🥀 Sebuah ancaman

38K 1.7K 145
                                    

Jangan lupa follow Instagram aku @Kissa_al07 untuk mendapatkan informasi tentang cerita ini termasuk spoiler untuk bab selanjutnya.

Terima kasih masih setia menanti.

~Happy Reading~









"Aku sampai sini mengantarnya," ucap Naya berhenti di depan pintu toilet. Tidak mungkin ia mengantar Argio sampai ke dalam toilet.

Namun, pria itu masih setia melingkarkan tangannya di pinggang Naya seolah tak ingin lepas.

"Tapi aku tidak sanggup berjalan sendiri, Naya. Kakiku benar-benar sakit," balas Argio setengah merengek.

Naya menghela napas panjang. Andai pria itu tidak sakit tidak mungkin ia berbaik hati membantu Argio. Tapi ia juga tidak bisa menyalahkan Argio atas musibah yang pria itu alami. Dengan terpaksa Naya kembali memapah Argio masuk ke dalam toilet apalagi pria itu membawa tiang infus membuat pergerakan mereka berdua sedikit kesulitan.

Napas Naya sedikit memburu ketika mendudukkan Argio di closed duduk. Apalagi tubuh Argio cukup berat dan besar sedangkan tubuhnya begitu kecil untuk menahan beban berat dan tubuh besar seperti Argio.

"Bisa buka celananya sendiri' kan? Aku keluar dulu."

Tanpa menunggu balasan Argio, Naya segera keluar dari toilet. Argio tersenyum lebar penuh kebahagiaan setelah Naya keluar dari toilet. Ia segera mengeluarkan ponsel miliknya dari saku celana lalu menghubungi seseorang.

"Apalagi?" Suara dari sambungan telpon terdengar malas-malasan menjawab telpon dari Argio.

"Besok paman tidak usah datang ke rumah sakit menjagaku, biar Naya menjaga dan merawatku."

"Apa? Gila sekali kamu Argio, malam ini dokter sudah memperbolehkanmu pulang. Lagipula kondisimu baik-baik saja tidak terlalu parah untuk apa ingin lebih lama lagi di rawat inap?" gerutu Hendrik.

Raut wajah Argio langsung mendatar."Ini menjadi kesempatanku untuk merdekati Naya dan Levin. Mereka berdua menjadi baik setelah melihat kondisiku. Aku tidak mau tahu paman urus semuanya!"

"Kamu kira rumah sakit itu penginapan sampai ingin berlama-lama di sana?"

"Paman jangan terlalu banyak berkomentar, urus saja semuanya."

Argio langsung mematikan sambungan telpon sebelum Hendrik membalas ucapannya.

"Naya! Tolong aku." Argio berteriak dan tak lama Naya kembali masuk ke dalam toilet.

Kening Naya mengkerut melihat Argio masih dengan posisi yang sama.

"Apa sudah buang air kecil?"

Argio mengangguk.

"Bagaimana caranya buang air kecil begitu cepat sementara kakimu sakit?" Naya kembali melontarkan pertanyaannya dengan wajah keheranan.

Argio terdiam sejenak.

"Apa kamu ingin melihatku cara buang air kecil, hmm?" ucap Argio seraya hendak membuka celananya seolah ingin memperagakan pada Naya.

Dengan cepat Naya menggeleng. Maksudnya tidak begitu, ia hanya heran dengan Argio apalagi pria itu cepat sekali buang air kecilnya. Tak ingin semakin lama di dalam toilet Naya kembali memapah Argio.

Argio tampak tersenyum-senyum. Kenapa tidak dari kemarin saja ia seperti ini untuk mendapatkan perhatian Naya dan Levin. Pria itu semakin mengeratkan lingkaran tangannya dipinggang Naya. Pandai sekali pria itu mengelabuhi wanita di sampingnya.

Pelayan Perawan Milik Tuan MudaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora