Aliasqi : 6. Syuting Tanpa Kamera

1.8K 238 3
                                    

Pelajaran hari ini mengharuskan kami duduk berkelompok, memerhatikan teman dari kelompok yang bertugas menjelaskan materi di depan kelas. Sedangkan kelompok yang lain membaca makalah sambil menyiapkan satu atau dua pertanyaan untuk sesi tanya jawab.

Aku telah membuat lima pertanyaan untuk penjelasan dari materi kelompok dua yang sedang menjelaskan di depan. Dan kalian tahu siapa yang menjadi pemakalahnya? Ya, dia Zidqi.

Dengan enggan aku menyodorkan kertas berisi pertanyaan yang telah ku buat pada teman kelompok ku. "Nih, pilih aja. Gue males nanya," ucapku lesu seraya bertopang dagu.

Teman kelompok ku mendesah lega, mungkin pusing memikirkan pertanyaan yang ingin diajukan. Bahkan Zikri mengucapkan terimakasih padaku dan memberikan satu buah permen sebagai hadiah. Ada-ada saja.

Zidqi sudah duduk kembali setelah selesai menjelaskan materi yang di bawa kelompoknya. Aku melirik cowok itu sebentar tapi, dia tak melihat ke arahku, tampak sibuk dengan teman sekelompoknya. Menyebalkan!

Apakah semua laki-laki seperti itu? Mengatakan hal manis lalu melupakan nya setelah satu malam berlalu? Sial!

Aku mengutuk dalam hati. Aku terlalu membawa perasaanku hanya karna kata-kata yang dia ucapkan kemarin.

Apa dia bilang? Jadi tambah suka? Menyebalkan!

"Li, Zidqi liatin lo dari tadi," bisik Mayang di sampingku.

"Beneran?" balasku antusias dengan mata melirik Zidqi di depan yang tampak sibuk membolak-balikkan buku paket mencari jawaban.

Telunjuk cowok itu menggosok pelipisnya, tampak berpikir keras dengan kening terlipat sambil sesekali membenarkan letak kacamatanya.

"Ah boong lu!" bisikku sebal pada Mayang yang tampak asik memainkan ponsel dengan di tutupi tas di atas meja.

Kelakuan yang tak patut di contoh!

"Gak percaya ya udah," sahut Mayang acuh masih asik dengan benda pipih miliknya.

Aku mengerucutkan bibir kesal dan menusuk-nusukkan tutup pulpen pada makalah di hadapanku.

Sepertinya cowok itu tak terpengaruh sama sekali. Mungkin kata-katanya hanya menguap di udara tak sampai di hatinya makanya dia berperilaku acuh seperti biasa.

Tak kikuk sama sekali saat berada dalam satu ruangan denganku. Hanya aku yang kikuk sendiri, tak mengenakkan sama sekali. Bahkan sekarang aku malu merasa seperti ini.

Sejak semalam aku sulit memejamkan mata hanya karna ucapannya 'jadi tambah suka' menari-nari di kepalaku. Saat mata teduhnya menatapku di balik kaca bening itu, bibirnya yang tersenyum hangat dan atmosfer yang tiba-tiba berubah menjadi bunga di sekelilingku.

Menit-menit yang menyenangkan. Aku mendesah pendek tak ingin mengingatnya lagi.

Aku mendongak mendengar suara moderator dari kelompok dua mengatakan bahwa pertanyaan yang kami ajukan telah terjawab.

Sekali lagi aku lirik cowok berkacamata yang selalu menari-nari dipikiran ku itu. Ia tampak sedang melihat ke arahku. Eh? Ini benar 'kan?

Seketika aku memerah sendiri dengan cepat menutupi pipiku yang terasa panas.

Tunggu! Dia memang melihat ke arah ku 'kan? Tapi kenapa dia hanya diam seolah aku hanya halu bahwa ia melihatku. Aku menengok ke belakang tepat mengikuti arah pandangnya dan benar saja Zidqi tak melihat ke arahku ternyata.

Ia memandang lurus memerhatikan cewek berlesung pipi di balik kaca kelas sedang berbincang bersama teman-temannya.

Dan aku, hanya bisa menghela napas berat sambil menunduk mengutuk debar jantung dan pipi yang memerah. Sialan!

***

"Li, kantin yuk." Bella sudah merengek untuk yang ke sepuluh kalinya. Cewek itu masih berusaha membujukku dengan menggoyang-goyangkan lenganku seraya memasang wajah memelas yang dia punya.

"Males!" seruku sebal dan menepis tangan Bella dari lenganku. Dengan acuh aku mengibas-ngibaskan tangan mengusirnya menjauh. "Gue lagi badmood Bell, jangan bikin mood gue tambah jatoh."

"Terus, kalau lo badmood. Lo mau tetep di sini dan biarin cacing-cacing dalam perut lo itu sekarat karna alasan yang tak masuk akal? Males? cih alasan macam apa itu?" Seloroh Bella sambil bersedekap dada dan mendelik padaku.

Bella agak berjinjit melihat keluar jendela kelas, entah apa yang sedang menarik perhatiannya sekarang. Kemudian tersenyum culas ke arahku seraya berkata. "Lo beneran gak mau ikut gue ke kantin?" tanyanya sekali lagi seraya memicing dengan ekspresi menyebalkan.

Aku hanya diam. Sudah ku duga pasti ada yang tak beres. Dari cara Bella tersenyum saja aku sudah mengerti.

Aku mendecak malas seraya mengumpat. "Sialan!" Dan mendapati Bella terkekeh-kekeh lalu segera menarik tanganku keluar kelas.

Aku tercekat begitu saja, udara di sekitar ku benar-benar membuat ku sukses menepuk dada menahan sakit yang timbul sendiri.

Benar kata Bella kalau aku tetap diam bak orang idiot di dalam kelas, tentu saja aku tak bisa melihat adegan langsung seperti drama Korea yang sering Bella tonton. Dan aku tahu karna cewek itu akan menggebu-gebu menceritakan adegan yang menurutnya romantis.

Ya, seperti yang terjadi di depanku sekarang ini.

Sial! Sial! Sial!

Entah sudah yang ke berapa kali aku mengumpat untuk hari ini.

"Kayaknya syuting sudah berlangsung di saat kamera-kamera dan pencahayaan yang gue tau selalu ada malah gak ada sama sekali di sini. Duh, artisnya kelewat batas deh. Saking kemistrinya terlalu kuat, ya," ejek Bella tepat saat kami melangkah melewati pasangan itu.

"Udah Bell!" Sahutku datar dan langsung menarik Bella menjauh, melangkah cepat menuju kantin membiarkan Bella mengumpat karna tarikanku terlalu kuat.

Sialan! Laki-laki macam apa yang sebelumnya berucap suka pada seorang perempuan tapi, berperilaku mesra pada perempuan lain.

Dia pikir aku perempuan seperti apa?

Brengsek!

Aku bersumpah tak akan berbicara atau menanggapinya bicara selain pelajaran lagi! Aku serius akan hal itu.

-AliasQi-

Vote dan komen ya😊

AliasQi [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang