Chapter 6 - Satu Langkah Lebih Dekat

5.5K 1K 377
                                    

Chapter ini agak panjang. Prepare your heart hehehe.

Happy Reading!

**************************************************



"Duh, mampus gue!" ucap Seongwoo sambil duduk tidak tenang di dalam angkot jurusan Ciumbuleuit-Stasiun. Lagi-lagi dia kesiangan. Kalau sudah telat gini, Seongwoo memang memilih untuk naik angkot aja dari kosan ke kampus, walaupun gak sampe satu menit juga udah kelihatan gedung kampusnya.

Dia melangkahkah kakinya lebar-lebar melewati selasar hukum dan berlari ke gedung fisip. Pria itu semakin panik saat melihat ada segerombolan orang yang sedang nongkrong di Letter T. Ia menunduk dan mempercepat langkahnya, pura-pura tidak melihat sosok laki-laki di sana.

"Eits! Tunggu dulu!" Seongwoo memaki dalam hati saat orang yang paling tidak ingin dia temui sudah menghalangi jalannya. Siapa lagi kalau bukan si kakak sipit.

"Kak, jangan ganggu saya dulu dong. Udah telat nih. Saya gak mau diusir dari kelas," ucap Seongwoo dengan tampang memelas. Kakinya dihentak-hentakkan tidak sabar, membuat pria bernama Daniel malah semakin gencar ingin menjahili.

"Kalau diusir kan tinggal nongkrong di sini sama gue, hehehe."

Seongwoo merotasikan matanya malas. Selepas dari acara bakti desa sebulan yang lalu, Daniel tidak pernah membuat hidup Seongwoo menjadi damai. Contohnya ya kayak pagi ini. Jangan tanya sudah berapa kerdusan Daniel yang bahkan Seongwoo udah hafal mati. Untung hatinya Seongwoo kuat, jadinya gak baper.

"Kak udahan dong isengnya. Jangan dikurung kayak gini. Saya mau masuk kelas," ucap Seongwoo saat Daniel mencengkeram kedua lengannya.

"Ya udah gue lepasin, tapi ada syaratnya. Nanti siang lo harus makan bareng gue. Gimana?" tanya Daniel.

Seongwoo langsung mengangguk. "Iya boleeeeh." Dia bener-bener pengen pergi dari hadapan Daniel. Lagipula gak mungkin kan pria itu mau menunggu Seongwoo. Kelasnya dia tiga jam, loh. Nanti Seongwoo tinggal kabur aja sebelum ketemu Daniel.

Pria bermata sipit itu melepaskan cengkeramannya sambil terkekeh. "Janji ya. Gue tungguin di sini." Seongwoo buru-buru melangkahkan kakinya memasuki gedung. Tidak mengindahkan Daniel yang sedang meneriakkan namanya sambil melambaikan tangan.

Seongwoo mengurut keningnya yang pening. Ia berkali-kali menatap catatan hasil kelas hari ini. "Woo, gak makan?" tanya teman di sebelahnya.

"Iya bentar lagi. Lo duluan aja, gue belom selesai nyatet materi," ucapnya sambil melanjutkan salinan yang tertunda. Setelah selesai, ia buru-buru merapikan tasnya dan turun ke lantai tiga. Perutnya sudah keroncongan minta diisi.

"Ji, dimana? Makan yuuuk." Seongwoo menelepon sahabatnya yang mungkin sekarang masih di kosan.

"Duh, mager keluar kosan. Gue mau delivery ayam garem aja. Sama Minhyun aja atau Daehwi tuh yang ada kelas," jawab Jisung yang masih betah ngulet di atas kasur. Seongwoo mencebikkan bibirnya setelah mematikan sambungan telepon.

Siapa ya yang bisa diajak makan siang? Batin Seongwoo sambil melihat daftar nama temennya di aplikasi line. Dirinya benar-benar lupa kalau ada seseorang yang setia menunggu di kursi taman.

"Nah! Akhirnya selesai juga kelas lo. Yuk makan!" ujar Daniel yang tiba-tiba muncul dan menggandeng tangan Seongwoo. Pria yang digandeng malah kelabakan bingung, tidak bisa mencerna apa yang baru terjadi.

"Eh eh, kak Daniel lepasin ih, jangan gandeng tangan saya," ujar Seongwoo. Daniel menghentikan langkahnya dan setengah tidak rela melepas cengkeramannya.

LDR - Long Distance Religion (ONGNIEL)Where stories live. Discover now