|15

633 81 2
                                    

Ramai langkah kaki orang-orang keluar dari stasiun kereta. Saat embun pagi masih menguap, hawa dingin juga masih menusuk badan. Dengan baju hangat yang cukup tebal lalu—lalang mereka mencari para penjemputnya.
Ada juga yang langsung menaiki angkutan umum yang entah sudah sejak kapan berjejer dipinggir sebrang stasiun kereta api.

Dengan tangan kirinya yang menarik koper dan tangan kanannya yang sibuk memainkan ponselnya, Kanara mengetik alamat tujuannya di aplikasi angkutan online.
Tak jauh didepannya Saga jalan mendahului. Dengan sedikit membantu, Saga membawakan sebuah kardus berisikan barang-barang Kanara.

"Kamu di jemput siapa Ra?" Sesampainya didepan stasiun, Saga bertanya kepada Kanara.

"Aku naik taksi online aja Ga. Ini lagi mau pesen."

"Bareng aku aja yuk. Aku dijemput temen."

"Eh, gak usah Ga. Gak apa-apa."

"Gak apa-apa yuk. Kos-an kamu di jl. Sultan kan?"

"Iyaa."

"Yaudah yuk bareng aku aja. Kos-an aku gak jauh kok dari sana."

"Serius gak apa-apa Ga?"

"Gak apa-apa." Saga meyakinkan. "No, lu bareng gak?" Tanya Saga kepada Seno.

"Enggak, gua mau ke base-camp dulu."

"Langsung?"

"Iya. Gua duluan ya. Duluan yaa Kanara."

"Iyaa, bang."

"Seno aja! dibilangin juga."

"Hehhe, iyaa iyaaa."

Tak lama teman yang menjemput Saga pun muncul. Tanpa keluar dari mobilnya, Saga tahu siapa yang tiba-tiba seenaknya berhenti memarkirkan mobilnya didepan dirinya dan Kanara.
Hanya dengan menurunkan kaca mobilnya, teman Saga yang dipanggil Sandi itu mengatakan untuk langsung naik saja memasuki mobilnya tanpa berbasa-basi.

"Gua udah kayak supir lu Ga."

"Yaa, masa Kanara duduk di belakang sendirian."

"Gak apa-apa lagi Ga." Balas Kanara yang merasa tidak enak dengan teman Saga.

"Gak apa-apa Ra, Sandi juga udah biasa jadi sopir. Sopir taksi online."

"Bayar yaa lu abis ini. Gua pasang argo sik." Kesal Sandi kepada Saga.

"Udah liat ke depan, nyetir yang bener." Ucap Saga kepada temannya.

Bayangan bagaimana aku bisa berada di satu kereta yang sama dengan Saga masih juga belum lenyap. Masih berpikir bagaimana bisa skenario yang Tuhan buat bisa semenarik ini. Satu kereta, duduk saling berhadapan, mengobrol dengan Saga, membicarakan hal-hal sepele yang bisa dibilang tidak ada penting-pentingnya. Sampai-sampai aku lupa, aku punya titipan pesan yang seharusnya aku sampaikan kepada Saga. Pesan dari kak Intan.

"Oh iya, belom telpon bunda."

Saat ku telpon, bunda ternyata sedang menyirami tanamannya. Ayah sudah berangkat bekerja, dan Tara juga sudah berangkat ke sekolah.
Setelah cukup lama bunda berbicara, memberi pesan, dan memberitahu apa saja yang harus aku lakukan selama hidup sendiri.
Perlahan rasa lelah karena perjalanan yang panjang dan lama, memintaku untuk terlelap, mengistirahat diri. Aku pun tertidur masih dengan keadaan yang sama. Rencana untuk mandi, membasuh diri akhirnya gagal dilawan rasa lelah dan kantuk yang tak dapat ku tahan.

"Siapa nih?"

"Kanara."

S A G AWhere stories live. Discover now