Chapter 29 - Jaga Diri

2.1K 281 304
                                    

Halo semua! Gak kerasa, kayaknya buku ini udah melewati 3 kali bulan puasa haha. Baca chapter ini pelan-pelan aja ya😊

Happy reading!

🥨🥨🥨🥨🥨🥨🥨🥨🥨🥨🥨

"Seongwoo! Woo!" Minhyun mengguncang bahu sahabatnya yang dari tadi tidak menyahut.

"Hah? Kenapa?" Tanya Seongwoo, pandangannya tidak teralih dari layar laptop di depannya.

Minhyun menghela nafas sambil menyodorkan mangkok mie ayam milik Seongwoo yang gak tersentuh. "Makan dulu, Woo. Sampe melar mie ayamnya."

Hal ini gak sekali dua kali terjadi. Seongwoo memang akhir-akhir ini sibuk sekali. Mulai dari masalah himpunan, sampai dirinya yang mengurus ospek mahasiswa baru. Tiap hari ada aja yang dikerjakan. Entah rapat panitia, himpunan ataupun dengan dosen, belum mengurus laporan pertanggung jawaban dan lainnya.

Teman-temannya udah sampe berbusa mengingatkan cowok itu untuk jaga kesehatannya, paling nggak untuk makan tepat waktu. Tapi memang Seongwoo yang keras kepala suka gak menanggapi omongan yang lain.

"Iya iya. Nanggung. Abis ini gue makan," jawab Seongwoo.

Tepat setelah bicara, ada sebuah telepon masuk. "Halo, iya kak. Ini lagi Seongwoo kerjain. Udah beres kok, tinggal diprint. Oh? Sekarang banget? Ya udah aku kesana."

Pria itu langsung buru-buru mengutak-atik laptop dan membereskan tasnya. "Nyooon, gue cabut duluan ya. Kak Brian minta ketemu, mau bahas buat acara Fisip Cup. Dah! Nanti malem kalo mau makan bareng kabarin aja ya."

Tanpa menunggu respon Minhyun, Seongwoo berlari terburu-buru. Meninggalkan mie ayamnya yang bahkan belum tersentuh. Minhyun cuma menggelengkan kepalanya lalu lanjut makan. Sampai ada suara yang mengagetkan dirinya. "Punya Seongwoo?"

Minhyun melihat Daniel yang berdiri di depan mejanya. "Iya. Gak dimakan, udah keburu dipanggil tugas negara."

Daniel berdecak halus. "Oke deh. Duluan ya Minhyun," ucap pria itu lalu berjalan meninggalkan kantin.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

"Huft..." Seongwoo menghela nafas sambil menutup matanya. Ia memijit pelan bahunya yang letih. Tidak menyangka kalau rapatnya bersama Kak Brian dan yang lain akan berjalan alot.

Langit sudah gelap saat dia keluar dari ruang himpunan. Pria itu mencari ponselnya untuk menghubungi siapa pun yang bisa diajak makan. Mengingat seharian ini dirinya belum makan sama sekali.

"Aw!" Teriaknya kaget saat tiba-tiba ada benda dingin ditempelkan di pipinya. Ia refleks menoleh ke belakang.

"Daniel?" Tanya pria itu bingung.

Di belakangnya sudah berdiri sang senior dengan senyum gigi kelinci yang manis. Seongwoo menahan senyumnya, sama halnya dengan Daniel yang menahan tangannya. Kalau saja... Kalau mereka masih sepasang kekasih, Daniel tidak akan membuang waktu untuk menarik Seongwoo ke dalam pelukannya. Lalu mengelus rambutnya atau memijit pelan lengan kekasihnya yang sedang lelah.

"Capek ya?" Ujar Daniel sambil mengambil satu langkah mendekat. Dia menunduk sedikit untuk melihat gurat letih di wajah Seongwoo.

"Lumayan," jawab Seongwoo. Pria itu mundur sedikit, memberi ruang di antara keduanya.

Daniel sedikit tercubit dalam hati. Ternyata benar kata orang, gelas yang sudah pecah walaupun coba untuk disatukan, retakannya tetap akan terlihat. Sama seperti hubungan antara Daniel dan Seongwoo yang tidak akan pernah lagi sama. Meskipun sudah hampir setahun perpisahan di antara keduanya, tapi Seongwoo masih menjaga jarak. Berusaha untuk berlaku sebagai seorang teman dan junior yang baik.

LDR - Long Distance Religion (ONGNIEL)Where stories live. Discover now