09: Flashback (4)

2.6K 451 1
                                    

"SIAPA LELAKI ITU?!"

Laura memejamkan mata manakala dia mendengar suara ibunya yang menggelegar mengiringi tamparan yang mendarat di pipinya yang sudah terasa panas. 

Ini adalah tamparan ketiga dari ibunya. Laura menggigit lidahnya kuat-kuat agar tidak menangis. 

Tiga kali Laura menjawab dia tidak tahu siapa lelaki yang tidur dengannya dan menghamilinya, tapi ibunya tidak juga percaya.

"Kalau aku bilang tidak tahu, ya tidak tahu!" teriak Laura akhirnya. 

"Bagaimana mungkin kamu tidak tahu?!"

Sepanjang hidupnya Laura sering melontarkan kebohongan pada orang-orang. Dari kedua orangtuanya lah dia belajar. 

Ayahnya yang berbohong pada ibunya dan selingkuh di belakangnya. 

Ibunya yang berbohong pada ayahnya dan menjalani bisnis kotor di belakangnya. 

Kedua orangtuanya yang berbohong pada Laura dan tak pernah memberikan waktu atau perhatian untuknya.

"Aku tidak tahu dia siapa." Laura menegaskan. Mungkin, ini adalah kebohongan terbesar yang pernah diucapkannya, kebohongan yang paling membuatnya merasa begitu hina.

Ibu Laura tidak bisa berkata-kata lagi. Ayahnya yang saat itu entah ada di mana pun juga tak bisa berkata-kata saat dia pulang dan mendengar kabar tersebut. 

Sangat lama Laura berada dalam kebimbangan untuk menggugurkan atau memelihara janinnya, hingga tanpa sadar perutnya semakin membesar dan dia tak punya pilihan lain selain melahirkan bayi yang dikandungnya.

"Kamu yang mengurus diri sendiri saja tidak bisa mau merawat seorang anak? Bagaimana dengan masa depan kamu?" cecar ayahnya.

"Jangan mencemoohku jika aku tidak bisa merawat seorang anak karena Mama dan Papa sendiri tidak pernah mencontohkannya padaku," sahut Laura pedas.

Satu tamparan melayang lagi ke wajahnya.

Laura terus menerus bertanya-tanya mengapa dia yang cuma anak SMA bisa hamil dengan mudahnya, sementara ada orang-orang yang menikah bertahun-tahun tapi tak kunjung dikaruniai anak? 

Seperti Tante Rena, adik ibunya. Saat itu tiba-tiba dia mendapat solusi dari permasalahannya. Dia akan menyerahkan bayinya pada Tante Rena. 

Biarlah Tante Rena menjadikan bayi Laura sebagai anaknya. Laura yakin Tante Rena akan merawat anak itu seperti anaknya sendiri sehingga Laura tak perlu merasa bersalah telah menelantarkannya.

Tante Rena setuju. 

Begitu bayi tersebut lahir, Laura langsung meminta agar bayi itu dibawa pergi. Dia tidak ingin melihatnya. 

Laura tidak ingin ada ikatan apa pun antara dia dengan bayi yang dilahirkan. Sekalipun begitu, diam-diam dia terisak saat tak ada yang melihat. 

Entah menangisi kesalahan dalam hidupnya, rasa bersalah yang terukir di hatinya atau rasa lega telah terbebas dari tanggung jawab yang tak ingin diembannya.

Setelah melahirkan, Laura dipindahkan oleh ibunya ke Australia untuk menyelesaikan SMA dan kuliah. "Mama akan membiayai semua pendidikanmu tapi Mama tidak mau melihat kamu lagi di rumah ini."

Tak ada bedanya bagi Laura apakah dia tetap di Indonesia atau pindah ke Australia. 

Toh selama ini memang ibunya hanya menafkahinya uang tanpa hadir untuk memberikan waktu dan perhatiannya pada Laura. 

Sedangkan ayahnya? Laura tak tahu menahu tentang dirinya. Serpihan kenangan yang ada tentang kedua orangtuanya hanyalah rumahnya yang luas, dingin dan kosong, tempat Laura pulang dan tak menemukan siapa pun selain pembantu-pembantu di rumahnya.

JAGA MALAM [Wattys 2018 Winner]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang