22

1.2K 63 1
                                    

Assalamualaikum semuanya wahai reader ku Ter comel,Ter manis,Ter cantik,Ter bohay,Ter luar biase lah rajoo!

Aku masih ingat kan ya kalau ini cerita ku ada juga di aplikasi baca novel lain selain di sini, jadi jangan terkejut dan syok dan serangan jantung dan mat-/plak!

Hehehe

Ampun bang jago...

Vote dan komentar akan selalu aku tagih dari kalian sampai ajal memisah kan kit-/plak!

Hehehe

Ok, sekian bacotan opening dari aku sang chocobabble yang artinya ocehan sang coklat, yaitu aku sendiri!

Kalau ada Typo jangan diem aja lu pade, kek surat lamaran kerja ku yang dari kemaren gak juga dipanggil, hiks...

Yaudah deh, selamat membaca 😘

.....

Waktu sore adalah waktu yang paling ditunggu banyak orang, terutama bagi orang yang bekerja dan anak sekolahan. Waktu bagi mereka untuk pulang dari rutinitas seharian yang melelahkan, mengistirahatkan tubuh untuk mempersiapkan hari esoknya.

Begitu pula yang di alami seorang gadis yang sedang duduk di halte bus seraya menatap jengkel ke jalan raya yang padet dengan kendaraan.

Evara sudah hampir setengah jam menunggu datangnya bus, perasaan kesalnya semakin bertambah saat melihat tidak ada tanda-tanda bus yang bakal lewat, malahan asap kendaraan makin menyerukan masuk ke dalam pernafasannya, membuatnya sesak.

Evara menghela nafas lelah, dirinya tadi sudah sangat kesal dengan teman-temannya yang tidak membiarkan nya pulang, malahan dengan seenak jidat mereka, kedua temannya plus teman kakaknya itu menyeretnya ketempat kafe baru. Membuatnya lupa waktu dan berakhir hari sudah sore di halte bus.

Layla ingin mengantarkannya, namun dirinya mendadak ada acara dengan keluarga besarnya. Sedangkan kakak beradik tak pernah akur itu harus mendekam di perpustakaan kampus kerena ketahuan oleh dosen yang merupakan paman mereka. Ternyata, kedua kakak beradik itu dimintain tolong oleh pamannya namun karena alasan banyak tugas hari ini, mereka menolak.

Evara terkekeh, mengingat bagaimana raut wajah terkejut mereka saat ketahuan berbohong.

Kembali, Evara menghela nafas lelah, dirinya ingat tentang perkataan Noval untuk menghubungi nya saat pulang, namun dirinya masih merasa canggung berduaan dengan sang papa.

Dan dirinya mendadak ingin pulang sendiri. Sudah lama dirinya tidak merasa sendirian, apalagi semenjak bersama Alana, kedua tangan gadis ini pasti tak pernah lepas dari genggaman mamanya.

Dirinya butuh waktu menyendiri, menikmati kesendirian dengan tenang, membuatnya bisa berfikir jernih.

Ya... Itu yang dirinya harapkan sebelum sebuah motor besar berhenti di hadapannya dan menatapnya dengan full helm. Evara yang tidak mengenalnya hanya diam, kembali melihat jalan raya berharap bus berwarna biru seperti salah satu kartun Korea yang pernah dia tonton lewat.

"Gak mau nih, dianterin?" suara bariton yang dirinya kenal membuat Evara tersentak.

Dia menoleh menatap seseorang yang membawa motor besar itu dengan tatapan bertanya, membuat pemuda itu menghela nafas gemas.

Dengan pelan, Henry membuka helm nya dan menatap Evara gemes, "Masak gak kenal sih sama calon suami sendiri~"

Evara menaikan alisnya, bingung, "Maaf om, saya masih kecil."

My Busy StoryWhere stories live. Discover now