42 - Memori Yang Hilang (4)

25.4K 2K 272
                                    

Tragedi tidak hanya terjadi di saat Ezekiel lahir, tapi juga di saat Ezekiel merayakan ulang tahun pertama, kedua, dan ketiga yang paling fatal untuk Rene terima.

"Kau tidak becus menjaganya! Aku yang akan membawanya! Dia harus dalam pengawasan dan didikanku!"

Rene menggeleng cepat, "Kakek. Tolong jangan bawa putraku! Aku yang melahirkannya, tolong jangan pisahkan kami."

"Cicitku ini penerusku di masa depan, dia akan menjadi pria lembek jika dalam didikanmu. Diam dan nikmati peranmu sebagai Nyonya kaya raya karena peranmu sebagai Ibu, akan pelayanku ambil alih dan aku sendiri yang akan mendidiknya dengan caraku!"

Bramasta datang di saat Lucas dalam perjalanan bisnis, Rene tak memiliki kekuasaan apa pun. Dia hanya bisa menatap kepergian mobil yang membawa putranya dalam diam, dengan air mata yang menetes, menyatu dengan derasnya hujan.

Rene menyadari akan waktu yang seakan berputar sangat cepat, setiap tahun selama 5 tahun berturut-turut. Selalu ada kejadian yang menimpa dirinya mau pun Lucas.

Memang bukan perihal orang ketiga dalam rumah tangga, tapi pembunuhan yang mengancam nyawa. Pada usia Ezekiel 3 tahun, Bramasta merebut hak asuh dari tangan Rene selaku Ibu kandung. Bramasta memonopoli dalam mendidik Ezekiel dengan alasan, jika Ezekiel adalah pewaris kekayaannya kelak jadi dia harus di persiapkan untuk masa depan cemerlang.

Rene yang kehilangan cahayanya di kediaman, mulai menggilai pekerjaan. Rene sebagai pengamat ikut lelah menjalani hari-hari dirinya di masa lalu setelah kehilangan Ezekiel di sisinya tanpa bisa merebut kembali hak asuh. Bramasta selalu bermain curang, membuat Rene melampiaskan segalanya dengan pekerjaan yang segudang dan tempramentalnya yang semakin memburuk terhadap bawahan.

Llum Entertainment.

Menjadi rumah produksi dalam naungan kepemimpinan dirinya di masa lalu, Rene bekerja seperti kuda yang tiada lelahnya. Rene mulai melupakan sosok suami yang selalu mencintainya dan kini ikut menyibukkan diri dengan pekerjaan agar tidak menaruh rasa kesal pada istrinya. Pengaruh kepergian Ezekiel sangat hebat untuk Rene dan itu akan terus terjadi.

Rene sadar, kesalahan pertamanya adalah gila kerja dan melupakan statusnya sebagai istri untuk Lucas.

Lalu, Bramasta yang gila ingin menguasai Ezekiel untuk menjadi penerusnya. Terus memberi hasutan dan mengatakan, jika Rene adalah Ibu yang tidak tepat untuk Ezekiel.

Tidak kaget, jika awal kepindahan Rene ke dimensi kedua, dia di sambut dengan sikap sarkas putranya sendiri yang seakan membentang benteng tinggi tak kasat mata. Sekarang, Rene tahu alasan dari semua kejadian di masa depan, satu per satu terkuak.

***

Pada tahun keempat, Ezekiel mulai di kembalikan ke kediamannya. Bramasta memberi keringanan dengan membiarkan Ezekiel pulang ke rumahnya dan akan kembali ke lapangan pelatihan sesuai jadwal yang sudah di tentukan. Tiap malam melihat putranya tertidur dengan wajah polos, Rene merasa hatinya tersayat. Dia ingin menolak semua didikan kasar yang Bramasta berikan pada Ezekiel tapi dirinya tidak bisa.

"Jika kau terus ikut campur akan apa yang aku lakukan pada cicitku, jangan harap kau bisa melihatnya lebih lama setelah ini!"

Rene sebagai seorang Ibu, terlalu takut di pisahkan oleh putranya. Seluruh keturunan Elguerro tidak bisa di ragukan perihal menyembunyikan sesuatu, Rene tidak ingin anaknya semakin di jauhkan dari jangkauan dirinya. "Aku yang melahirkannya, Anda sendiri tahu, bagaimana aku memberikan segalanya untuk melahirkan putraku tapi kenapa kau begitu keji? Memisahkan aku dengan anakku sendiri,"

"Irene, saya tidak pernah memisahkan kamu dengan anakmu tapi ini aturan yang harus saya lakukan. Cicit saya yang kamu kandung dan lahirkan, harus menjadi pria yang tangguh tanpa memiliki kelemahan. Sekarang, cukup tutup mulut dan diamlah! Anakmu itu selagi tubuhnya utuh bersamaku, biarkan saja!"

