1. Target Pertama

47.9K 1.6K 43
                                    

Awin membuka matanya di pagi yang cerah di kota Jakarta, dengan cepat Awin mengambil pisau yang berada tidak jauh dari kasur. Menggunakan tangan kanannya perlahan tapi pasti ia menggores tangan kirinya dengan pisau yang berada di tangan kanannya. "Aw" ia berteriak dengan suara pelan agar tidak membangunkan adiknya yang tidur di kasur sebelahnya. Dengan cepat Awin pergi ke kamar mandi untuk mencuci darah yang bercucuran dari tangan kirinya tersebut. Karena ini adalah hari senin, ia harus bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Setiba di sekolah, temannya bernama Daniel menghampiri Awin yang sedang memegangi tangan kirinya sendiri.

"Win," sapa Daniel kepada Awin yang melihat bekas luka di tangan kirinya.

"Apa niel?" jawab Awin tanpa melihat Daniel di sebelahnya.

"Tangan kiri lu kenapa, Win?" tanya Daniel lagi dengan suara yang agak pelan.

"Tangan kiri gua... em... tadi pas gua turun tangga di rumah, gak sengaja gua nabrak tiang tangga gitu niel sampe berdarah," jawab Awin dengan nada terbata-bata. Awin tau bahwa Daniel tidak akan dengan mudahnya percaya kepadanya karena Daniel adalah anak yang cukup pintar di kelasnya.

"Kok bisa, Win? pasti lo ketabrak gara-gara baru bangun tidur ya?" tanya Daniel yang melihat tangan kiri Awin yg sakit itu.

"Ya jelaslah, gua kan nggak pernah absen selama gua sekolah. Jadi, gua harus bangun pagi-pagi terus lanjut mandi dan makan baru otw sekolah." jawab Awin yang dengan bangga.

"Wihhhh, hebat juga lo Win. Gua aja baru bangun tidur nggak sarapan langsung jalan ke sekolah." kagum Daniel kepada Awin temannya itu.

"Bentar niel," kata Awin kepada Daniel dan langsung memberhentikan Daniel yg berjalan di sebelahnya itu.

"Apa Win?" tanya Daniel kepada Awin.

Kringgg............ Suara bel sekolah yang nyaring itu membuat mereka berdua lari tak karuan ke kelas.

---------------------------------------

Pelajaran pertama pun dimulai. Mulai dari pelajaran yang paling membosankan untuk Awin yaitu pelajaran Sejarah. Dengan perlahan Awin mulai menundukkan kepalanya ke atas meja dan menutup matanya secara perlahan-lahan. Setelah beberapa saat...

"Awin!!!" teriak pak Djoko di depan kelas. Semua murid langsung melihat Awin yang mulai perlahan menaikan kepalanya dari atas meja.

"I.... i... iya p... pak?" jawab Awin dengan nada terbata-bata.

Buk..... Penggaris kayu milik kelas XI IPA itu langsung hancur ketika pak Djoko memukul papan tulis itu dengan penggaris tersebut.

"Kamu bukannya dengerin saya nerangin tentang bab 2 malah tidur di kelas. Udah berapa kali saya hancurin penggaris di kelas ini karena ulah kamu?" tanya pak Djoko dengan nada yang mulai meninggi.

"24 Pak" secara kompak semua murid kecuali Awin berteriak kepada pak Djoko.

"Nah... Sekarang kamu dengarkan saya.. Saya sudah muak dengan tingkah lakumu yang selalu tidur di pelajaran saya. Jika kamu minggu depan masih tidur di pelajaran saya... Saya mau, kamu membeli penggaris kayu 30 batang untuk saya hancurkan lagi, dan kau tau? Penggaris kayu ini harganya berapa?" tanya pak Djoko kepada Awin dengan lantang.

"Saya tidak tau pak," jawab Awin dengan kepala menunduk.

"Satu penggaris ini harganya 45.000 rupiah, dan saya meminta kamu untuk membeli penggaris ini sebanyak 30 buah. Jadi jika minggu depan kamu tidak membawa ke30 penggaris tersebut saya akan membuat surat panggilan orang tua untuk anda. PAHAM!?"

Kring................ Bel ini menunjukan bahwa jam pelajaran pak Djoko sudah selesai.

"Iya Pak." dengan lantang Awin berteriak karena pelajaran pak Djoko sudah selesai.

Fernando selaku ketua kelas disini langsung memberi salam kepada pak Djoko.

"Siap, Beri salam." teriak Fernando dengan lantang.

"Terima kasih pak..." teriak semua murid di kelas tersebut secara kompak.

Seusai pemberian salam kepada pak Djoko, Awin langsung keluar kelas untuk membeli makanan karena sudah jam istirahat. Kembalinya Awin dari kantin, ternyata Daniel sudah duduk di kursi Awin dan membawa bekalnya untuk makan bersama dengan Awin.

"Win, tadi ada apa? kok ada serpihan kayu di depan kelas lu? terus tadi pak Djoko nggak bawa penggaris kayu pas keluar dari kelas lu. Penggarisnya ancur lagi ya?" tanya Daniel kepada Awin yg sedang memakan bakmi yang dia beli di kantin.

"Iya Niel, padahal gua lagi mimpi enak tuh" jawab Awin dengan mulut yang penuh dengan bakmi tersebut.

"Tch." balas Daniel lalu melihat keluar jendela.

"NIEL!" teriak Awin kepada temannya yang ada di depannya itu.

"Apa Win?" tanya Daniel yang membuat tanda tanya besar di kepala dia.

"Monyet lu bakmi gua kena ludah lu anjrit, lo sok-sokan tch tch segala sih. Nih bakmi gua kasih lu aja biar gua makan nasi uduk lu itu," balas Awin dengan nada tinggi.

"Oh iye, Win hehehe sorry Win gua kagak sengaja sih... Nih nasi uduk gua buat lo aja. Gua juga lagi nggak mood makan nasi uduk terus. Bakminya buat gua kan?" sambil menunjuk-nunjuk bakmi yang masih ada setengah porsi itu.

"Nih nih nih ambil tuh bakmi gua, gua geplak lo lama-lama buang ludah ke makanan gua. Buruan habisin Niel bentar lagi udah mau bel," jawab Awin dengan nada sedikit kesal.

"Ya udah gua makan bakmi lo di kelas gua aja ye Win..." jawab Daniel sambil membawa mangkuk bakmi tersebut.

"Kampret tuh Djoko ngabisin uang jajan gua aja, coba tadi gua kagak tidur, kan lumayan uangnya bisa gua simpen buat beli hoodie Hatsune Miku. Damn lah nabung lagi dari awal. 30 dikali 45 brarti gua ngabisin duit gua sekitar 1 juta tiga ratus ribu. Anjing juga tuh guru, padahal hoodie hatsunenya Limited Edition..." pikir Awin dalam hati.

"Besok gua bawa pisau gua aja kali yak? jadi gua bisa beli hoodie Hatsune miku gua." lanjut Awin dengan senyum yang cukup menyeramkan.

Part 1 cukup sampai disini dulu ya readers ^_^ lumayan panjang dan lumayan membuat otak saya berasap nih hahahaha...
Saya usahakan Part 2 akan lebih greget lagi ceritanya.

Your Commend and Vote means lot to me. Thank You sudah mau baca :)

Psychopath Falling In LoveWhere stories live. Discover now