08: The Truth

2.7K 475 33
                                    

"Ci, aku sudah tiba di Ofra. Aku tunggu di dalam ya."

Laura baru saja kembali ke ruang prakteknya setelah selesai operasi. Sesuai dugaannya, ada pesan masuk dari Aimee sejak dua puluh menit yang lalu.

Minggu lalu Laura mendapat pesan dari Aimee, mengabarkan dia akan datang ke Jakarta untuk mengajukan visa studi ke Eropa. Rencananya dia akan menginap semalam di Jakarta.

"Kamu tidak mau menginap di tempatku?" tanya Laura basa-basi. Dia sendiri sebetulnya tak yakin apakah sungguhan ingin Aimee menginap di apartemennya.

"Tidak Ci, terima kasih. Aku menginap di kosan temanku saja, sudah janjian. Dulu kami magang bersama."

Laura pun tak memaksa. Mereka dengan singkat sepakat akan bertemu di Ofra sore hari. Ternyata tindakan operasi yang dilakukan Laura berlangsung lebih lama dari yang dijadwalkan.

Laura cepat-cepat berganti baju dan membalas pesan Aimee sebelum bergegas meninggalkan rumah sakit.

"Maaf, aku baru jalan dari rumah sakit. Tadi operasinya ternyata lebih lama dari yang dijadwalkan. Kamu pesan dulu saja."

Ponsel Laura bergetar sekali saat dia menyalakan mesin mobilnya. Diliriknya sekilas jawaban Aimee yang berbunyi, "Oke, Ci. Tidak apa-apa."

Setibanya di parkiran mal, Laura bergegas menuju lift dan masuk. Dia hampir terlambat sejam dan di badannya pun masih melekat bau khas rumah sakit.

Ketika tiba di Ofra dia segera mencari sosok Aimee. Laura menemukannya duduk di sofa pojok dekat jendela sambil membaca-baca beberapa lembar kertas.

Laura memperlambat langkahnya dan mengusap wajahnya sebelum menarik sofa kosong di hadapan Aimee.

"Hai," sapanya.

"Eh, Ci Laura," Aimee mengangkat kepalanya. Dia segera membereskan kertas- kertas yang bertebaran di meja.

"Maaf Aimee, aku terlambat. Kamu sudah lama?"

"Lumayan, tapi tidak apa-apa. Aku sambil membaca-baca berkas kelengkapan untuk beasiswa," Aimee tersenyum.

Laura melihat gelas es kopi Aimee yang masih penuh namun sudah berembun. Aimee kelihatannya belum meminumnya sama sekali. "Aku pesan dulu ya. Kamu mau apalagi? Kue?"

"Tidak usah, Ci. Aku minum ini saja."

Laura mengangguk. Setelah memesan kopi Mandailing seperti biasa pada barista, matanya tertuju pada kue bienenstich yang dipajang di etalase.

Rasa lapar yang sedari tadi menghantui Laura membuat dia akhirnya memesan kue itu. Dua potong, sekali pun tadi Aimee bilang tidak usah.

"Cobalah," Laura mendorong pelan sepiring kue untuk Aimee, yang sedikit gelagapan menyambutnya namun kemudian mengucapkan terima kasih.

"Setelah ini Cici kembali lagi ke rumah sakit?" tanya Aimee.

"Tidak," jawab Laura. "Aku sudah bertugas di rumah sakit sejak semalam," jawab Laura. "Bagaimana tadi saat mengajukan visa? Lancar?"

"Lancar, tidak ada masalah."

"Kamu senang mendapat beasiswa ini?"

"Aku senang sekali. Sudah menjadi cita-citaku sejak lama untuk bisa kuliah di luar negeri. Bisa melihat dunia luar, melihat tanah air dari sudut pandang lain.

Supaya aku bisa lebih menghargai apa yang ada di Indonesia. Sering kali karena jarak yang jauh seseorang malah baru bisa mengapresiasi apa yang dimilikinya."

