:-Epilog-:

2.6K 242 8
                                    

"Jika seperti ini, aku akan meminum racun untuk menjemput Juliet di sana."

Ketika Romeo telah meninggal, Juliet terbangun dari tidur panjangnya. Dan mendapati Romeo telah meninggal di sisinya.

"Romeo kekasih ku, kenapa kau meninggalkan ku? Aku tak bisa hidup tanpamu."

Juliet pun ikut meminum racun itu. Akhirnya Romeo dan Juliet hidup abadi di kehidupan selanjutnya.

Suara tepukan tangan menggema. Aku dan teman sekelompok ku serempak menunduk mengakhiri penampilan kami di atas panggung ala kadarnya di depan kelas. Menggunakan kostum ala kadarnya pula, karna ini hanya pertunjukan kecil-kecilan untuk pengambilan nilai praktek Bahasa Indonesia.

Setelah mengucapkan terimakasih sebagai kata penutup, kami mulai berkemas. Mengemasi properti dari meja dan kursi kelas, mengembalikannya ke tempat semula.

Zidqi tampak berbisik ke salah satu temannya. Lalu temannya itu berbisik pula ke teman satunya. Begitu seterusnya sampai yang terakhir berbisik pula pada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kami.

Ada apa ini? Kenapa salah satu dari mereka tidak membisiki ku? Atau jangan-jangan yang mereka bicarakan sambil berbisik itu, aku? Kenapa? Ada yang salah dengan penampilan ku, ya?

Aku berputar seraya meneliti penampilan ku. Tidak ada yang aneh, kok. Masih sewajarnya. Atau mereka membicarakan penampilan ku tadi? Tapi, mereka semua serentak tepuk tangan dan bersorak senang bahkan ada yang bersiul menggoda. Tidak ada yang salah, kan?

Lalu apa yang mereka bicarakan? Sampai berbisik seperti itu.

Aku menyikut Bella dan cewek itu hanya tersenyum penuh arti seraya menuntunku berdiri di tengah kelas. Dan mereka pun serempak mengelilingiku. Ada apa ini?

Ekspresi mereka tampak lucu, ada yang tersenyum, cengengesan sendiri bahkan ada yang mengerlingkan mata padaku.

Aneh-aneh saja!

Guru Bahasa Indonesia ku tampaknya mengerti, beliau tersenyum hangat lantas mengusap bahuku seraya berjalan keluar kelas.

Beberapa teman sekelas ku sempat mencegat guru Bahasa Indonesia kami itu, meminta beliau untuk ikut acara yang mereka buat. Beliau menggeleng, lantas berkata. 'Ini urusan anak muda, bukan jamannya Ibu lagi'

Aku tertegun sebentar, sekelabat khayalan melintas di benak ku. Jangan bilang Zidqi akan...

Ah! Masa iya?

Tapi di lihat dari cara mereka memperlakukanku, sepertinya khayalan yang sempat lewat itu nyata.

Oh God!

Belum apa-apa aku sudah bersemu.

"Ada apaan sih ini?" tanyaku memastikan. Mereka serentak menggeleng dan cengengesan dengan wajah tak berdosa mereka.

Benar-benar minta di beri satu jitakan. Aku mendengus pelan dan meremas jari menahan gugup yang mendera. Apa ini benar?

Ku lihat dari tadi Zidqi tak kelihatan. Sejak pertama kali ia membisiki salah satu temannya sampai sekarang cowok itu belum muncul juga.

Aduh, aku semakin deg-degan!

Aku semakin di buat kepanasan sendiri di tengah-tengah kerumunan teman sekelasku setelah dua menit berlalu dan Zidqi pun belum juga datang.

Sebenarnya, cowok itu kemana?

Dua menit lagi, akhirnya cowok itu datang. Mendapat riuh rendah sorakan serta siulan menggoda dari teman sekelasku.

Tampak cowok itu berjalan kikuk ke arahku sambil menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya. Dan sukses membuat jantungku semakin menggila.

Ia berhenti tepat dua langkah di depanku. Refleks aku mendongak menatapnya, menemukan ke dua iris gelap nan teduh namun tajam itu.

AliasQi [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang