• Prolog •

713 63 32
                                    

Adakalanya yang datang lalu pergi, ada pula yang pergi lalu kembali. Dia yang disini berjuang, dan dia yang menjadikan do'a sebagai kekuatan. Lalu, keduanya terdapat satu kata "ada". Ada yang menautkan dengan usaha, dan ada yang menyatukan dengan bisikan do'a. Dan pada akhirnya semuanya berakhir dengan bertahan.

Hanya satu yang kita perlukan "kesabaran"

Ini tentang waktu, jarak, dan persahabatan. Awalnya aku berfikir ini adalah sebuah takdir tersial yang tuhan takdir kan untukku, dia yang pergi tanpa kabar. Dan setelah 9 tahun lamanya tanpa kabar, ia kembali dengan kondisi dan situasi berbeda.

Awal yang aku kira ia tak pernah kembali, setengah hati ku melupakannya dengan menerima sebuah pernyataan cinta dari seorang pria. Aku menerimanya, sebab rasa tidak enak hati saat aku menolaknya sebab dia yang selalu berusaha membuatku tertawa saat air mata yang kan menetes dalam pelupuk mata.

Bahkan dengan hati pria itu begitu menyayangiku. Hingga tibalah saat Dia sosok yang aku rindukan kembali, dan dengan waktu tak terduga ia datang dengan pernyataan yang ia ucapkan pada kedua orang tua ku. "Izinkan saya menjadi imam serta pemimpin bagi putri anda , Pak." Suaranya terdengar begitu jelas, entah haruskan aku bahagia dengan keadaan ini, ataukah sebaliknya?"

Ini aku Afshin Arisa Umurku 18 tahun orang memanggil ku Shin. Duduk termenung di taman belakang sekolah adalah favoritku, memutar kembali kenangan masa kecil ku dengan dia yang menjadi teman Setiaku dulu, tapi entah lah sejak dia masuk SMP aku tak pernah melihatnya lagi terakhir kalinya dia yang telah mengajariku membuat lampion dari benang keesokan harinya aku tak melihatnya lagi.

Dia Afnan Danis seorang pria kecil dengan lesung di pipi kanannya pria cerewet yang selalu membuatku geli dengan tingkahnya dengan sosok pria kecil dengan kata bijaknya.

Seorang pria kecil berlari kearah sebuah kamar dan membuka pintu dengan keras Shin. Dengan perasaan gemas, Afnan mendekati putri tidur yang masih saja hanyut dalam mimpinya.

"Cepatlah bangun ini sudah siang." ucap pria kecil itu pada seorang gadis kecil yang tengah tidur diatas kasur dengan lilitan selimutnya.

"Sebentar kasih aku waktu 5 menit lagi, aku masih ngantuk." ucap gadis itu pelan sembari mengangkat tangan kanannya keatas.

"Tidak ada kata 5 menit lagi, kalau kamu nggak bangun aku tinggal." mata gadis itu langsung membulat sempurna dan berlari kearah kamar mandi, tak ingin membuat pria itu menunggu lebih lama.

"Aku tunggu di bawah ya, aku kasih kamu waktu 5 menit buat siap-siap."

"Iya Iya." jawab Shin lantang di dalam kamar mandi. pria kecil itu tengah duduk di gazebo belakang rumah gadis kecil itu. Dengan peralatan yang sudah ia siapkan untuk membuat lampion dari benang sembari menunggu gadis kecilnya itu datang.

"DOR!!"teriak Shin tiba-tiba berniat ingin mengejutkan seorang pria yang tengah fokus pada kertas digenggamannya. Tangannya menepuk pundak Afnan yang masih berkutat dengan benang juga balon berwarna merah muda.

"Kakak kaget?" tanya gadis itu duduk di sebelah Afnan.

"Tidak tidak sama sekali." tanpa menoleh kearahnya.

