Bab 15. Penghuni Baru

1.5K 154 5
                                    

Happy Reading
^
^


Seminggu berlalu dengan begitu cepat, sekarang Tania sudah bangun dengan semangat baru, semua akan terasa lebih ringan jika kita berbagi dan benar saja, beban Tania terasa berkurang ketika para sahabatnya mau membantunya dalam masalah ini.

Hari-hari Tania menjadi lebih berwarna jika ia mau berbagi serta lebih dekat kepada sang pencipta. Tania sekarang lebih giat dalam urusan agama, meski belum berhijab, tetapi Tania tahu semuanya butuh waktu dan proses menuju tingkatan yang lebih baik lagi.

"Asalamualaikum," sapa Tania ramah kepada semua yang berada di meja makan.

"Waalaikumsalam," jawab mereka kompak.

Sekarang Tania menemukan banyak teman baru, yang dulu tidak sempat berkenalan karena kesibukan kuliah serta masalah-masalah yang menambah beban pikirannya. Sekarang ada Melly gadis manis penyuka gosip, Irene gadis tomboy dengan segala kecuekannya, Hilmi dengan hijabnya yang anggun serta tutur ucapan serta pemikiran yang dewasa dan Laura dengan segala kepolosan dan kekonyolanny yang membuat suasana menjadi lebih hangat di atara kami. Hubungan Tania dan Riyan pun semakin dekat, setiap hari berangkat-pulang bareng, kerjain tugas bareng dan yang pasti saling menjaga satu sama lain.

Makan pagi ini di awali dengan suara doa lalu dentingan sendok yang beradu dengan piring, setiap pagi mereka selalu sarapan bersama tanpa ada yang berbicara saat makan berlangsung. Tania merasa lebih baik semenjak pulang dari rumah Ustadz Ali, semuanya sudah Tania lakukan dan dengan restu Tuhan semuanya baik-baik saja sampai sekarang.

Setelah makan mereka mencuci piring masing-masing lalu terpisah di pintu keluar dapur. Tania senang saat turun dari tangga selalu ada Riyan yang menunggunya, duduk di ruang tamu dengan senyuman manis yang tak pernah luntur dari wajah tampannya.

"Asalamualaikum, maaf ya lama."

"Waalaikumsalam, iya gak papa kok, yuk berangkat sebentar lagi siang." Tania tersenyum simpul lalu mengikuti Riyan yang sudah berjalan mendahuluinya.

Pulang pun mereka selalu bersama tanpa ada rasa canggung satu sama lain, Riyan dengan segala kepekaannya dan Tania dengan segala kecuekannya, bahasanya pun masih sama, menggunakan lo-gue bukan aku-kamu.

Sesampainya mereka di rumah, Tania dan Riyan disambut oleh seorang gadis manis dengan pakaian serba tertutup dan tangan yang memegang koper serta tas yang besar berdiri di depan pintu masuk.

"Asalamualaikum, Kak," sapanya pada Tania dan Riyan.

"Waalaikumsalam, cari siapa?" tanya Tania sedangkan Riyan sedikit acuh toh bukan urusannya juga.

"Ini, aku penghuni baru di kost ini. Tapi dari tadi aku ucapin salam enggak ada yang jawab, hehe."

"Oh, mungkin Ibu kost lagi ke luar. Lagian jam segini di sini agak sepi, udah biasa."

"Ouh, iya kak."

"Eh, yuk masuk pintunya gak di kunci kok. Biasanya suka ada Bibi, tapi sekarang lagi ke belakang mungkin makannya tadi gak denger salam dari lo. Eh, iya nama lo siapa?"

"Salsa," jawabnya sambil menyodorkan tangan.

"Tania," jawab Tania sambil memjabat tangan Salsa.

Salsa lalu melirik Riyan dan menyodorkan tangannya ke arah Riyan, Riyan menyambut uluran tangan itu lalu berucap, "Riyan."

"Eh, iya, Ta. Gue ke kamar duluan, ada yang perlu gue urus. Asalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab Tania dan Salsa bersamaan.

"Pacar Kakak?"

"Iya, ganteng kan?" ucap Tania cengengesan.

"Oh."

Setelah percakapan singkat itu, Tania segera mengajak Salsa untuk naik ke atas dan menunjukan satu kamar kosong yang akan di tempati oleh Salsa di gedung tua ini. Deritan pintu membuat Tania sedikit meringis teringat akan masa-masa dirinya untuk pertama kali masuk ke gedung tua ini.

Di dalam terlihat bersih dan wangi, ruangannya masih sama belum ada perubahan setelah penghuni lama pergi atau mungkin masih ada di sini. Dengan semangat Tania membantu Salsa untuk menata ulang letak barang-barang serta menambahkan sedikit dekorasi di kamar ini, sampai Salsa menemukan dress panjang berwarna putih yang sangat cantik.

"Ini punya siapa, Kak?"

Deg.

Tania masih ingat tentang perempuan-perempuan pemakai dress itu, semua kejadiannya masih terekam jelas dalam otak Tania, atau mungkin Tania tidak akan pernah melupakan kejadiannya.

"Udah buang aja, sini biar gue buang."

"Jangan! Ini masih bagus, Kak. Sayang kalo dibuang mending buat aku aja, hehe. Eh, makasih udah mau bantuin aku."

"Iya sama-sama. Gue pergi dulu ya. Asalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Pintu sudah tertutup dengan rapat tetapi rasa khawatirnya masih hinggap di dalam pikiran serta hati Tania, ia berharap semoga semuanya akan baik-baik saja.

####

Haiii, jangan lupa tinggalkan jejak, vote dan komentar^^

Misteri Kost Tua [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang