|18

593 83 5
                                    

Matahari mulai menenggelamkan diri. Langit senja begitu indah tanpa dihalangi gedung-gedung tinggi layaknya di kota.
Hamparan rumput pada tanah lapang menjadi alas para pendaki mendirikan tenda.
Pantulan cahaya langit begitu indah pada air danau yang tenang yang begitu luas.
Angin dingin, semakin terasa berhembus.
Berbungkus-bungkus mie instan telah habis di santap. Kini, segelas kopi menjadi penghangat di sela-sela obrolan.

Kanara beberapa menit lalu telah memisahkan diri dan memasuki tendanya untuk beristirahat, merebahkan tubuhnya yang lelah.
Sedikit sulit untuk menidurkan dirinya, namun lelah yang begitu terasa memaksanya untuk terlelap. Hingga tengah malam terbangun, mendengar sedikit kebisingan yang terjadi di luar tendanya.

Saat keluar, Kanara melihat beberapa pendaki tengah bersiap-siap untuk melanjutkan pendakiannya. Membereskan peralatan, melipat kembali tenda-tenda tempat dimana mereka mengistirahatkan diri sejenak.
Di tepi danau, Kanara melihat Seno sedang duduk memandangi langit gelap. Dengan sebatang rokok di sela jarinya.

"Lo gak tidur, No?"

"Kebangun tadi. Ada yang minta tolong tendanya ketindih sama tenda gue."

"Ooohh..."

"Kok lu bangun?"

"Denger krasak-krusuk, kebangun deh... hehhe."

"Gak nyenyak yaa tidurnya?"

"Dikit, hahaha."

Ketika Kanara mendudukan dirinya tak jauh di sebelah Seno, Seno langsung mematikan rokoknya, dan memasukannya ke dalam sebuah kantong plastik untuk dikumpulkan bersama sampah yang lain. Agar nanti bisa dibuang di tempat yang seharusnya.

"Liat deh, Ra..."

Seno menunjukkan jari ke atas langit. Terbentang hamparan bintang-bintang di atas sana.
Kekaguman tak dapat disembunyikan Kanara. Saat melihat langit yang begitu indah, bertabur bintang-bintang. Tak ada kabut yang menyelimuti, langit malam tampak bersih berkilauan cahaya dari ribuan bintang.

"Waaaahhh."

Terpantul cahaya bintang dari mata Kanara, saat tatapannya tak berkedip saat melihat langit malam.

'Indah...' Gumam hati Seno saat melihat pantulan cahaya langit malam di mata Kanara.

"Ra..."

"Hmm?"

"Gue suka sama lo."

Pernyataan Seno membuat Kanara terdiam. Senyum diwajahnya perlahan terganti dengan wajah tanya.
Tak ada balasan dari Kanara. Begitu sulit untuknya mencerna kata-kata yang baru saja Seno katakan.

"Gua mau terus jagain lo, gak cuma pas lagi naik gunung aja gue ngejagain lo. Gue mau ngelindungin lo, selalu ada buat lo. Jadi orang yang selalu bisa ngebuat lo bahagia, jadi orang yang bisa ngebuat lo senyum bahagia kayak sekarang..."

Kanara masih terdiam. Mencoba mencerna setiap kata-perkata yang keluar dari bibir Seno. Berpikir, apakah ia masih terlelap di dalam tendanya atau apa yang ia dengar memanglah nyata.

Selama berada didekat Seno, Kanara mengakui ada kenyamanan yang ia rasakan. Namun, untuk sampai memiliki perasaan lebih tidak pernah terbayang olehnya. Terlebih lagi, perasaan yang dimilikinya, sepenuhnya telah menjadi milik Saga.

"Kalo lo ngizinin, gue bakal berusaha sebaik gue. Ngejaga lo, ngelindungin lo, ngebuat lo bahagia."

Tatapan mata Seno tak lepas pada Kanara, Seno meyakinkan Kanara atas perasaan yang dimilikinya. Rasa sayang yang  ia miliki sejak debaran hatinya terasa kala melihat senyum Kanara untuk pertama kalinya, diatas kereta.

S A G AWhere stories live. Discover now