|5

920 126 5
                                    

"Ra." Bara yang baru saja berhasil menghampiri Kanara yang sedang berjalan bersama Hilda berlari kecil dari kelasnya di lantai atas menuju parkiran.

"Iya kak?"

"Pulang bareng gue yuk?"

"Hah?"

"Ra, gue duluan nih kalo gitu." Hilda yang merasa tidak mau mengganggu pamit mengundurkan diri sebelum terusirkan.

Kanara yang masih terlihat bingung hanya bolak-balik menatap Bara dan Hilda yang pergi meninggalkannya tiba-tiba.

"Gue pulang bareng Hilda aja deh kak, hehhe."

Tak lama Kanara pamit dari Bara, Hilda bersama motor mattic-nya telah berjalan melewati gerbang sekolah.

"Lah?!! Da!!!! Hilda!!!!"

Bara yang menyaksikan Kanara ditinggal seperti itu oleh temannya hanya bisa diam dengan masih memperhatikan Kanara, yang tidak lama menengok kebelakang ke arahnya dengan cengiran canggung.

"He he he."

"Yuk." Kali ini semesta benar-benar berbaik hati pada Bara. Ucap syukur Bara tanpa perlu makhluk dunia tahu.

"Ra, mau makan mie ayam dulu gak? Laper gue."

Sebelum menjalankan motornya dan Kanara yang sedang mengenakan helm, Bara bertanya kepada Kanara mengenai perutnya dan disetujui oleh Kanara.


"Biasa makan mie ayam di sini kak?"

"Iyaa. Kenapa? Enak gak?"

"Enak. Selera lo oke juga kak."

"Kalo urusan makanan enak mah, gue jagonya Ra."

"Ooouuh, kirain bisanya cuma bikin hati anak gadis orang jejeritan doang." Ledek Kanara yang disambut tawa geli oleh Bara.

"Hahhahaah. Anjiir. Terus lo salah satunya gak nih Ra, yang jejeritan?"

"Ah, gue mah gak pake jejeritan kak. Langsung aja tereak." Jawab Kanara santai, yang pastinya Bara tahu kalau itu hanya candaan yang dilontarkan oleh Kanara. Tapi Bara tetap suka, dan sangat senang mendengarnya.


"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Eh Tara-nya belom pulang lho sayang."

"Iyaa bunda, gak apa-apa. Kata Tara, Dimas disuruh main duluan aja. Dimas mah yaa mau-mau aja hehhehe."

"Yaudah sana gih ke atas. Bunda siapin makan dulu. Belom makan kan kamu juga?"

"Belom nih bunda, aduuuhh." Jawab Dimas dengan akting pura-pura sakit perut sambil menekan perutnya dengan gestur membungkuk.

"Iyaa iyaaa bunda yang cepet deh masaknya." Ledek bunda menyahuti akting anak dari sahabatnya.

Belum sampai pada anak tangga ke lima, langkah Dimas terhenti.

"Bunda??"

"Ya, sayang."

"Kak Nara belom pulang?"

"Belom, paling sebentar lagi pulang. Kenapa?"

"Oouuhh. Gak bunda, gak kenapa-kenapa."


"Yak, sudah sampai."

"Yak, terimakasih sudah diantar. Hehehe."

"Yak, sama-sama."

"Kenapa begitu sih kak?" Lalu keduanya tertawa.

"Eh, kayak motornya Dimas tuh?"

"Oh, iyaa. Palingan lagi nge-PS sama adek gue."

"Ooohh." Bara hanya mengangguk-angguk tanda mengerti. "Gue boleh ikutan gak?"

S A G AWhere stories live. Discover now