Laura menyeruput kopinya. Aimee benar, seperti dia yang merasa janggal di dada ketika mendengar Aimee akan kuliah di Eropa.

"Di sana semua serba bebas. Kamu harus menjaga diri baik-baik, Aimee."

Ucapan Laura terlihat mengejutkan Aimee. Sungguh mengherankan Laura meminta Aimee untuk menjaga diri baik-baik, sementara biasanya saja tak pernah ada kontak di antara mereka.

Aimee hanya mengangguk dan menyeruput dari gelasnya untuk menyembunyikan wajahnya yang salah tingkah.

"Kamu betul tidak mau menginap di tempatku malam ini?" tanya Laura.

"Terima kasih, Ci. Tapi aku sudah janjian dengan temanku untuk menginap di kosannya. Sudah lama juga kami tidak bertemu."

"Mmm ..." Laura hanya menggumam tak jelas sambil mengangguk-angguk. Diaduknya kopi Mandailing dan dihirupnya seteguk.

Laura meletakkan cangkir kopinya dan melap mulutnya. Dia menatap Aimee dalam-dalam. "Aku ... aku tidak bermaksud untuk bersikap dingin padamu."

Aimee tersenyum canggung. "Ah, bukan karena itu aku tidak ingin menginap di tempat Cici. Tapi aku tidak ingin merepotkan Ci Laura. Pasti Cici capek pulang dari rumah sakit, kalau ada tamu lagi yang harus diurus–"

"Aimee, kamu tahu yang namanya ciong?" celetuk Laura. "Dalam astrologi dan perhitungan metafisika Tionghoa, ciong adalah situasi di mana satu shio² bentrok dengan shio lainnya.

Kebetulan shio-ku dengan shio-mu ciong." [²zodiak tahunan dalam budaya Tionghoa, dilambangkan oleh dua belas jenis hewan].

"Aku tahu soal itu, Mama dan Papa pernah membahasnya."

"Kamu tahu apa yang ciong dengan shio-mu?"

"Shio-ku adalah babi, kata Papa dan Mama shio yang ciong denganku adalah shio monyet, shio macan dan shio ular. Ci Laura kan shio kuda, jadi sebetulnya tidak ciong."

"Shio-ku bukan kuda melainkan ular, sebab aku lahir sebelum Imlek. Orang- orang menyebutnya shio yang 'makan tahun'.

Saat aku lahir, kalender Tionghoa masih berada pada shio ular dan belum berganti menjadi kuda. Itu sebabnya shio kita berdua ciong."

Aimee terdiam. Ekspresinya menunjukkan bahwa itu adalah fakta baru baginya, bahwa Aimee baru tahu saat Laura lahir, kalender Tionghoa belum berganti menjadi tahun kuda sehingga Laura masih terhitung memiliki shio ular.

Tak pernah terpikirkan oleh Aimee sebelumnya. Dia selalu berasumsi semua orang yang lahir di tahun itu termasuk Laura memiliki shio kuda.

Laura terus mengawasi ekspresi Aimee yang kemudian menghela nafas. Aimee geleng-geleng kepala dengan satu tangan terkepal menumpu kepalanya yang menunduk di atas lutut.

"Ci," ucap Aimee sambil mengusap wajahnya.

Dia menatap Laura lekat-lekat. Dilontarkannya senyum getir pada Laura saat dia berujar dengan suara sedikit bergetar.

"Ci Laura bersikap dingin padaku bukan karena shio kita berdua ciong, tapi karena aku adalah anak kandung Ci Laura yang tidak diinginkan. Cici sendiri tahu akan hal itu, bukan?"

Mata Laura melebar mendengar ucapan Aimee. Seakan dunianya berhenti sejenak, Laura tak bisa mendengar apa-apa lagi selain dengungan di telinganya.

~

JAGA MALAM [Wattys 2018 Winner]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang