29

1.1K 53 0
                                    

Assalamualaikum wahai para besti ku Ter cantik Ter bohay Ter manis Ter comel Ter aduhai Ter luar biase lah Rajoo!!!

Tolong ya Guys, tolong...

Untuk jangan memplagiat kan cerita karya aku ini, ini adalah cerita pertama ku di wp yang sudah banyak ku buat chapter nya, beda dengan cerita ku yang lain pada tenggelam gak nongol2 lagi dalam otakku...

Jadi guys!

Tolong vote dan komentar nya ya besti ku yang cantik dan plus itu Typo tolong dikasih tau, gue tuh manusia biasa yang kagak sempurna, jadi ya banyak salahnye...

Nah jadi pada lu orang, ya kudu kasih tau!

Jangan kek lamaran kerja gua yang sudah dimodali malah gak balik, alias kagak dipanggil-panggil!

Hiks...

Yaudah deh, selamat membaca!

....

Naya masih berusaha mengatur nafasnya, dadanya masih terasa sakit, seperti ada yang menghimpit paru-paru kuat. Sangat sakit seakan mati rasa. Pandangan nya mulai mengabur terhalang air matanya, membuatnya tidak bisa menatap wajah adiknya.

Tidak!

Naya semakin menggenggam tangan Evara, berusaha terus mengatur nafasnya, dan mengendalikan emosinya. Dia tak mau sedetikpun tidak melihat wajah adiknya, keluarganya satu-satunya, malaikat kecilnya, cahaya hidupnya.

Namun detik berikut nya, Naya tersentak dalam tangisannya, tubuhnya membatu dan matanya melebar saat Evara menarik kepalanya menempelkan kening mereka. Naya seketika menahan nafasnya saat manik bola matanya menatap jelas wajah adiknya.  Menatap tak percaya pada apa yang dia lihat.

Bahwa Evara... Menangis?

"Hiks... Maaf kan aku kak... Hiks."

Evara kini tak bisa menahan air matanya, ia kini menangis terisak. Matanya tergambar jelas kesakitan melihat orang yang dicintainya menangis karena trauma yang dirinya berikan. Rasa bersalah yang memang sudah hinggap di hati Evara sekarang mulai semakin bertambah besar. Jujur, Evara tidak sanggup melihat Naya seperti ini.

Terasa buruk untuk Evara, terasa menyakitkan dan mencekik dadanya dan lehernya, sesak.

Nafas Naya yang masih tersengah-senggah, menggeleng kan kepalanya, dengan pelan dia menangkup wajah adiknya, jarinya dengan pelan dan sedikit gemetar, menghapus air mata Evara lembut. Bagaikan gelas kaca yang berharga.

"Jangan, hah... jangan menangis... Jangan!" Batin Naya sesak.

Daripada dadanya yang sakit, daripada kepalanya yang terasa ingin meledak, daripada tubuhnya yang lelah, hati Naya terasa lebih menyakitkan melihat iris coklat madu cerah yang selalu dirinya sukai ini, jatuh berlinang air mata.

Sekuat apapun Naya, dirinya akan lemah melihat tangisan malaikat kecilnya.

"Hiks... Maafkan aku ka-"

"Tidak! Hah..."

Naya dengan cepat menghempaskan tangan Evara di mulutnya lalu menggapai tubuh adiknya, memeluknya erat. Lalu menggeleng cepat, mengatakan bahwa ini bukan salahnya.

"Hah... Jangan, jangan menangis, hah... Kakak mohon," lirih Naya dengan terengah-engah, masih berusaha mengatur nafasnya.

Evara yang berada dalam dalam pelukan Naya ngangguk kecil membalas pelukan Naya tak kalah erat, berusaha menutup rapat mulutnya agar isakan tangisannya berhenti.

My Busy StoryWhere stories live. Discover now