Bab 7: Sajen

1.8K 193 5
                                    

"Aku melihatnya. Ya, pemilik kost sedang memberikan persembahan. Semacam lelucon memang, menjadikanku tak yakin apa mungkin ini hanya mimpi? Tetapi tubuhku terasa berkeringat."
~Tania Abidin

_0o0_

Tania sengaja memasang alarm di jam dua belas malam agar ia bisa menyelidiki apa yang sebenarnya telah terjadi dengan perempuan-perempuan pemakai dress itu. Tania merasa mereka adalah arwah penasaran ataupun tumbal, tetapi Tania harus memiliki bukti jangan samapai ia asal menuduh, apalagi ini negara hukum.

Dengan perlahan Tania berjalan ke luar kamar, di luar hanya ada lorong sepi dengan pencahayaan lampu yang redup dan suasana yang sunyi bahkan Tania merasa hewan malam pun enggan untuk bersuara di sekitar sini. Tania lalu berjalan menyusuri lorong, ia akan menelusuri semua kamar dari mulai kamar mandi.

Sepanjang perjalanan Tania merasa ada seseorang yang sedang mengawasinya akan tetapi Tania tidak menemukan siapa-siapa selain dirinya sendiri, Tania berfikir mungkin itu hanyalah khayalannya sendiri akibat sedikit merasa takut akan situasi seperti ini.

Di kamar mandi Tania tidak menemukan petunjuk apapun, hanyalah ruangan yang sunyi dan lembab, Tania merasa sedikit merinding karna suhu udara yang tiba-tiba berubah. Tania lalu kembali ke luar untuk menyusuri kamar-kamar yang lain. Tania hanya bisa mengintip dari lubang kunci untuk melihat apakah ada penghuninya atau kosong. Dari sekian banyak kamar yang ada, hanya dua kamar yang kosong, mungkin salah satunya kamar milik Shafira.

Saat Tania hendak kembali ke kamar sebuah suara langkah kaki menghentikannya, Tania dengan segera berlari ke pojok ruangan untuk bersembunyi. Dari sudut pojok dengan pencahayaan yang remang-remang Tania melihat pemilik kost, ibu Miranda masuk dengan membawa nampan yang Tania sendiri tidak tahu apa isinya. Cukup lama Miranda berada di dalam sampai akhirnya Tania melihat Miranda keluar dengan wajah terlihat tersenyum.

Tania merasa heran apa yang sebenarnya sudah terjadi, setelah semua pikiran yang berkecambuk akhirnya Tania memustuskan untuk mengendap-endap dan mencoba masuk ke dalam kamar itu. Entah sebuah keberuntungan atau kesialan pintu kamar itu tidak terkunci, Tania masuk dan menemukan sebuah dress selutut berwarna hijau tua dengan beberapa buah-buahan serta kemenyan yang sudah menyala, tidak lupa taburan kelopak melati yang bertebaran di sekitar ruangan.

Tania tidak habis pikir apa yang sebenarnya ibu Miranda lakukan dengan kemenyan dan buah-buahan ini? Tania merasa ibu Miranda melakukan pesugihan atau semacamnya, tetapi apa mungkin? Tania pun memilih untuk segera ke luar sebelum ketahuan, akan tetapi saat hendak berbalik ruangan yang awalnya terang mendadak gelap lalu terdengar suara tangisan seorang perempuan, suaranya terdengar lirih dan amat menyedihkan.

"Hisk ... hiks ...."

Tania mencoba untuk mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi, tidak lama lampu kembali menyala memperlihatkan seorang perempuan dengan mengenakan dress hijau tua yang sama persis dengan yang Tania lihat di nampan, perempuan itu berdiri membelakangi Tania.

Tania terpaku dengan sosok itu, matanya seakan terkunci untuk terus melihat ke arahnya tak lama sosok itu menoleh dengan perlahan dan memperlihatkan bentuk wajahnya yang hancur. Tania merasa jantungnya berhenti berdetak untuk beberapa saat, napasnya terasa tercekat dengan mata yang tidak berkedip. Di hadapannya terdapat sesosok perempuan dengan wajah yang hancur, sebagian wajahnya sudah tidak berbentuk hanya ada darah serta goresan-goresan di sekujur tubuhnya, tidak lupa Tania juga melihat kakinya yang tidak menapak di lantai.

Setelah sadar akan situsi Tania memilih untuk segera pergi dari kamar itu dan entah ke mana pikirannya Tania malah memilih untuk pergi ke dapur karna merasa haus akibat melihat sosok yang mungkin itu hantu atau hanya khayalan belakang.

Di dapur sama sepinya dengan tempat-tempat yang lain, dengan sekali tegukan Tania menghabiskan satu gelas air putih, sudut matanya melihat sosok bayangan putih di pojok ruangan, ia merasa penasaran dan berniat untuk menghampirinya.

"Tania?" tanya seseorang dari belakang membuat Tania sedikit kaget dengan suara yang tiba-tiba itu, Tania menoleh dan menemukan sosok pemilik kost, Miranda.

"Eh, iya kenapa, Bu?" tanya Tania mencoba untuk bersikap biasa-biasa saja.

"Ngapain kamu di sini? Bukannya Ibu udah bilang jangan ke luar kamar tengah malam begini?"

"Ini, Bu. Tania tadi haus jadi ke sini, deh."

"Kamu kenapa keringetan?"

"Panas, Bu. Oh iya, Tania ke kamar dulu."

"Iya, lain kali jangan keluar malam-malam, bawa minum ke kamar biar gak keluar."

"Iya, Bu. Permisi." Setelah meletakan gelas Tania segera pergi agar tidak dicurigai oleh Miranda.

Sesampainya di kamar Tania segera mengunci pintu dan memilih untuk kembali tidur. Tania masih berharap ini hanyalah mimpi meski itu tidaklah mungkin, karna Tania menyadari satu hal. Jika hanya mimpi Tania akan lupa saat terbangun tetapi ini tidak, Tania selalu terbayang-bayang oleh wajah-wajah perempuan pemakai dress itu.

Tania tidak akan mau melanjutkan penelusuran ini, sudah cukup sampai di sini. Tania tidak mau terlibat lebih dalam lagi apalagi ini menyangkut nyawanya, setelah semua pemikiran yang tidak ada habisnya Tania segera ke atas ranjang dan memilih untuk tidur kembali.

#####

Haiii, terima kasih sudah membaca sampai di bab ini, jangan lupa tinggalkan jejak, berupa vote dan komentarnya yaaa.

Misteri Kost Tua [END]Where stories live. Discover now