Part 17 - The Anger

3.1K 187 1
                                    

Wendy’s POV

“Wendy? Itukah kau? Oh terima kasih Moon Goddess, kau telah mengembalikan Wendy.” Ucap Bibi Rose saat Rommy membawaku ke Snow Moon Pack. Bibi Rose dan Paman Peter memelukku dengan erat. Mereka baru saja kembali dari ‘liburan’ mereka.

“Iya, bi. Aku sudah kembali.”

“Kapan kau kembali, sayang?” tanya Paman Peter. Dapat ku rasakan aura tidak suka yang muncul dari Rommy.

“Sudah hampir satu bulan. Ia tinggal di apartemen yang sama dengan Rheva karena ia menjadi pertukaran pelajar dari pack nya.” Jelas Kak Jon yang tiba-tiba datang.

“Kak Jon” teriakku dan langsung berlari untuk memeluknya. Namun dengan cepat Rommy menarik tangaku dan membuat ku kembali ke samping Rommy. Ia memeluk pinggangku posesif. Huft.

“Oh jadi begitu. Dan Jon, kenapa kau tak memberitahu ibumu ini?”

“Itu karena Wendy saat itu dalam kehilangan ingatan. Jadi aku tak bisa memberi tahu ke sembarang orang. Ditambah lagi, kalian pergi.” Kak Jon mengangkat bahunya tak peduli.

“Oh, dear. Apa kau tak apa-apa, Wendy?” Aku hanya mengangguk.

“Aku baik, Bi. Kalian tak perlu khawatir.”

“Jadi, Wendy. Kapan kau akan keluar dari pack tersebut.” Pertanyaan Paman Peter membuatku tertunduk. Bagaimana cara aku untuk keluar itu membuatku khawatir.

“Besok.” Jawab Rommy tiba-tiba. Aku tentu terkejut. Besok? Aku tidak siap untuk segalanya.

“Tap—”

“Tidak ada tapi-tapian. Sekarang lebih baik kau istirahat dulu, mate. Ingatanmu baru saja kembali.” Rommy dengan cepat memotong ucapanku. Akh. Dasar Rommy. Sepertinya jika aku mengelak akan sama saja. Ya sudahlah.

***

Aku saat ini sedang berada di kamar milik Rommy. Aku sudah ditandai dan aku bingung untuk melakukan apa. Rommy saat ini sedang pergi. Entah kemana ia tak memberitauku. Jadi, aku putuskan untuk mandi.

Aku sedikit tak terbiasa dengan kamar mandi di kamar Rommy. Biasanya aku selalu pergi ke belakang mansión jika mau mandi. Tapi kali ini berbeda. Membuatku sedikit canggung untuk melakukan apapun.

Selesai mandi, aku menatap diriku di cermin. Luka-lukaku belum hilang sampai sekarang. Bagaimana aku bisa menjelaskan ini pada Rommy? Apakah Rommy akan menerimaku dengan semua luka ini?

Saat aku hendak memakai bajuku, pintu kamar mandi terbuka secara paksa. Memperlihatkan wajah Rommy yang tak percaya. Oh tidak. Rommy sudah melihatnya. Aku tak menyangka akan secepat ini.

“Rommy, apa yang kau lakukan? Tak bisakah kau menunggu di luar?” Ucapku mencoba mengalihkan pembicaraan.

Suara geraman muncul dari mulut Rommy. Matanya berubah-ubah biru dan silver. Aku seketika panik. Rommy jelas telah melihatnya. Dengan cepat aku berlari dan memeluk Rommy. Ku harap ini akan berhasil.

“Ini bukan apa-apa, Rommy.” Ucapku berharap Rommy akan tenang.

Pelukanku membuat tubuh Rommy yang menegang mulai lemas. Ini akan berhasil. Sekarang tinggal bagaimana menjelaskan semuanya. Rommy membalas pelukanku.

‘Akan ku bunuh siapa saja yang telah melukai mateku.’ Ucap Jack marah.

‘Jack. Tolong tenanglah. Aku dan Alby baik-baik saja.’ Jawabku melalui mindlink. Ya, setelah marking, aku dan Rommy dapat saling melakukan mindlink.

“Kau tidak baik, sayang. Lihatlah semua lukamu itu.” Kali ini Rommy yang unjuk suara.

“Ini hanya luka kecil. Aku tidak apa-apa.”

“Siapa yang telah melakukan ini padamu. Katakan padaku.” Desak Rommy sambil melepas pelukannya.

“Tidak. Aku tak mau kau membunuh mereka jika aku memberi tahumu.”

‘Mereka? Siapa mereka yang berani melukaimu?”

“Katakan padaku, mate!”

Aku mengelus pipi Rommy. Amarah Rommy mulai mereda. Ia terlihat menikmati setiap sentuhan yang ku berikan. Memang tak ku pungkiri, percikan listrik ini memang membuat candu bagiku.

“Berjanjilah padaku untuk tidak emosi dan tidak membalas dendam kepada mereka.”

Rommy menatapku dingin. Aku menatapnya penuh harap. Semoga ini akan berhasil. Ku dengar helaan nafas berat keluar dari mulut Rommy. Rommy pun mengangguk pasrah.

“Mereka adalah—”

***

“Kalian akan berangkat sekarang?” tanya Paman Peter.

“Tentu saja, Paman. Semakin cepat semakin baik” jawab Rommy.

“Ngomong-ngomong, Paman. Apa kau melihat Kak Jon? Aku tak melihatnya dari tadi.” Rommy menatapku tajam. Apa? Apakah pertanyaanku salah?

“Jon? Ia pergi bersama Rheva sejak tadi pagi buta. Aku kira Ia sudah memberi tahu mu.”

“Cih. Dasar beta kurang ajar.” Keluh Rommy.

Rommy dan aku akhirnya pergi ke Crisant Moon Pack. Rommy terlihat tak mau membuang-buang waktu. Dan untuk Kak Jon, apakah Kak Jon selalu begini pada Rommy? Itu mengingatkanku pada sikap Kak Jon ke Kak Rheva yang penuh perhatian.

Tbc.

***

Hola, I'm back again
Well, karena gak ada yg mau kehidupan Wendy di Red Eclipse Moon Pack, jadi lanjut aja, huehe

Rommy : Kak Jon!! Dimana kau?? Apa yang kau lakukan!!
Rheva : Apa? Kenapa kau mencari Jon?
Rommy : Hmph. Kenapa kau selalu membawa betaku tanpa ijin?
Rheva : Apa? Apakah ada masalah dengan itu? (Mengeluarkan wajah seram)
Rommy : Ti-tidak ada. (Wajah ketakutan)
Wendy : ??

Oke, tanpa basa-basi
Gara" kasus yang melanda ini membuatku pusing tujuh keliling..
Semoga semuanya bisa dengan cepat pulih..

Part 18
“Nona Rheva, apapun kesalahan anggota pack saya, tolong maafkanlah mereka.” Alpha dan Luna membungkuk memohon kepada Rheva. Sontak hal itu sukses membuat Dandy dan yang lainnya terkejut.

Sepertinya Rheva orang penting
Tunggu, Ia Kan memang orang penting
Diakan Luna, wkwk
Benarkan Aku??

No olvides votar y comentar
Don't forget to vote and comment

Protective Wolf [Complete]Where stories live. Discover now