22. I Can

436 31 1
                                    

"Gue pengen bantuin lo." Ucap Ara dengan nada serius pada Larin.

Semalam..

"Astaga, Ra. Itu luka lo parah banget.." ringis Adlin dari seberang panggilan.

Malam ini dua gadis itu sedang melakukan panggilan video. Adlin bilang dia tiba - tiba kangen lagi.

"Biasa aja kok. Palingan bentar lagi sembuh." Jawab Ara menenangkan sahabatnya itu.

"Jadi lo cuci muka gimana? Gak perih? Kalo skincare-an? Apa gak ngejerit lo?"

"Ya gaklah. Gue gak pernah skincare-an, Adlinn.. palingan cuma cuci muka doang, terus tidur. Hidup tuh simple, gak usah disusah - susahin."

"Yeuu.. idup lo aja tuh yang terlalu susah. Makanya, skincare-an aja gak sempat."

"Wahh.. kurang ajar lo ya."

Adlin tertawa terbahak - bahak, sedang Ara nampak seperti memikirkan sesuatu.

"Hmm.."

Tawa Adlin terhenti seketika, "napa?"

"Hmm.. kalo misalnya lo punya temen dekat cowok, terus ada temen lo yang lain suka sama dia. Lo mau bantuin temen lo itu gak?"

"Bantuin apa?"

"Bantuin dia ngedeketin temen cowok lo."

"Tergantung sih. Kalo misalnya temen gue yang cewek ini berharga buat gue, ya gue bantuin."

"Ohh.. gitu ya?"

"Kenapa? Temen lo lagi suka sama temen cowok lo?"

"Gak, gue lagi mikirin drakor. Episode selanjutnya masih minggu depan."

"Baru tau gue kalo lo suka drakor."

"Belajar menyukai sesuatu sis."

Larin tersentak mendengar hal itu, "b-bantuin apa?"

Ara tersenyum penuh makna, "lo suka kan sama Adnan?" Larin diam dengan wajah terkejutnya, "gue pengen bantu lo buat deket sama dia."

"W-wait, gak bisa gitu, Ra. Lo kan su--"

Ara membungkam mulut Larin dengan jari telunjuknya, "stt.. gue gak ada perasaan sama dia. Kami itu cuma temen dekat, no more." Jelasnya.

"Tapi, Ra. Dia--"

Ara membungkamnya lagi, "kalo lo gak mau, ya gak papa. Kesempatan cuma ada satu." Lalu berpaling.

Larin menahan tangannya, "ya udah, gue mau."

***

Ara menghampiri Adnan yang tengah duduk sambil mengunyah camilannya.

"Duar!" Kejutnya.

Adnan kaget. Pria itu bahkan hampir terjungkal akibat ulah Ara, "lo ya, tiba - tiba ngilang. Terus dateng - dateng malah kayak setan."

Ara menoyor kepala Adnan, "kurang ajar lo ya." Lalu ia duduk di sebelah pria itu.

"Dari mana?"

"Dari kayangan, ada pengajian di istana mimi peri." Jawab Ara sambil meraih novel yang ada di lacinya.

"Lo kan yang nyamar jadi mimi peri?"

Pertanyaan itu, lagi - lagi dibalas dengan toyoran oleh Ara. "Lo keset welkam diam deh."

Adnan cengengesan mendengar jokes Ara. Bukan karena jokesnya yang lucu, tapi karena orangnya yang luc-- eitss.. tahan.

StepbrotherDär berättelser lever. Upptäck nu