Epilog

4.5K 633 93
                                    

"Kenapa sih Dokter suka sekali duduk di Ofra? Kedai kopi itu terlalu ramai dan bising. Kalau saya, lebih baik saya mengopi di rumah saja dalam ketenangan."

Laura tidak suka berdiam diri di rumah dalam keheningan. Itu hanya akan membuat otaknya melayang-layang pada memori masa lalunya. 

Saat dia pulang ke rumah yang dingin dan kosong dan tak menemukan kedua orangtuanya. Saat dia menghisap rokok bersama teman-temannya sebagai pelarian. 

Saat dia menantang orang asing untuk merampas keperawanannya, hanya semata untuk menunjukkan orangtuanya, bahwa dia pun bisa bertingkah seenaknya seperti mereka.

Itu sebabnya Laura lebih suka berada di Ofra, mengamati keramaian di sekitarnya yang tak mengenalnya. 

Itu sebabnya dia lebih suka berjaga malam dan disibukkan oleh kepanikan menolong pasien. 

Semata-mata agar otaknya tak punya waktu dan celah untuk mengunjungi memori masa lalu yang tak bisa dihapusnya dan hanya bisa disembunyikannya.

Orang-orang di Ofra tidak tahu siapa dirinya. 

Mereka tidak tahu dia adalah ibu dari seorang anak yang tak ingin diakuinya. 

Mereka tidak tahu dia adalah orang dewasa yang punya luka batin karena tak mendapat kasih sayang kedua orangtuanya saat kecil dan remaja. 

Mereka tidak tahu dia adalah seorang dokter yang menyembuhkan banyak orang namun dia sendiri telah rusak jiwanya.

Tapi, Laura tidak menyadari bahwa kegemarannya meleburkan diri di antara keramaian kedai kopi Ofra adalah juga karena dia senang melihat setiap kali ada seorang ibu lalu lalang di depan pintu masuk sambil menuntun anak perempuannya. 

Dia merasa damai setiap kali melihat seorang ibu tertawa kecil sambil membersihkan sisa minuman dari sudut bibir anak perempuannya atau berbagi sepiring kue sambil bercengkrama.

Sebab semua itu diam-diam mengingatkannya bahwa dia pun memiliki yang orang-orang itu juga miliki: seorang anak perempuan.

Bagi Laura, Aimee bagaikan api. 

Laura ingin mendekatinya supaya bisa merasakan kehangatan, namun dia takut akan terluka dan sakit jika terlalu dekat dengannya. 

Laura lebih dulu mencampakkan Aimee sebelum Aimee membencinya, sebab Laura yang egois itu hanya ingin melindungi dirinya sendiri.

"Aimee bilang tidak perlu apa-apa di sana, masih banyak barang-barang yang dia bawa dari Indonesia," ucap Tante Rena, membuyarkan lamunan Laura. "Jadi Tante cuma titip sambal kesukaan dia ini, Tante bikin sendiri. Ini buat kamu juga satu, Lau."

Laura menerima kantung plastik kecil berwarna merah dari Tante Rena. Pagi tadi dia berangkat dari Jakarta menuju Bandung untuk mengunjungi Tante Rena.

"Hati-hati di jalan ya, Laura. Sampaikan salam untuk Aimee, bilang ke dia supaya menjaga diri baik-baik dan selalu semangat kuliahnya."

Laura menelan ludah. Dia bergantian menatap Tante Rena dan Om Lim.

"Terima kasih Tante dan Om," ucap Laura. 

Sekali lagi dia menelan ludah untuk menyembunyikan suaranya yang bergetar. "Terima kasih sudah menjadikan Aimee dirinya yang sekarang."

Senyum Tante Rena dan Om Lim menghantarkan Laura pulang ke Jakarta dengan hati yang lebih ringan. 

Dimasukkannya barang-barang terakhir ke dalam koper di rumahnya sebelum dia menutupnya. Laura membaringkan diri di atas ranjang dan menghela nafas dalam-dalam sebelum memejamkan matanya dan tidur. 

Keesokan paginya dia bangun dan penuh semangat berangkat ke rumah sakit untuk menangani sebuah operasi kecil di pagi hari sebelum dia berangkat ke Jerman.

"Pokoknya kalau ada apa-apa, hubungi saya lewat ponsel atau e-mail ya," ucap Laura pada Suster Gita sebelum dia pergi.

"Iya, santai saja, Dok. Dokter kan sudah memberitahu saya apa yang perlu saya ketahui. Tapi kok tumben sekali Dokter Laura cuti hingga dua minggu? Biasanya Dokter tidak pernah cuti."

Sambil menjawab, perlahan senyum Laura mengembang. 

Senyum yang sudah terlalu lama tak terukir di wajahnya, senyum yang tak pernah dilihat orang-orang yang hidup di sekitarnya, senyum yang membuat mereka menyadari bahwa masih ada sisa cahaya dalam jiwa Laura yang rusak dan redup.

"Saya akan ke Eropa mengunjungi anak saya."

~

[SELESAI]

Essen/Wetter, Agustus-September 2016.

JAGA MALAM [Wattys 2018 Winner]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang