05: Flashback (2)

3K 468 6
                                    

Laura bisa membayangkan Tante Rena yang sebetulnya sangat khawatir dan kurang setuju jika Aimee magang di Jakarta.

Anak itu tak pernah tinggal jauh dari orangtuanya. Walau pernah beberapa kali ke Jakarta, tetap saja ini bukan kota yang ramah untuk seorang mahasiswi yang tinggal sendirian untuk pertama kalinya.

Setibanya di apartemen, Laura membawa Aimee masuk ke kamarnya. Aimee terlihat antusias mengamati seisi kamar Laura – barang-barang yang dimilikinya, bagaimana Laura menatanya, aroma parfum Laura yang tercium samar ....

Aimee betul- betul menaruh minat untuk lebih mengenal Laura lewat seisi kamar itu.

"Kamu sudah makan malam?" tanya Laura, membuyarkan buaian Aimee.

"Sudah," jawab Aimee.

"Malam ini kamu tidur di sini saja," ucap Laura. "Biar aku tidur di sofa."

Aimee membuka mulut, hendak menyarankan dia saja yang tidur di sofa. Dia merasa tidak enak hati jika sepupunya yang tak dekat dengannya itu malah memberikan ranjangnya untuk Aimee malam itu.

Akan tetapi, Laura keburu membalikkan badan dan keluar kamar.

Laura berjalan menuju dapur dan mengambilkan segelas air putih untuk Aimee. Saat dia kembali ke kamarnya, didapatinya Aimee tengah duduk di atas ranjang dengan kening berkerut, seolah sedang berpikir.

"Diminum dulu," Laura menyodorkan gelas minuman itu pada Aimee.

Aimee menyambutnya. "Terima kasih."

Laura membuka lemari pakaiannya dan mengambil sepasang baju tidur. Diletakkannya pakaian itu di sebelah Aimee.

"Pakai saja baju tidurku. Sebaiknya kamu istirahat sekarang supaya cepat pulih. Jangan dikunci kamarnya ya, supaya aku bisa mengecek keadaanmu nanti."

Sekali lagi Aimee hanya menggumamkan ucapan terima kasih.

Laura berjalan menghampiri meja kerjanya. Dia membuka salah satu laci dan mengeluarkan sebuah amplop.

Ada sejumlah uang di dalamnya yang dihitung Laura terlebih dahulu sebelum menyerahkannya pada Aimee.

"Ini untukmu," kata Laura. "Tadi teman-temanmu menjelaskan kamu dijambret. Jakarta tidak aman, lain kali hati-hati di jalan."

Aimee menatap Laura dengan bingung. Dialihkannya pandangan pada tangan Laura yang memegang amplop putih di hadapannya.

Tanpa bertanya pun Aimee tahu isinya adalah uang. Aimee juga sadar dia betul-betul membutuhkan uang itu sekarang, tapi dia ragu, haruskah menerimanya dari Laura, sepupunya yang begitu asing dalam hidupnya itu?

"Kamu membutuhkannya," ujar Laura lagi, seolah bisa membaca pikiran Aimee.

"Terima kasih, Ci," lagi-lagi Aimee hanya bisa mengucapkan terima kasih. Dari sorot matanya dia terlihat tersentuh akan Laura yang mampu membaca kecemasan dalam hatinya.

Aimee terharu Laura yang selalu dingin itu mengulurkan bantuan tanpa Aimee harus terlebih dahulu meminta.

"Aku akan mengganti uang ini dan biaya rumah sakit bulan depan saat aku sudah menerima gaji magangku."

"Tidak usah," balas Laura singkat. "Tidurlah."

Laura menyalakan lampu kecil di atas meja sebelah ranjang dan mematikan lampu ruangan sebelum dia keluar.

Dia masuk ke kamar mandi, membersihkan diri, berganti baju sebelum duduk di atas sofa, menyalakan audio system dan mulai melanjutkan membaca buku 1Q84 yang belum selesai diiringi alunan Alone and I dari Herbie Hancock.

JAGA MALAM [Wattys 2018 Winner]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang