🥀 Penghinaan

35.3K 1.5K 193
                                    

Jangan lupa follow akun Instagram aku @Kissa_al07 untuk mendapatkan informasi terupdate cerita ini

Terima kasih masih setia menunggu:)

~Happy Reading~





Naya tampak sumringah melihat kedatangan Hendrik, sudah lama pria paruh baya itu tidak datang berkunjung. Ia menyambut ramah kala Hendrik masuk ke dalam toko bunga miliknya.

"Bagaimana kabarmu, Naya?" tanya Hendrik dengan tatapan hangatnya.

"Baik. Paman sendiri bagaimana kabarnya?" Naya balik bertanya.

"Seperti yang kamu lihat aku baik-baik saja. Ini aku bawakan makanan kesukaan Levin."

Hendrik memberikan cake coklat kesukaan Levin. Bocah laki-laki itu sangat menyukai cake. Naya langsung menerima pemberian pria tersebut.

"Selama Argio datang menemuimu, aku tidak bisa berkunjung ke sini beberapa hari kemarin. Kamu tahu sendiri, bila Argio tahu aku ke sini sudah pasti dia akan tahu juga bila aku yang menyembunyikan keberadaanmu dengan Levin selama beberapa tahun ini," papar Hendrik.

Naya manggut-manggut membenarkan perkataan Hendrik. Selama ini Argio belum tahu Hendrik lah yang mempersulit pria itu menemukan keberadaannya dengan Levin.

"Silahkan duduk Paman."

Naya meletakkan paper bag berisi kue yang Hendrik berikan di atas meja. Keduanya duduk di sofa yang tersedia dalam toko tersebut. Tak lupa Naya meminta karyawannya untuk membuatkan teh untuk mereka berdua.

"Paman, bibi Monic masih menjalankan bisnis bunganya itu?" Naya kembali membuka obrolan.

Hendrik merapatkan bibirnya sambil menggeleng pelan."Dia sudah berhenti. Mungkin karna umur yang semakin tua membuat Monic cepat lelah. Dia hanya menghabiskan waktu seharian di rumah. Sekarang Monic lebih suka membuat kue kering."

Naya tampak terkekeh mendengar paparan Hendrik.

"Ya, biasanya umur 70 tahunan itu tenaga cepat terkuras dan lelah. Aku berharap Bibi Monic sehat selalu. Kapan-kapan aku akan ke Jakarta menemui bibi."

"Baguslah kalau begitu, Monic selalu menanyakan kabarmu, Nay. Apalagi setelah kamu memutuskan kembali ke Surabaya, dia mulai merasa kesepian."

Naya menghela napas pelan. Ia merasa kasihan mendengarnya apalagi Monic tinggal seorang diri tanpa ada yang menemani. Tidak mungkin Hendrik selalu menemui Monic karna pekerjaan dan keluarga kecilnya yang tidak bisa ditinggalkan.

"Secepatnya aku akan menemui bibi Monic. Pasti bibi juga merindukan Levin."

Keduanya berhenti sejenak mengobrol ketika karyawan wanita meletakkan dua cangkir teh di atas meja.

"Minum dulu, Paman," titah Naya seraya meraih cangkir teh hangat lalu menghirupnya pelan dan diikuti oleh Hendrik yang mulai menikmati teh hangat tersebut.

Hendrik kembali meletakkan cangkir teh tersebut ke meja lalu kembali membuka suara,"Sepertinya Argio tidak akan  menemui lagi."

Pergerakkan tangan Naya langsung terhenti. Mata coklat berkilaunya langsung mengarah pada Hendrik.

"Maksudnya Argio tidak datang ke sini lagi?"

Hendrik mengangguk mengiakan ucapan Naya. Wanita itu kembali terdiam. Ia menunduk dengan tatapan bergulir. Kerutan halus muncul dikening Naya seolah ia tengah berpikir keras.

Pelayan Perawan Milik Tuan MudaWhere stories live. Discover now