Bab 14. Ustad Ali

1.5K 165 21
                                    

              Happy Reading
<
>

       Setelah pulang kuliah Riyan langsung mengajak Tania menuju rumah orang yang katanya pintar itu. Perjalanannya cukup panjang karna rumahnya berada di pelosok dan harus melewati hutan. Sekitar 2 jam perjalana sampailah mereka di rumah dengan aksen bangunan lama dengar obor sebagai penerang karna belum tersentuh oleh aliran listrik. Riyan mengajak Tania masuk, pintu di ketuk dan memperlihatkan seorang wanita yang sudah berumur sekitaran 35 tahun ke atas. Wanita itu menyuruh Riyan dan Tania masuk, di dalam terdapat banyak foto-foto kaligrafi, para alim ulama dan masih banyak lagi.

"Mau cari siapa, Nak?" tanya wanita itu dengan ramah setelah menyajikan dua gelas minum.

"Ustadz Ali nya ada, Bu?"

"Ada apa, ya cari suami saya?" tanyanya kembali.

"Ini temen saya mau menanyakan beberapa hal, bisa tolong panggilkan?"

"Iya sebentar," jawabnya kemudian pergi, tak lama muncul seorang pria  yang terlihat sudah agak tua menghampiri Riyan dan Tania lengkap dengan peci dan sorban yang melingkar di sekitar lehernya.

"Kenapa, Nak?" ucapnya lalu duduk di sebelah Riyan.

"Temen saya selalu digangguin, apa Ustadz bisa bantu tolongin temen saya?"

"Tinggal di mana, Neng?"

"Saya nge kost, Pak," jawab Tania pelan, antara gugup dan sedikit tidak nyaman.

"Gedung tua, Ibu tua, dress, ritual, pantangan, benar?" ucapnya sambil sesekali terlihat menutup mata seperti orang yang sedang menerawang.

"Iya, benar, Pak."

"Bapak cuman mau ngasih saran, banyakin ibadah, baca ayat suci Al-quran, banyak-banyak bershalawat dan melakukan kebaikan-kebaikan yang membuat, Neng jauh lebih dekat pada Tuhan."

"Ah, iya, Pak. Akhir-akhir ini saya lalai pada kewajiban saya sebagai seorang muslim," ucap Tania menunduk gugup Tania seakan sedang di sidang dengan pertanyaan yang menyudutkan dirinya. Riyan yang melihatnya pun segera menggenggam tangan Tania lembut Tania sempat menoleh ke arah Riyan tetapi Riyan terlihat fokus pada bapak yang dipanggil Ustadz Ali itu.

"Jadi gimana, Ustadz?" tanya Riyan kembali.

"Sebentar, saya pergi ke kamar dulu."

Tidak berselang lama Ustadz Ali keluar membawa sebotol air minelar lalu duduk dan membuka segelnya setelah itu mulutnya mulai membacakan ayat-ayat suci Al-quran dengan sangat panjang lalu meniupkannya pada botol mineral dan menutupnya kembali.

"Nih," ucap Ustadz Ali sambil menyodorkan segelas air mineral dan juga kemenyan yang ternyata sudah ada di tangannya sejak tadi. "Nanti kamu minum air ini, lalu pakai buat mandi, untuk kemenyan nya kamu pakai buat nyuguh di malam jumat nanti, jangan lupa pakai kembang tujuh rupa. Simpan di pojok ruangan saja, sebagai simbol kamu menghormati penghuni rumah itu dan jangan lupa rajin-rajin ibadahnya ya, Neng."

"Iya, Pak. Terima kasih," jawab Tania lalu mengambil air mineral itu.

"Kalo gitu kami pamit dulu. Makasih atas waktunya, maaf jika kami mengganggu malam-malam begini," ucap Riyan lalu berjabat tangan tak lupa juga menyisipkan amplop sebagai ucapan terima kasih.

"Dan satu lagi, Neng. Jangan sampai keinjek sama orang lain."

"Iya, yaudah kami pamit dulu. Asalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Tania dan Riyan pun bergegas untuk pulang karna gerbang akan di tutup jam setengah sepuluh malam dan sekarang sudah jam setengah delapan malam.

Riyan dan Tania sampai tepat waktu, mereka berpisah di tangga penghubung anatara kos wanita dan pria atau lantai bawah dan atas. Tania merasa enggan untuk berpisah dengan Riyan, ia merasa aman jika berada di sampingnya.

"Kenapa?" tanya Riyan membuyarkan lamunan Tania.

"Enggak papa, gue ke atas dulu ya, bay." Setelah mengucapkan itu Tania segera berlari ke atas dan berjalan menuju kamar. Alangkah terkejutnya Tania saat menemukan Azah, Mita dan Mila yang sudah nongkrong manis di kamarnya.

"Kenapa kalian ada di sini?"

"Kita kan nungguin lo pulang, gimana?" jawab Azah cepat.

"Gimana apanya?" tanya Tania heran, karna seingat Tania, Tania tidak pernah menceritakan keberangkatannya bersama Riyan ketempat orang yang katanya pintar itu.

"Itu ke rumah Ustadz Ali. Katanya Riyan ngajak lo ke sana kan?" Kali ini Mita yang menjawab.

"Kok kalian tahu?"

"Tahulah, kan kami udah kontekan sama Riyan," ucap Mila sambil mengedipkan sebelah matanya centil.

"Kalian kenal di mana sama dia? Kok bisa tahu kalo gue ke sana bareng Riyan?"

"Jadi gini, Ta. Kemaren kami pergokin Riyan keluar dari kamar lo. Gue yang takut lo di apa-apapin kan langsung tanya dan kebetulan ada Mila jadi Riyan menceritakan semuanya." Mita menjelaskan.

"Oh, pantesan kemaren gue bangun-bangun udah ada di kasur."

"Cie ... yang digendong cie ...," ucap mereka serempak.

"Apasih? Dah, sana-sana pergi ke kamar kalian."

"Cie ... pipinya merah cie ...."

"AZAH! MITA! MILA! KELUAR!" teriak Tania menggema di kamar. Mereka yang mendengarnya langsung lari terbirit-birit sebelum Tania bertambah marah.

Tania hanya bisa mengelus dadanya bersabar, menyimpan botol serta kemenyan itu di dalam laci bersebelahan dengan bunga yang tidak kunjung layu lalu bersiap untuk tidur. Sekarang Tania tak mau bertemu dengan mereka apalagi setelah kejadian barusan Tania lelah dan butuh istirahat.

####

Haii, jangan lupa tinggalkan jejak^^

Misteri Kost Tua [END]Where stories live. Discover now