🥀 Kecelakaan

38.5K 1.6K 174
                                    

Jangan lupa follow Instagram aku @Kissa_al07 untuk mendapatkan informasi tentang cerita ini termasuk spoiler untuk bab selanjutnya.

Terima kasih masih setia menanti.



~Happy Reading~













"Kamu tidak sebaik yang aku kira!" Setelah mengatakan itu Naya berlari masuk ke dalam kamar sebelum Rio sempat kembali mencegahnya.

Wanita mana yang tidak sakit hati ketika masa lalu kelamnya diungkit-ungkit hanya karna perkara perasaan yang tidak terbalaskan. Di tambah Rio terlalu memaksakan Naya agar menerima lamaran dan cintanya.

"Bodoh, bodoh!" Rio mengacak rambutnya frustasi. Ia terlalu kecewa dengan penolakan Naya sampai tidak bisa mengendalikan mulutnya.

"Apa yang harus aku lakukan?" gumam Rio kebingungan. Sudah pasti Naya akan sulit memaafkannya apalagi ia menyinggung masa lalu wanita tersebut.

Di sisi lain Naya membanting pintu cukup keras. Tubuhnya langsung meluruh ke lantai air mata semakin deras mengucur membasahi wajahnya yang tampak memerah. Sesak dan sakit mencekik kuat rongga dadanya. Apa sehina itukah dirinya? Kenapa Rio harus kembali mengungkit-ungkit masa lalunya yang berusaha ia tutup rapat-rapat.

Bahkan ia tidak menyangka Rio tidak benar-benar tulus dengan kebaikan yang pria itu lakukan. Jika Rio melakukan itu demi mendapatkan cintanya kenapa Rio juga tega menghina dirinya. Mahkotanya memang terenggut tapi ia semua dibawah kendalinya. Tangisan Naya semakin menjadi-jadi.

"Mama kenapa?"  Levin terbangun dari tidurnya kala mendengar suara isak tangis.

Bocah laki-laki itu turun dari kasur lalu berlari memeluk Naya yang berusaha menghentikan tangisannya namun rasanya benar-benar sakit membuat ia tidak bisa mengendalikan tangisannya.

"Mama kenapa nangis? Siapa yang nakal sama Mama? Nanti Levin marahin dia!" Bocah itu menampilkan raut wajah marahnya. Alisnya menukik tajam sama persis seperti Argio.

Naya memeluk erat tubuh mungil putranya. Levin mengusap-usap lembut puncak kepala sang mama. Bocah laki-laki itu seolah mengerti apa yang mamanya rasakan.

"Mama jangan nangis ..." Levin mengusap cairan bening di pipi Naya yang semakin deras meluruhkan air matanya.

Terlalu sakit sampai membuat Naya tidak bisa tegar di hadapan putranya. Mata Levin tampak berkaca-kaca melihat keadaan sang mama, namun bocah laki-laki itu berusaha menahan cairan bening meluruh.

"Laki-laki tidak boleh nangis."

Kata-kata itu tertanam kuat dalam benak Levin membuat bocah itu berubah menahan tangisannya.

"Levin sayang Mama, Nak?" Naya menatap putranya dengan mata sembab.

"Levin sayang banget sama Mama. Mama jangan nangis lagi," jawab Levin dengan suara tersendat-sendat menahan tangisannya. Ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Naya.

"Rio, bagaimana? Apa Naya menerimamu?"

Ibu Ani menghampiri Rio yang keluar dari rumahnya. Pria itu menoleh menatap sendu wanita paruh baya itu.

"Sepertinya Naya perlu waktu, Bu. Aku pamit pulang dulu," balas Rio yang bergegas pergi meninggalkan rumah itu. Bukan apa-apa, ia merasa tak nyaman ketika mengingat apa yang sudah ia ucapkan pada Naya. Sungguh ia tidak bermaksud.

Ibu Ani mengernyit melihat kepergian Rio yang tergesa-gesa. Padahal ia berharap Naya menerima Rio apalagi pria itu sangat baik. Ia kembali masuk ke dalam rumah lalu berjalan menuju kamar Naya.

Pelayan Perawan Milik Tuan MudaWhere stories live. Discover now