Bab 13

443 23 8
                                    

"Jadi begitu, Pak. Bu Ria mengalami hal menyulitkan empat tahun belakangan ini. Ibunya sekarang di penjara dan ayahnya meninggal dunia. Apa ada yang mau Bapak tanyakan lagi?"

"Terima kasih informasinya. Nanti saya panggil kamu lagi."

"Baik, Pak. Terima kasih."

Fendi tercengang mendengar semua informasi yang asistennya bocorkan tentang Ria. Sejujurnya, semenjak pertemuan terakhirnya dengan gadis itu di taman belakang beberapa hari lalu, Fendi merasa penasaran dan memutuskan menyelidiki keluarga Ria. Dan setelah informasi itu ia dapatkan, Fendi terkejut bukan main. Ternyata Ria mengalami kemalangan yang begitu besar selama ini.

Ayahnya berselingkuh dan meninggal bersama istri simpanannya. Sementara ibunya tersandung kasus korupsi dan sekarang masuk penjara. Ria juga putus kuliah kedokteran dn menyabung hidup dengan menjadi pekerja keras dari waktu ke waktu. Mulai dari kasir mini market, SPG rokok, sampai menjadi sales kartu kredit seperti sekarang. Ria juga tinggal di kawasan Cipete, di sebuah rumah petak, bersama adik dari ibu tirinya. Lelaki yang bernama Dody itu yang membantu melunasi hutang-hutang keluarga yang masih belum lunas. Dan Ria menjadi tulang punggung keluarga sampai sekarang.

Semua cerita itu didapatkan Fendi dari asistennya. Mata Fendi berkaca-kaca. Napasnya terhela berat. Sakit sekali batinnya mendengar cerita itu. Ia menyesal karena tidak ada di saat-saat Ria butuh bantuan kala itu.

"Maafin aku, Ria," bisik Fendi entah pada siapa.

***

Fendi melirik ke arah rumah kecil yang ada di hadapannya. Seusai mendapat informasi dari sang asisten kemarin, Fendi memutuskan pergi menemui Ria ke kontrakannya. Kontrakan ini mengingatkan Fendi dengan kehidupan lamanya. Dulu ia yang tinggal di tempat seperti ini. Sekarang Ria. Ya, hidup memang berputar. Tapi kenapa harus Ria yang mengalami fase terendah ini? Fendi yakin perempuan itu tidak akan kuat menerima semua beban hidup yang lebih dulu sudah Fendi rasakan sewaktu muda ....

Memantapkan niat, Fendi pun mengetuk pintu rumah itu.

"Permisi!"

Gayung bersambut, pintu itu akhirnya dibuka dari dalam oleh seseorang.

Ria, perempuan itu tampak terkejut melihat kehadiran Fendi yang tiba-tiba. Pria ini tahu rumahnya dari mana?!

"M-Mas Fendi? Sedang apa kamu di sini?!"

Fendi menatap Ria lama. Ria yang merasa malu itu akhirnya berniat menutup kembali pintu rumahnya, namun tangannya duluan ditahan oleh Fendi.

"Aku mau ngobrol sebentar. Tolong, Ria. Kasih waktu sebentar aja," pinta Fendi.

Ria akhirnya melunak. Gadis itu melepaskan tangannya dari pintu, lantas mengajak Fendi duduk di kursi teras yang sempit dan kusam itu.

"Kamu mau bicarain apa lagi, sih? Bukannya omonganku waktu itu sudah jelas? Kita nggak ada hubungan apa-apa lagi. Jadi—"

"Jadi kamu nggak mau tahu apa pun tentang aku sekarang ini?" potong Fendi.

Ria terdiam. Sedetik kemudian dia tersenyum tenang. "Tentu aku tahu, Mas. Kamu Fendi Lukman Hakim, salah seorang dari 50 pemiliki startup terbesar se-Indonesia. Perusahaan kamu juga calon unicorn yang masuk ke level centaur. Kamu juga wara-wiri di majalah Forbest sebagai salah satu pemilik startup berpotensi di Indonesia. Waktu aku ikut acara di gedung itu, kamu juga baru pindah ke sana, 'kan? Aku tahu semuanya, Mas."

Fendi tercengang mendengarnya. Kenapa Ria tahu sedetail itu? Meski kalimat terakhir Ria salah karena Ria mengatakan dirinya baru pindah ke kantor itu.

"Kenapa kamu tau banyak tentang aku?"

Sialan, Dia [COMPLETED]Where stories live. Discover now