Aliasqi : 8. Kalo Gak Suka, Di Ganti Aja

1.7K 212 7
                                    

Sumpah demi apapun aku malu. Sangat malu. Tak tahu harus di mana aku letakkan wajahku sekarang.

Kenapa aku malah mengungkapkannya kemarin? Kenapa? Hah, aku tak tahu harus memasang ekspresi apa kalau bertemunya nanti.

Siapa pun tolong aku. Aku malu.

Pagi ini bahkan aku sengaja datang agak siang dari biasanya. Ku parkirkan motor ku jauh dari ninja hitam miliknya. Aku tak ingin dekat-dekat dengannya untuk saat ini.

Tergesa aku melangkahkan kaki di koridor menuju kelas. Aku harus menengok ke kanan dan ke kiri seperti maling yang sedang melihat situasi agar tak bertemu dengannya, kalau-kalau cowok itu muncul tiba-tiba aku harus memasang kewaspadaan penuh. Aku mohon untuk sekali ini saja.

Beberapa teman-teman ku dari kelas lain berkerut bingung melihat tingkah anehku pagi ini. Bahkan Dinda sahabatku dari kelas sebelah sempat menempelkan punggung tangannya di dahiku. Mengecek apakah suhu tubuhku meninggi hingga aku berkelakuan aneh seperti ini.

Aku hanya bisa berkata 'baik-baik saja' lantas melangkah agak cepat menuju kelas setelah ku dapati ia tak ada di sekitarku dan kondisi aman terkendali.

Agak gugup setengah mati aku mencoba membuka pintu kelas yang sengaja di tutup dari dalam. Ada yang menahannya dan aku hanya bisa berdecak sebal seraya menepuk pintu dengan kesal dan mengeluarkan suara setengah berteriak. "Woi! Buka!"

Pintu itu perlahan terbuka aku sudah bersiap menyemprotkan berbagai umpatan untuk orang yang menahan pintu ini. Tapi, sepertinya Tuhan berkehendak lain.

Bulat-bulat aku menelan umpatan yang akan keluar tersebut bahkan aku sampai tersedak saliva sendiri saking terkejut bercampur panik.

Dia berdiri di sana. Tersenyum hangat dan menyapa ku seperti biasa. "Pagi Lia." Dengan tatapan teduh yang sama membuat aku memerah di tempat.

Siapapun tolong aku pergi dari sini. Aku mohon!

***

Sepertinya hari ini termasuk hari sial untukku. Sepertinya Tuhan marah padaku karna telah bersumpah dengan perkataan tidak penting itu. Tapi, sungguh aku hanya kelepasan karna emosi tak bisakah Tuhan berbaik hati pada ku untuk hari ini.

Tuhan tak ingin lagi mendengar harapanku ini. Sudahlah, aku hanya pasrah menerima keadaan. Mungkin ini memang takdir yang harus ku terima.

Aku harus duduk satu kelompok dengannya dan sial bagi ku, aku duduk di hadapannya padahal susah payah aku mencari posisi yang tepat, tapi takdir tak main-main untuk ini.

Bella menepuk bahuku simpati seraya tersenyum menyemangati dan ku balas senyum kecut dengan helaan napas pasrah.

Aku tak bisa berkata apa-apa lagi sekarang. Hanya menjawab sekenanya bila dimintai pendapat untuk tugas drama Bahasa Indonesia dan mengiyakan saja saat penentuan tokoh yang akan diperankan.

Aku tak bisa fokus. Bisa dipastikan Zidqi melihat ke arah ku sekarang. Bukan hanya sekarang tapi sejak tadi. Saat Bu Yanti menentukan nama kelompok ia sudah mencurahkan seluruh atensinya padaku.

Sialan!

Kalau saja aku tidak mengungkapkannya kemarin, hari ini pasti akan berjalan lancar. Aku menyesal sekali telah mengungkapkannya.

"Li lo jadi tokoh utamanya ya sama Zidqi," sahut Mayang yang sibuk menuliskan nama-nama kami dan nama-nama tokoh yang akan kami perankan pada selembar kertas hasil jarahan diam-diam dari tas Zikri.

Aku mengangguk saja. Sejujurnya tak terlalu mendengarkan perkataan Mayang tadi. Aku hanya sibuk menetralkan detak jantung yang semakin menggila.

Bella menyikut ku, lantas aku menoleh dengan tatapan bertanya apa?

Ia menarik kertas berisikan nama-nama kami tadi dan memperlihatkan apa yang di tulis Mayang.

Aku mengerjap memerhatikan lantas tersedak menahan rasa terkejut seraya menutup mulut yang menganga karna mendapati nama ku menjadi pemeran utama wanita dan Zidqi pemeran utama pria.

Oh Tuhan! Cobaan apa lagi ini?

Aku meringis pelan menatap Mayang dan mengembalikan kertas tadi dan  bertanya. "Kok gue jadi pemeran utamanya?" tanyaku pelan tak ingin terdengar oleh Zidqi.

Dan sialnya Mayang mengeluarkan suara toa khas yang di milikinya. "Lo gak mau pasangan sama Zidqi?"

Ingin sekali aku mengumpani Mayang untuk ikan hiu dan membiarkannya di telan bulat-bulat oleh predator bergigi runcing itu.

Sialan! Benar-benar sial!

"Li kalo lo gak suka. Pemerannya di ganti aja." Ia tersenyum dan mengintruksi Mayang mengganti nama pemeran. Dan aku tak bisa berkata-kata lagi setelah mendengar Bella membisikkan satu kalimat padaku.

"Li, tadi Zidqi udah senyum seneng banget lo jadi pasangan dia di drama kita tapi dia langsung kecewa pas lo protes sama Mayang dan pura-pura senyum seolah gak terjadi apa-apa." Aku meneguk saliva susah payah karnanya. Pantas cowok itu tidak memakai aku-kamu tadi.

Perlahan aku mendongak ingin melirik sedikit bagaimana ekspresinya sekarang, tapi yang aku lihat hanyalah kursi kosong dengan tas sandang yang tergantung di sandaran kursi.

Lantas aku mengalihkan pandangan mencari-cari sosoknya di penjuru kelas dan aku menemukan ia sedang berdiri di depan meja Bu Yanti meminta permisi keluar kelas. Aku melihat lurus ke arahnya dan ia hanya berekspresi datar seolah ada hal yang tidak menyenangkan hatinya. Berjalan acuh keluar kelas dengan tangan di masukkan ke saku celana.

Aku mendesah panjang dan hanya bisa menatap kursi kosong di hadapan ku seraya bertopang dagu lalu berpikir memilih kata yang tepat untuk aku sampaikan padanya nanti.

-AliasQi-

Vote dan komen ya😊

AliasQi [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang