merindukan Anda, Nyonya!"

Rene melepas pelukannya pada Jenjam, wanita itu berkacak pinggang dengan senyum lebar. "Kau .... Kau terlihat lebih cool sekarang, Jen!"

"C-cool? Lebih cool, Nyonya?"

"Hahaha! Aku bercanda, tapi yaaa! Kau ini memang jauh lebih cool dari biasanya, kau juga sekarang mulai jarang memakai pakaian yang nyentrik. Atau virus Ben dan suamiku sudah mulai membuatmu sadar?" Melihat diamnya Jenjam, Rene pun kembali tertawa. "Aku bercanda! Jangan serius-serius begitu dong! Kau tetap yang terbaik untukku! Sekretaris terbaik suamiku yang bisa jadi sahabatku!"

"Bagaimana kalau kita pergi ke butik? Kita harus berbelanja banyak baju!"

Rene melupakan niat awalnya yang ingin mengganggu suaminya yang sedang kerja, dia malah memeluk lengan Jenjam dan membawanya pergi dengan riang. Dalam mata telanjang, keduanya tampak serasi tapi jika mereka mengenal siapa Jenjam, maka mereka akan membuang jauh-jauh kata serasi dari keduanya. Yang membuat Rene nyaman gandengan atau pelukan dengan Jenjam, ya karena Jenjam penyuka yang tampan juga.

Malah takutnya, Jenjam suka sama Lucas. Membayangkan itu, Rene pun mendongak. "Kau tidak suka pada suamiku kan?!"

Jenjam langsung menunduk, "Mana berani, Nyonya?"

"Baguslah! Tapi aku semakin merasa, kau memang jauh lebih cool, Jen. Lenganmu lebih berotot sekarang! Tapi aku suka!"

Jenjam mengendarai mobil menuju butik yang biasa Rene datangi di temani dengan celotehan wanita itu yang tiada habis. Sampai di butik, Rene juga membawa Jenjam untuk ikut memilihkan beberapa baju yang mungkin akan cocok Rene kenakan. Ada begitu banyak dress yang menggugah selera, Rene sampai bingung harus memilih yang mana.

"Jen! Bagus warna merah atau pink?" Rene menunjuk dua dress sebatas lutut yang di pegang pelayan toko. Dengan teliti, Jenjam memandang satu persatu. "Warna merah menandakan berani, Anda cocok dengan warna pink, Nyonya!"

"Oke, kita coba dua-duanya!"

Rene menyeret Jenjam ke dalam ruang ganti, wanita itu dengan santai melepas dressnya hingga hanya menyisakan bra dan celana dalam. Rene yakin, Jenjam tidak akan tertarik dengan tubuhnya tapi Rene salah. Sebab kini, Jenjam mengalihkan pandangannya dengan jakun naik turun juga telinga memerah. Pria itu tampak berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Jen! Jen! Lihat! Aku cantik pakai ini? Atau yang mana?" Buru-buru Jenjam mengubah raut wajahnya seperti semula, pria itu tersenyum cerah. "Semuanya cocok untuk Anda, Nyonya!"

"Baiklah, aku akan membeli semuanya kalau begitu!"

Rene merasa, dia jauh lebih senang mengajak Jenjam berbelanja dari pada mengajak Lucas yang akan selalu berubah menjadi patung berjalan. Dia juga mengajak Jenjam untuk mengikutinya masuk ke dalam salon, Rene yakin, jika Jenjam akan sangat suka di dalam salon. Jadi Rene bersenang-senang dengan pelayan salon yang tengah memanjakan rambutnya.

Perpindahan Dimensi Sang Penulis Where stories live. Discover now