|14

611 79 3
                                    

Saat laju kereta perlahan semakin cepat kusadari ada yang tertinggal dibelakangnya. Bergerak maju tanpa perlu memandang apa yang telah berlalu. Meninggalkan semua rasa sakit yang pernah kurasa. Perlahan menata hati kembali demi sebuah terciptanya rasa yang baru. Akankah kutemui cinta yang seperti dulu. Sebuah cinta yang membuatku begitu bahagia ketika dulu aku menemukanmu.

Saat ku katakan laju kereta yang melaju meninggalkan yang dibelakangnya, kuharapkan aku pun begitu. Namun, aku sadari kembali, bahwa aku bergerak maju untuk memperbaiki masa lalu.
Saat ku tahu ada kesempatan yang ku dapatkan, semakin enggan ku buang semua perasaan yang masih tersisa.

"Kanara?"

Satu suara yang begitu familiar masuk kedalam runguku. Suara yang pernah dan masih menjadi kesukaanku.
Saat ku katakan aku begitu bahagia ketika menemukannya, kini rasa itu muncul lagi, saat sapaannya membuatku merasa, aku seperti menemukannya kembali.

"Hai..."

"Hai.... mau kemana?"

Dari sebuah sapa, lalu sebuah pertanyaan darinya yang kini duduk berhadapan denganku, melebar menjadi sebuah obrolan yang tak pernah ku duga. Bahkan saat percikan air hujan yang begitu deras membentur jendela kereta tak mengganggu obrolan yang kini diselipkan tawa dan canda.

Dulu, hujan pernah menjadi hal yang sangat tidak kusukai. Namun, kini hujan menjadi pengiring untuk suasana yang tak akan pernah ku lupakan sampai nanti.


Langit semakin gelap, waktu telah menunjukkan hampir pukul setengah 11 malam. Hujan pun mulai reda, hanya tinggal setetes—setetes rintik air hujan yang kini membasahi bumi.
Udara dari pendingin ruangan membuat Kanara kini menyelimuti badannya dan hanya tersisa kepalanya yang terlihat.
Obrolan Kanara dan Saga sudah berakhir sejak dua jam yang lalu karena rasa kantuk yang menghampiri.
Laju kereta semakin melambat. Hampir tengah malam kereta berhenti di stasiun pemberhentian, entah sudah yang ke-berapa.

Kanara yang sudah sejak tadi terbangun, sesekali melihat wajah lelap Saga...

"Lucu..."

Hanya berani berkata dalam batin dan senyuman yang menggantikan ekspresi dari respon Kanara atas pemandangan dihadapannya.
Lambatnya laju kereta terasa oleh Saga, yang seketika itu terbangun.
Hal yang pertama dilihatnya adalah pantulan wajah Kanara yang kini tengah melihat keluar jendela kereta.

"Dingin yaa Ra?"

"Eh... hehhe iyaa. Lumayan."

"Nih pake jaket aku aja, biar tambah anget."

"Eh, gak usah. Aku pake jaket kok."

"Oh, oke. Udah sampe mana sih?"

Tanpa Saga sadari saat bertanya pada Kanara ia juga ikut melihat keluar jendela yang tanpa sengaja, tanpa ia sadari kepalanya hampir menempel dengan kepala Kanara.
Kanara yang ditanya sedikit terkejut dengan situasi saat ini.

"Ga, keluar gak? Rokok?" Laki-laki yang duduk  di samping Saga bertanya kepada Saga. Laki-laki yang berbarengan dengan Saga sore tadi meletakkan tasnya. Ya, laki-laki tinggi dengan carrier itu mengenal Saga.

"Oh, iya duluan." jawab Saga kepada laki-laki tersebut. "Kamu laper gak Ra? Biar sekalian aku beli makan."

"Gak kok aku gak laper."

"Yaudah. Aku keluar bentar yaa."

"Iyaa."


Dengan cuaca cukup dingin beberapa penumpang tetap keluar dari kereta. Ada yang pergi membeli makan, ada juga yang keluar hanya untuk menghirup rokok. Yang kebanyakan dari mereka adalah laki-laki.

S A G AWhere stories live. Discover now