31. Stepbrother [The End]

1.6K 50 10
                                    

Hari ini Ara terlambat turun sekolah. Kalian tau kan alasannya? Semalam gadis itu insomnia memikirkan Adnan dan tidur ketika jarum jam telah menunjukkan pukul 4 pagi.

Sekarang gadis itu tengah di hukum. Ia berdiri tegak dengan tangan di ujung pelipis, posisi hormat. Ia menghadap bendera merah putih di bawah teriknya sinar matahari pagi.

Mungkin sudah sekitar setengah jam ia berdiri tanpa mengubah posisinya, sedang siswa lain yang juga tengah dihukum sudah bertingkah sana - sini. Ada yang pura - pura mengikat tali sepatu, ada yang pura - pura stratching, dan ada pula yang malah izin ke toilet.

Sungguh alasan yang klise.

Ara hanya diam. Raganya mungkin masih berdiri tegap, namun tidak dengan hatinya. Ia terus saja merasa bersalah, dan tak henti - hentinya memikirkan Adnan.

Tiba - tiba ia merasa pusing dan pandangannya menjadi berkunang - kunang. Mungkin karena anemianya. Dia belum sarapan juga.

Gelap, namun bising.

"Eh bantuin woe!"

"Tolongin dong!"

"PMR!"

Dia telah berusaha membuka mata, namun tetap tak bisa. Rasanya otot matanya sudah kaku dan tak mau bergerak.

"Ara! Sadar, Ra.."

Itu adalah kalimat terakhir yang ia dengar, sebelum akhirnya kesadarannya benar - benar menghilang.

. . .

Ara membuka matanya perlahan. Ia dapat mencium aroma minyak angin dan pemandangan tak asing.

Ini kamarnya.

Ia dapat melihat segelas air yang sudah terisi di atas meja tepat di sebelah bangsalnya.

Saat ia mencoba untuk duduk, kepalanya terasa sedikit berkunang lagi. Anemia ini sungguh menyebalkan.

Tepat setelah ia menenguk air putih itu, seseorang masuk dengan perlahan ke dalam kamarnya.

Bunda Farzah, ia tersenyum hangat ketika menemukan Ara yang sudah siuman. Ia mendekat dan mengelus surai gelap Ara lembut.

"Udah bangun rupanya, kenapa gak sarapan?" Tanyanya dengan nada yang sangat lembut. Sama seperti cara Bunda berbicara.

Ara sedikit cengengesan, "gak sempet, Bun. Ayah mana?" Tanya Ara setelah menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Tadi sempat pulang, tapi balik lagi karena ada urusan." Jawab Bunda. Ia lalu meraih sesuatu dari atas meja, "makan dulu." Ia menyodorkan semangkok buah semangka yang siap dimakan pada Ara.

Ara menggeleng, "lagi gak pengen makan." Ucapnya lesu.

Bunda Farzah mencubit lengannya pelan, "kamu ya, udah gak sarapan, malah bilang gak mau makan." Ia lalu mengambil sepotong semangka yang dipotong dadu, "aa.." ia lalu menyuapi Ara.

Ara yang memang tak bisa berbuat apa - apa hanya pasrah dengan paksaan sang calon bunda.

Semangka itu sudah hampir habis, dan wanita paruh baya itu baru membuka pembicaraan.

"Anak Bunda bilang, dia mau jenguk kamu." Ucapnya, membuat Ara tersedak. Dengan cekatan, Bunda memberikan segelas air putih pada Ara.

StepbrotherWhere stories live. Discover now