Bab 6: Kematian

1.9K 202 10
                                    

"Ceritakanlah ... aku ingin mengetahui semuanya, tentang laki-laki, wanita, dress dan gedung ini!"
~Tania Abidin

_o0o_

Seperti biasa Tania pulang di sore hari, sekarang hari-harinya ia habiskan untuk belajar di kampus dan perpustakaan. Jika Tania sudah berada di kostsan ia tidak akan bisa berkonsentrasi dengan pelajaran, malah akan memikirkan tentang perempuan-perempuan yang selalu memakai dress itu.

Tania pulang bersama Riyan, kebetulan tadi Tania berpapasan dengan Riyan dan Riyan mengajaknya untuk pulang bersama, Tania memilih ikut saja, itung-itung menghemat pengeluaran yang ia punya untuk keperluan yang lain.

"Yan, gue ke atas duluan, makasi, ya."

"Iya. Eh, tapi, Ta kenapa cowok dilarang buat naik ke atas, ya?"

"Gue juga gak tahu."

"Soal waktu itu ... gue minta maaf, ya tadinya gue mau nungguin lo di bawah sini, tapi gue lihat lo jalan ke sana, jadi ya gue ikutin."

"Iya, enggak papah, kok. Gue ke atas dulu."

"Iya, gue juga mau ke kamar. Bay," jawab Riyan lalu pergi meninggalkan Tania di perbatasan tangga menuju lantai atas tempat kamar wanita berada.

Tania menghela napas pelan lalu mulai menaiki anak tangga satu persatu, firasat buruk mulai hinggap di dalam hatinya saat melihat seorang perempuan mengenakan dress berwarna biru laut.

"Eh, Mil! Dia siapa?" ucap Tania saat melihat Mila sambil menunjuk ke arah perempuan yang memakai dress itu.

"Oh, dia. Dia itu Shafira, kenapa?" tanya Mila saat melihat raut cemas di wajah Tania.

"Enggak, gue cuman heran aja, ngapain dia pake dress di sini?"

"Gue juga gak tahu, biasanya dia pake kaos sama celana training, mungkin dia mau dateng ke suatu acara kali."

"Mungkin," ucap Tania ragu.

"Eh, gue duluan, ya Ta ada urusan."

"Iya."

Tania memilih untuk tidak memperdulikan perempuan itu, mungkin hanya kebetulan wanita itu memakai dress, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tania pun memilih untuk segera pergi ke kamar, di dalam kamar Tania menemukan bungan mawar merah itu, tersimpan di atas meja.

"Jadi, yang semalam bukan mimpi? Masa, sih?" gumamnya pelan sambil memegang bunga mawar itu.

Saat Tania akan membuangnya ia teringat pesan perempuan itu Malta, Tania memilih untuk menyimpannya berjaga-jaga kalau-kalau memang ada sesuatu. Lalu ia teringat untuk ke kamar mandi karna badannya sudah bau dan lengket, Tania juga harus tidur lebih awal agar tidak kesiangan lagi.

Di sepanjang lorong tampak begitu hening padahal tidak terlalu sepi ada beberapa yang berlalu lalang, mungkin penghuni kamar yang lain sudah pada pulang jadi sudah mulai ramai karna sebentar lagi sudah waktunya makan malam.

Tania memulai ritual mandinya dengan cepat ia tidak betah berlama-lama berada di dalam kamar mandi. Tak lama Tania mendengar pembicaraan seseorang di luar yang mengeluhkan tentang kesehariannya seperti sekolah, kerja, kuliah membuat Tania sedikit lebih tenang karna ia tidak merasa sendirian di tempat ini, sampai ada suatu hal yang menarik perhatiannya, mereka membicarakan tentang sikap Shafira yang katanya terlihat berbeda dari biasanya.

Tania yang sudah selesai pun memilih untuk menghampiri mereka dan bertanya, "Shafira itu yang mana, sih?"

Semua orang yang berada di kamar mandi langsung menoleh ke arah Tania dengan heran, mereka pernah melihat Tania waktu ibu kost memperkenalkannya akan tetapi mereka belum sempat berbicara karna kesibukan masing-masing.

