Di tembak (2)

92 16 12
                                    

Pagi harinya, Cia terbangun dari tidurnya karena alarmnya yang tak henti-hentinya berbunyi.

Ia mematikan alarm itu, gadis iti segera masuk ke kamar mandi, melakukan ritual paginya.

Setelahnya, ia turun ke bawah untuk sarapan. Setelah sarapan, Cia langsung berangkat ke sekolahnya.

🌱🌱🌱

"Anak anak, kita kembali kedatangan murid baru, silahkan perkenalkan diri kamu"

"Nama gue Leonard Xandro. Panggil aja Leo"

"Silahkan duduk di bangku yang kosong. Sekarang, kita lanjutin belajar, buka halaman 60, kerjain latihan bagian 2 tulis soal dan jawab lengkap"

"Baik, bu"

Mereka mengerjakan latihan yang diberi guru dengan tenang.

Tak lama bel istirahat berbunyi, mereka mengumpulkan tugas yang sudah mereka kerjakan dengan serius atau pun hanya asal-asalan, lalu mereka mulai berhamburan ke kantin.

"Ci, lo ada liat berita ini?" Tanya Glen sambil menunjukkan handphonenya.

Disana, ada berita yang sama dengan yang kemarin ditunjukkan kedua orangtuanya, foto mereka berdua di taman, dengan judul 'anak pengusaha ternama Auddison dan Anderson bolos dari sekolah'

Cia mengangguk kecil, sampai sekarang ia tidak tahu siapa yang memprotret dirinya dan Glen ketika di taman.

Dan apa tujuan orang itu pun ia tak tahu, hanya untuk bersenang-senang atau justru ada niatan lain, ia sama sekali tak mengerti tujuan orang itu.

"Orangtua lo tahu?"

"Justru gue tahu dari mereka. Daddy kemarin nunjukkin itu ke gue, dia marah karena dia kira gue bolos. Gue juga udah bilang cerita yang sebenarnya gimana"

"Terus dia percaya kan?" Cia menggeleng kecil, menandakan orangtuanya tidak mempercayai dirinya.

"Ci" panggil seorang gadis membuat pemilik nama menoleh ke arahnya.

"Kenapa?" Tanya Cia.

"Di panggil guru, disuruh ke lapangan basket" jawab farita.

Gadis itu berjalan ke lapangan basket sekolah, di sana ada banyak orang yang duduk mengelilingi lapangan itu.

"Kenapa rame banget ? Gurunya mana?" Tanya Cia, gadis itu menoleh ke sebelahnya, namun tak mendapati Farita.

Mata gadis itu tertuju ke tengah langapan. Di sana ada seorang cowok yang duduk membelakangi Cia dengan gitar yang ada di pangkuannya.

Melihat postur tubuhnya saja, Cia sudah mengetahui siapa orang itu. ia memutar bola matanya malas.

Sudah jelas apa yang farita katakan tadi adalah kebohongan. Tidak ada guru yang memanggilnya. Gadis itu merutuki kebodohannya, jika dipikir-pikir, untuk apa juga guru memanggilnya ke lapangan basket, di cuaca yang panas seperti ini lagi.

Cia membalikkan badannya, berniat untuk pergi dari sana. Namun, tangannya sudah di cekal oleh cowok itu. Cia menatap cowok itu tajam, menyorotkan ketidaksukaannya terhadap laki laki di hadapannya ini.

CHIARA (Completed)✅✔Where stories live. Discover now