|3

1.2K 150 7
                                    

"AH ELAH. AH TAI KAN. AH YAAH. AAAAHHH."

"Hahhaahah mampos lo. Mamam tuh."

"Tai lo Dim."

"Dih gue, elo nya aja yang kaga bisa maen. Nyalahin orang."

"Kak, mau ke bawah kan? Entar ke atas sekalian bawain puding yaa."

"Gua juga kak."

"Idih ogah, ambil aja sendiri." Sewot Kanara kepada adik dan teman adiknya.

"Kan sekaliaaaann."

"Ogah."

"PELIT!!!!!" Teriak Tara, adik Kanara.

"Ha ha ha." Tawa ledek Kanara.

"Ngeselin banget dah kakak lu Ra."

"Emang. Lu ambil gih, lu bawa pulang sono."

"Lah, ogah. Belom ada seminggu udah gila duluan gua." Tolak Dimas, yang sedari tadi menjadi teman Tara bermain game.

Tara dan Dimas menjadi dekat karena pertemanan ibu mereka yang terlalu sering mengajak anak-anak mereka ketika melakukan pertemuan hanya sekadar untuk tetap menjalin tali silahturahmi yang sudah terbangun sejak lama.

Tara dan Dimas berbeda sekolah, justru Kanara yang berada di satu sekolah yang sama dengan Dimas.
Dimas salah satu teman band Saga, bermain di alat musik drum. Keahliannya dalam menggebuk alat musiknya itu telah dilakoni Dimas sejak masih di bangku SMP, dengan kegemarannya bermain drum, Dimas memutuskan untuk ikut dalam kegiatan sekolah di luar kegiatan akademiknya, bergabung dengan band sekolah yang di gaungi oleh Saga, Juno, Bara, dan Wira. Dengan keahliannya itu dan paras wajahnya yang tampan Dimas mempunyai cukup banyak penggemar perempuan di sekolahnya. Namun, ada seseorang yang sejak lama mengisi salah satu ruang di hati Dimas, Kanara.


"Nih."

"Apaan nih?"

"Titipan bunda buat bunda kamu."

"Wiiihhh brownies." Mata berbinar Dimas melihat isi yang ada di dalam kotak yang diberikan Kanara.

"Bukan buat kamu, amanah tuh kasih ke bunda."

"Iyaaaaa."

"Mas..."

"Hm?" Dimas yang masih fokus pada sekotak brownies terlihat tak begitu tertarik dengan seseorang yang ada di depannya kini, atau lebih kepada menyembunyikan hal yang takut seakan-akan Kanara bisa saja mengetahuinya. Isi hati dan pikiran Dimas yang tak fokus karena detak jantungnya. Jika Kanara menyadari, saat ini telinga Dimas sudah berubah merah.

"Ah! Gak jadilah. Pelototin aja tuh brownies ampe jadi pukis!."

"Laaaahh, ngapa dia???"

Bukan, sebenarnya bukan karena Dimas yang mencuekan Kanara, namun memang Kanara yang enggan untuk bertanya. Sehingga mengurungkan niat untuk melanjutkan kata-kata yang akan di tanyakannya kepada Dimas.

"Saga udah punya cewek belom Mas?"

Jauh di sisi lain ada sepasang mata yang sedang memperhatikan keakraban Dimas dan Kanara. Iri? Iya. Dia juga ingin lebih jauh mengenal Kanara, seorang perempuan yang berhasil menarik perhatiannya, seorang perempuan yang terlihat berbeda di matanya.


"Ra, sorry ya Ra hari ini lo gak bisa nebeng gue dulu. Gue mau ke rumah Andin, ngerjain tugas kelompok. Lo minta anterin adek lo aja."

"Adek gue. Adek gue di mane, gue di mane."

"Si Dimas maksud gua."

"Ohiyak!!! Yaudah gue nyari Dimas dulu keburu pulang bocahnya. Gih sono lu!!!" Usir Kanara kepada Hilda.

"Yeeeee emang dasar lu yaaa temen habis manis sepah dibuang."

"LO MAH GA ADA MANIS-MANISNYA DA HAHAHAHHA." Ledek Kanara sembari pergi menjauh dari Hilda untuk mencari Dimas dan perlindungan dari amukkan Hilda.

Setelah berkeliling mencari Dimas, dari mulai kelas Dimas di lantai tiga, hingga di kantin Kanara tidak menemukan sosok yang dicarinya. Tidak mungkin Dimas sudah pulang, setelah Kanara mencari ke kelas Dimas, Kanara mencoba mengecek ke parkiran dan motor Dimas masih ada di salah satu jejeran motor yang masih terparkir berongga karena sebagian sudah ada yang pulang.

Teringat satu tempat yang pasti akan Dimas kunjungi, studio band. Ragu kaki Kanara melangkah ke studio band tempat biasa Dimas dan anggota yang lainnya berkumpul, enggan untuk melihat Saga. Walau di satu sisi ada keinginannya untuk melihat Saga secara lebih dekat. Setelah sekian lama hanya berani melihat dan memperhatikan Saga dari jarak yang terbilang cukup jauh, kecuali ketika band mereka sedang tampil, karena pasti akan tersamarkan dengan begitu banyak perempuan yang mengidolakan mereka.

"Permisi..."

"Iyaa."

"Permisi kak, mau nyari Dimas."

"Oh Dimas. Lagi ke toilet. Masuk-masuk sini, bentar lagi juga balik bocahnya."

"Iyaa kak makasih, di luar aja nunggunya engga apa-apa."

"Panas tau, di dalem aja adem. Tenang gak gua apa-apain kok."

Pletak!!!!!

Satu sambitan buku yang digulung berhasil mendarat di atas kepala Bara.

"Aduh. Sakit anj-."

"Masuk aja Ra, Dimas kayaknya lama, soalnya belom disetor tadi pagi katanya." Suruh Saga dengan sopan, menyuruh Kanara untuk menunggu Dimas di dalam studio.

"Iyaa kak. Permisi."

"Waalaikumsalam." Jawab Bara.

"Eh iya, assalamualaikum. Hehhe." Ucap Kanara canggung.

Tak ada suara selain sesekali petikan gitar Saga dan bass Bara yang terdengar. Saat itu Kanara tidak melihat sosok Wira dibalik keyboard, ingin bertanya tapi enggan dilakukan, masih bisa bernafas normal saja sudah syukur.

"Mau ngapain nyari Dimas?" Tanya Bara. "Eh iya, nama kamu siapa? Bara." Tanya Bara sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Kanara tanda mengenalkan diri.

"Kanara kak. Mau nebeng pulang."

"Ooohh emang rumahnya dimana? Searah sama rumah Dimas?" Tanya Bara lebih lanjut.

"Engga searah sih..."

"Berarti searah sama gue."

"Hah???"

"Rumah gue juga gak searah sama rumah Dimas, berarti rumah lo searah sama rumah gue." Jelas Bara dengan diakhiri senyuman.

Manis pikir Nara.

"Teros aja bang teroooosss." Dimas yang baru saja kembali dari urusannya, bersama Wira yang juga baru kembali dari kantin membeli minuman.

"Ngapain kak?" Tanya Dimas kepada Kanara.

"Kamu pulang kapan Mas?" Tanya Kanara yang disambut wajah terkejut dari Saga, Bara, dan Wira, "hah Mas?".

"Mau latihan dulu, kakak mau bareng aku?"

"Aaahh iyaa, kan namanya Di-Mas." Gumam Bara yang disambut anggukkan Saga dan Wira.

"Iyaa. Lama gak?"

"Sampe jam lima-an sih. Mau nungguin?"

"Yah lama. Yaudah deh aku pulang naik angkot aja."

"Yaudah aku anterin kakak pulang dulu, entar ketiduran lagi kayak waktu it-."

"-adaawwww." Belum selesai Dimas meneruskan kata-katanya pukulan Kanara sudah mendarat terlebih dulu di lengan Dimas.

"Sama gue aja sini, sekalian si Juno minta jemput juga. Gak bawa motor dia katanya."

"Eeh, gak usah kak, gak apa-apa."

"Udah, ayok."

Siang itu Kanara pulang tidak diantar oleh Dimas. Seseorang dengan cerdik mengambil kesempatan untuk bisa lebih mengenal dan dekat dengan Kanara.

S A G ADonde viven las historias. Descúbrelo ahora