26. Not Your Fault

407 29 0
                                    

"Kenapa gak bakso aja sih?" Rengek Ara ketika Arin malah membelikannya kebab, "kalo cuma kebab, ya gak kenyang."

"Stt.. lo dari tadi ditanyain cuma iya - iya doang, udah kek orang gila tau gak?" Ujar Arin kesal dengan temannya yang baru sadar dari kegilaannya.

"Lo itu harusnya ngerti dong sesama cewek, kalo gue pengennya bakso." Keluh Ara menuntut pengertian Arin.

Arin merotasikan bola matanya lalu berbalik, "bodoamat njer." Lalu berjalan mendahului Ara.

Ara hanya cengengesan, lalu mengikuti Arin dari belakang. Sebelum gadis itu sempat melaksanakan niatnya, pandangannya sudah terpaku pada sepasang manusia yang sedang bermain lempar gelang.

Si pria melempar gelang - gelang tersebut, sedang sang gadis hanya menonton dengan wajah senang dan tangan yang tiada berhentinya bertepuk - tepuk.

Penjaga toko itu lalu menunjuk beberapa boneka, lalu sang gadis memilih salah satu boneka dengan sangat bersemangat. Itu boneka kucing yang Ara sukai.

Adnan memberikan boneka itu pada Larin.

Gadis yang tengah menyimak adegan romansa itu, tak tahu dengan apa yang sedang ia rasakan sekarang. Seharusnya dia senang karena misinya berhasil, tapi kenapa hatinya berat?

"Rin.." panggil Ara sebelum pandangannya lepas dari dua orang tadi, namun ia tak menemukan Arin yang tadi masih ada di depannya. Ia sedikit panik, lalu melihat ke sana kemari mencari temannya itu.

Jdakk..
Ia tak segaja bertabrakan dengan seorang pria yang sepertinya berumur sekitar 40 tahunan.

"Maaf, Om. Gak sengaja." Ucap Ara sedikit panik.

Wajah pria itu nampak datar, lalu tiba - tiba tersenyum. Bukan senyuman ramah, namun sesuatu yang mengerikan, "sendirian?" Tanya Om itu, yang membuat kernyitan di dahi Ara terbentuk. "Sama Om aja yuk." Pria itu menggenggam tangan Ara sedikit kencang.

"Om.. lepasin!" Tegas Ara yang sedikit meringis sambil berusaha melepas genggaman itu.

Senyuman semakin terbentuk di wajah pria itu, "loh? Jangan ngelawan dong. Om baik, kok." Nada suara itu sangatlah mengerikan.

Ara sedikit ciut ketika melihat senyuman pria paruh baya itu, "d-disini rame loh, Om. Mau saya teriak?" Ancam Ara walau sebenarnya dia lebih takut dengan pria itu.

"Gak usah ngancem, dong. Om kan ngajaknya baik - baik, atau mau yang lebih kasar?" Ancamnya balik.

Bangke

Sementara Ara berusaha melepas genggaman itu, seseorang datang mendorong tubuh bongsor pria tadi.

"Kurang ajar lo! Dasar om - om mesum gak tau diri!" Maki Adnan ketika berhasil menyungkurkan pria itu hingga jatuh ke tanah dan mengalihkan atensi orang - orang yang lewat.

"Heh! Kamu masih muda udah kurang ajar ya!" Balas Om itu sambil berusaha bangkit.

Adnan sedikit menyengir, "maaf Om, tapi Om gak lebih baik dari saya. Setelah apa yang Om lakuin ke teman saya, apa itu gak lebih kurang ajar?" Pria itu terdiam mendengar perkataan Adnan. "Dasar om - om mesum." Perkataan mematikan Adnan itu seperti memperjelas kejahatan pria paruh baha itu, membuat semua orang berbisik - bisik untuk mencoba mencari statment.

Adnan menarik Ara pergi dari keruman yang ramai itu, sedang Ara masih sedikit takut. Tangan gadis itu bergetar, dingin, dan basah.

"Kok lo bisa ketemu tuh om - om, sih?" Tanya Adnan setelah berhenti melangkah.

Ara hanya menatap kosong Adnan.

"Ra?" Panggil Adnan sambil melambai - lambaikan tangannya di depan wajah Ara.

StepbrotherOù les histoires vivent. Découvrez maintenant