• Bagian 2 •

212 37 10
                                    

PERGILAH

-Bagian dari kekuatan adalah mengikhlaskan, bukan hanya sekedar perasaan tapi juga tentang arti pengorbanan-

-o0o-

To : Raid Ketu

Assalamu'alaikum Id, aku bisa minta tolong ngga? Kamu ada nomor murid baru tadi?

Setelah mendapat nomor teman sebangku dari sang ketua kelas, dengan cepat Afshin menggetikkan pesan agar ia membawa perlengkapan untuk latihan besok.

To : Irsyad

Besok bawa seragam olahraga buat latihan badminton, info dari bu Kholis.

-Risa

From : Irsyad

Oke, makasih udah kabarin aku. Btw aku izin save nomor kamu.

Afshin tak membalasnya lagi, lalu dengan malas ia memasukkan celana training dan kaos berlengan panjang serta kerudung kaos berwarna hitam yang akan ia pakai saat latihan kedalam tas. Meletakkan raket disebelah tasnya lalu memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya. Memejamkan matanya untuk sekedar melepas penat.

***

Setelah sarapan pagi Afshin memilih untuk berangkat lebih pagi dari hari biasanya. Memasuki ruang kelas, dirinya tak melihat pria yang akan menjadi pasangan dalam mengikuti lomba sebagai perwakilan sekolah. Duduk dengan earphone yang sudah terpasang sempurna ditelinga, ia memutar lagu dan mulai mengeluarkan sedikit suara mengikuti lirik lagu yang ia dengar.

Kesempatan pagi ini tidak akan ia sia-siakan, Afshin menggeser meja Irsyad beserta dengan kursinya. Tak perduli tatapan aneh teman kelasnya, dirinya kembali duduk dan menyanyikan dengan pelan lagu yang di dengar.

Ponselnya bergetar menandakan ada pesan masuk, dengan segera Afshin membuka pesan itu. Dan ternyata pesan itu dikirimkan oleh guru olahraga. Afshin mengetikkan beberapa pesan sebagai balasan. Gadis itu mengangkat kepalanya ketika sosok pria yang ia tunggu muncul dari balik dinding.

"Latihan diajuin, jam 8 kita mulai." Ucapnya menyampaikan pesan yang ia terima setelah pria itu duduk dimeja yang sudah ia pindahkan.

"Ini kenapa mejaku pindah kesini? Kamu yang geserin?" Tanyanya bingung menatap Afshin penuh tanya. Pikir Irsyad memang gadis itu tidak nyaman saat dirinya berdekatan.

"Iya, aku gak menerima penolakan dari siapapun, walaupun itu guru." Ucap Afshin tanpa menoleh kearah Irsyad.

"Oke."

Afshin berjalan keluar kelas menuju kamar mandi, untuk mengganti seragamnya dengan kaos dan training yang ia bawa tadi malam. Kembali ke kelas dengan membawa raket dan langsung menemui guru olahraga, Afshin lihat seorang laki-laki sedang duduk dipinggir lapangan dengan air minum disebelahnya.

"Pagi pak." sapanya lalu duduk disebelah pria berumur kepala tiga itu.

"Pagi juga, lho kamu sendiri? Irsyad mana?" Afshin menggidikkan bahunya tak tahu.

"Pak saya mau nanya dong, kan saya udah kelas 12 masa masih ikut lomba si pak? Terus kenapa harus sama Irsyad, ngga sama Abbad?" tanyanya guru di hadapannya itu, dan ia harap semoga Irsyad akan terganti dengan Abbad, atlet yang dulu mewakili sekolah dengannya.

"Ini perlombaan terakhir Ris, lagi pula adik kelas yang akan menggantikan mu bapak belum temukan. Untuk Abbad, dia sedang cidera. Jadi bapak pilih Irsyad sebagai penggantinya, dari yang bapak ketahui disekolah sebelumnya dia dapet prestasi yang bagus di bidang olahraga terutama badminton." Jelas pak Amat yang tengah menatap ke lapangan dimana siswa-siswi lainnya yang mengikuti lomba atletik, mau tidak mau Afshin harus menerima.

Itsnani A [TAHAP REVISI]Where stories live. Discover now