"Eh, lo penghuni kamar baru itu, kan?" tanya seorang perempuan yang memakai kacamata.

"Iya."

"Ngapain lo nanya tentang Shafira?" tanya perempuan yang satunya lagi.

"Enggak, gue cuman denger tadi waktu di dalem dan sedikit kepo aja, hehe."

"Itu, Shafira jarang-jarang pake dres, malam-malam begini lagi biasanya juga cuman pake kaos doang apalagi Shafira orang yang cuek sama penampilan," jawab perempuan berkacamata itu.

"Oh, cuman itu? Anehnya di mana? Itukan wajar ka-"

"Tatapan matanya terlihat kosong, pokoknya aneh, deh, lo kan gak kenal dia juga," jawab perempuan yang satunya lagi terdengar sinis membuat Tania enggan untuk bertanya lebih lanjut lagi.

"Ouh, gitu. Eh, gue duluan ya."

"Nama lo?" Cegah seorang perempuan berkacamata itu.

"Tania."

"Gue Amira dan dia Eva," ucap perempuan berkacamata yang ternyata bernama Amira.

"Oh, oke. Gue duluan ya, bay," ucap Tania lalu melesat pergi meninggalkan keheranan di benak Amira, Eva dan beberapa orang lainnya.

Tania ikut makan malam bersama, suasananya sangat hangat dan ramai. Tetapi, sejak saat itu Tania selalu mendapatkan tatapan tajam dari Mita jikalau bertemu ataupun berpapasan membuat Tania merasa tidak enak akan hal itu.

Setelah makan malam Tania memilih untuk ke kamar Mita dan meminta maaf akan kejadian waktu itu.

Tok ... tok ....

Mita membuka pintu dengan pelan tetapi saat melihat wajah Tania, Mita terlihat akan menutupnya kembali namun perkataan Tania membuat Mita mengurungkan niatnya.

"Maaf," ucap Tania dengan wajah memelas.

"Masuk," jawab Mita dengan enggan dan terlihat dengan jelas raut wajah tidak sukanya.

"Gue mau minta maaf."

"Soal?"

"Itu, waktu Riyan naik ke atas."

"Bukan urusan gue."

"Tapi lo jauhin gue, Mit."

"Terserah gue, lah."

"Gue cuman mau minta maaf dan ingin tahu asal usul gedung ini menjadi kost. Sudah beberapa hari ini gue ngalamin beberapa kejadian ganjil sejak gue ngelakuin kesalahan itu, lo ngejauhin gue kenapa? Apa karna itu juga?" ucap Tania panjang lebar mencoba untuk menemukan informasi serta sebab Mita menjauhi dirinya, Tania merasa tidak mungkin jika hanya hal sepele seperti ini, Mita menjauhinya.

"Karna gue gak mau kena musibah. Gue gak mau jadi kor-"

"MITA!" teriak seseorang dari luar. Mita dengan cepat membuka pintu dan melihat Azahra yang sudah berada di depan pintu dengan napas yang tidak beraturan juga raut wajah yang terlihat panik serta butiran-butiran keringat yang memenuhi wajahnya, mungkin karna habis berlarian.

"Kenapa?" tanya Mita dengan panik.

"Shafira."

"Shafira kenapa?"

"Dia jatuh dari jendela kamarnya dan katanya meninggal di tempat."

"Hah! Kok bisa?" tanya Mita tidak percaya lalu melirik sekilas Tania dan ikut berjalan bersama Azahra untuk melihat dan bertanya kejadian yang sebenarnya.

Tania yang mendengarnya merasa bingung, bagaimana bisa orang itu jatuh dari jendela. Tania memilih untuk melihatnya sebentar lalu kembali ke kamar dan merenungi apa yang sebenarnya telah terjadi sampai tanpa sadar Tania sudah mulai mengantuk dan tertidur pulas.

####

Haiii, terima kasih sudah membaca samapai bab ini, jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komentar.

Misteri Kost Tua [END]Where stories live. Discover now