"Kak Afnan Apa yang kau lakukan dengan semua ini?" ini tanya gadis kecil itu bingung, ia memutuskan untuk duduk disebelahnya tanpa berniat mengganggu.

"Lihat saja nanti aku akan membuat sesuatu yang spesial buat kamu, dasar anak malas hahaha." tawa Afnan yang begitu sederhana namun dapat membuat Shin ikut tertawa. Padahal dirinya mendengar panggilan buruk itu, tapi entah dia tak membantahnya.

"Shin Ingatlah besok bisa kamu harus belajar bangun pagi, kamu harus salat subuh dulu masa iya kamu tiap hari nggak salat subuh." ucap pria kecil itu mengamati gadis di depannya.

"Iya kak Afnan aku usahain kok Biar aku bangun pagi terus, kakak juga datang ke rumah aku lebih pagi dong biar bisa bangunin aku. Kakak tahu kan aku nggak bakal bangun pagi kalau bukan kakak yang bangunin." jelas Sin yang terlampau dekat dengan sosok Afnan. Baginya pria itu sangat berarti dalam hidupnya, diliriknya Afnan yang sedang berdiri disebelahnya.

"Iya In SyaaAllah aku usahain tapi mulai besok kamu harus bisa bangun pagi buat salat subuh, Oke? ntar siangnya aku beliin es krim coklat buat anak malas sepertimu." mata gadis itu langsung berbinar walau panggilannya itu teramat jelek ditelinga namun itu sirna dengan seketika.

"Beneran kakak mau beliin aku es krim?" ucapnya kegirangan. Matanya berbinar, poni yang menggantung dijidat gadis itu membuatnya terlihat menggemaskan.

"Iya aku beliin kamu es krim untuk anak malas sepertimu, tapi kamu tiap hari harus salat subuh."

"Siap komandan!" ucap Shin keras seraya menunjukkan gigi kelinci nya.

Matahari kian meninggi, beberapa kertas yang semua rapi kini menjadi berantakan dengan potongan yang tak beraturan. "Wahh akhirnya jadi juga. Kak Afnan ini bagus banget, yang warna pink buat aku, ntar yang warna biru buat Afnan." laki-laki itu menganggukkan kepalanya patuh. Melihat gadis kecil dihadapannya itu tersenyum, membuat dirinya pun ikut tersenyum.

"Ntar malem kita terbangin ya Shin." gadis itu tersenyum lantas menganggukkan kepalanya setuju. "Janji?" tatap Shin memastikan, sebenernya tanpa berucap janjipun Afnan pasti akan kemari untuknya. Dirinya tahu, jika pria tampan didepannya itu tak akan mengingkari janjinya.

***

Sudah hampir jam 9 malam Sin berdiri didepan pintu, menunggu sosok Afnan belum juga terlihat, tidak biasanya pria kecil itu tidak menepati janji seperti sekarang ini. Dalam pikirannya apakah pria itu telah lupa pada janjinya, rasa kecewa dan khawatir tengah menyatu dalam diri Sin. "Shin masuk yuk udah malam ini, dingin diluar." ucap wanita paruh baya menatap anak bungsunya yang tengah mondar-mandir sambil menggigit jarinya.

"Nanti saja bunda, Shin mau nungguin kak Afnan." lagi-lagi ia menatap kearah depan rumah, harapannya pria yang dinantikannya itu tengah berjalan menuju rumahnya. Namun semuanya hanya bayangan yang dengan singkat lenyap.

"Baiklah bunda, nanti kalau kak Afnan kemari panggil Shin ya?" wanita paruh baya itu mengangguk paham. Melihat anaknya itu gelisah, ada perasaan bersalah yng menyelinap.

Dan sampailah pada detik ini sosok Afnan yang tak pernah datang menemui Shin pergi tanpa pamit. Dia tidak akan meninggalkan mu begitu saja, besok pasti dia akan kembali.

TBC

Itsnani A [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now