Rene menatap kepergian Bramasta dengan mata yang mulai berkaca-kaca, perasaan sakit ini Rene sebagai pengamat juga turut merasakannya. Bramasta terlalu ikut campur dalam mendidik Ezekiel di masa lalu, Rene tidak menyukai dirinya yang tidak berkutik saat di ancam akan di pisahkan oleh anaknya sendiri. Rene akan mengalah jika konsekuensinya di pisahkan sangat jauh dengan anaknya.

"Sayang,"

Ezekiel berusia 4 tahun, menatap dingin Mamanya dan pergi melenggang begitu saja. Di jauhi anak sendiri adalah luka paling menganga untuk Rene, kini Rene telah paham akan semua yang terjadi dalam hidupnya. Kesakitan saat di pisahkan anak sendiri menjadi alasan terkuat dirinya ingin melupakan memori yang begitu kelam.

"Diriku sangat malang, entah di masa lalu atau di dimensi pertama."

***

Jeder!

Rene membuka kelopak matanya yang semula terpejam, dia juga menjauhkan tangannya dari telinga. Menatap sekeliling di mana ini adalah ruangannya, Rene menunduk, kedua matanya memanas dan mulai mengeluarkan kristal bening. Rene menekuk lututnya dan menangis dengan menelungkupkan wajah di antara lipatan tangan di atas kakinya yang di tekuk.

Memori yang hilang terlalu sakit untuk di kenang, pantas jika harus dilupakan dengan permanen. Sekarang, bolehkah Rene merasa menyesal? Menyesal ingin mengingat memori yang telah hilang, rasanya benar-benar sakit Tuhan. Bukan hanya fisik tapi hatinya juga begitu tersayat tidak karuan, Rene perlahan mendongak dan mengusap air matanya.

Dia berdiri dari duduknya dan melihat ke luar kaca jendela, langit berubah mendung seketika saat matanya yang berair, menatap lurus ke depan. "Duton, ucapanmu benar. Pilihan paling tepat adalah melupakan memori di dimensi kedua, tapi kenapa kau perlihatkan? Apa semua ini memiliki tanda akan sesuatu yang akan terjadi kelak? Atau kau hanya ingin membuatku tidak lagi penasaran dengan memori yang hilang?"

"Duton? Aku tahu, kau pasti mendengar aku kan? Duton?" Rene menutup wajahnya dengan telapak tangan dan secara tidak terduga, seseorang membalik bahunya. Menariknya ke dalam dekapan, membuat Rene tidak kuasa menolak. "Lucas!" Tangis semakin pecah dalam dekapannya.

"Aku bukan Lucas,"

Deg.

Rene langsung menjauh, dia mendongak, mengerjap beberapa kali untuk memastikan jika yang dia lihat bukan kesalahan. "Kau bukan Lucas?"

"Aku, Ed Lukes."

Rene semakin terkejut, "Maksudmu?"

"Ini alasan kenapa aku tidak pernah menunjukkan wajahku di hadapanmu, Irene."

"D-duton?"

"Ya, ini aku."

Rene menggeleng tak percaya, dia juga perlahan berjalan mundur. "Kau bohong! Kau Lucas kan? Lucas jawab aku!"

"Aku bukan Lucas, Irene. Aku sosok yang akan hidup abadi mendampingimu tapi aku bukan Lucas suamimu,"

Rene kembali maju, dia memukuli dada bidang Ed Lukes─ Duton, dengan tangannya. "Di mana suamiku?! Duton tolong jangan bercanda! Jangan mengambil raga suamiku! Duton!!"

Pada akhirnya, Duton menarik Rene ke dalam dekapannya dan memeluknya erat. Tangis Rene semakin pecah dalam dekapan sosok pria yang berwajah serupa dengan suaminya, "Duton .... Jangan bohongi aku,"

"Aku tidak pernah membohongimu, Irene. Aku Ed Lukes, sosok yang kau sebut Duton."

Pantas, pantas Duton pernah bilang jika dirinya menunjukkan bagaimana wajahnya, Rene pasti akan terkejut dan tidak percaya. Sebab Duton, memiliki wajah dan tubuh yang persis seperti Lucas. Seakan keduanya adalah satu orang yang sama namun di bagi menjadi dua.

"Aku membencimu, Duton!"

"Aku akan selalu menemanimu, Irene."

***

Anjay, Duton ternyata punya wajah yang sama guys dengan Lucas. Kira-kira, apa yang terjadi ya sama Lucas??

SPAM KOMENT!!

200 KOMENTAR UNTUK SELANJUTNYA!!

Bye.

Perpindahan Dimensi Sang Penulis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang