Gundah

108 12 2
                                    

Menunggu mungkin terlihat mudah bagi setiap mata yang melihat, tapi kenyataannya menunggu tidak mudah bagi setiap hati yang menjalaninya.

-o0o-

"Ingin kau ceritakan kisah hari mu atau tidak?" tanya gadis itu menggeser tubuhnya mempersilakan pria itu untuk duduk disebelahnya. Pria itu tak menjawab apapun, hanya berjalan mendekati gadis itu lalu duduk disebelahnya dengan tatapan kosong.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya gadis itu lagi, tetap sama tak ada sahutan dari pria tampan itu. Sekali lagi ia mencoba bersabar dengan pria disebelahnya itu dengan sendu.

"Apa ada masalah?" gadis itu menunggu pria disebelahnya angkat bicara, namun tak ada sepatah kata apapun yang pria itu lontarkan. Gadis itu geram, "sampai kapan kau akan diam seperti itu? Apa gunanya kamu kemari?"

Pria itu menatap kedua bola mata Tissa yang sedari tadi tertuju padanya, "Tidak ada."

"Lalu untuk apa kamu repot-repot kesini?" desis gadis itu lalu melangkah menuju dapur. "Aku akan pergi sekarang kalau begitu."

Gadis itu lantas menoleh lalu berlari kearah pria itu yang tengah berdiri bersiap akan berjalan keluar, "ada apa?"

"Kenapa kamu jadi linglung begini?"

"Entahlah, sudahlah aku mau pulang. Assalamu'alaikum," setelah gadis itu menjawab salam dan menatap punggung pria itu pergi, ia berbalik lalu menutup pintu. Ia tidak benar-benar menginginkan pria itu untuk kembali pulang, tapi bagaimana lagi sudah terlanjur.

Sebenarnya ia tahu apa yang membuat pria itu begitu murung, pikiran dan hatinya bersuara untuk berpura-pura tidak tahu apapun. 

-o0o-

"Lihatlah kesana," Afsin mengikuti arah pria itu tunjukkan, matanya menyipit agar pandangannya terfokus pada satu titik.

"Ada apa?" 

Pemuda itu tak menjawab pertanyaan itu, ia berlalu melewati Afsin yang menatapnya heran. Mereka melangkah meuju sesorang yang tengah sibuk dengan benda persegi panjang itu, Irsyad dengan cepat menyambar ponsel itu dari tangan gadis itu.

"Kembalikan hp ku!" perintah gadis didepannya sambil melayangkan tangannya berusaha merebut ponselnya kembali. "Diamlah, masuk kedalam kita akan pergi."

Pemuda itu menyuruh dua gadis itu duduk dibagian belakang mobil, "lho Arya kok ga ikut?"

Disisi lain, Afsin yang mendengar nama adiknya disebut gadis itu lantas menoleh cepat kearah gadis disebelahnya. Pria itu tersenyum lalu memutar badannya menatap kedua gadis dibelakangnya, "sudah aku bilang, aku yang menceritakannya."

"Kenalin kak, aku Aisyah. Sepupunya bang Irsyad," gadis itu melayangkan tangannya memberi salam. Afsin menerima uluran tangan itu lalu tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Arya kenapa ga ikut Kak Ris?"

"Oh dia ada urusan katanya," Aisyah tak menanggapinya lagi, ia kembali menatap pria itu tajam melalui kaca yang berada di dekat kepala pria itu. "berhenti menatapku."

"Kembalikan ponselku!" gadis itu dengan sigap menangkap ponselnya yang Irsyad lempar ke belakang dengan pelan, namun tetap saja benda persegi panjang itu nyaris terbentur benda besi yang mereka tumpangi sekarang.

"Aku tidak masalah jika abang lemapr ponselku, tapi aku jamin abang ga akan pulang dengan selamat jika tidak ada biaya asuransi sebagai gantinya." Pria itu hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu kembali fokus pada kegiatan menyetirnya.

-o0o-

"Aku ngga nyangka abang bakal kembali," pria itu menatapnya dengan tatapan tak suka, seluruh fokusnya kini tertuju pada sosok laki-laki yang tengah duduk menatap tanah basah.

Itsnani A [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now