6. Korban Kedua

10.2K 458 11
                                    

~~AWIN'S POV~~

Sudah hampir 1 bulan aku satu rumah dengan mollie, dan kami tidak menyebarluaskan fakta ini kepada semua murid di sekolah kita.

Seorang guru yang cukup tinggi mulai memasuki kelasku dan menebar pesona dengan senyumnya.

"Selamat pagi murid-murid sekalian. Perkenalkan nama saya John. Saya adalah guru pengganti Pak Djoko. Salam kenal" kata pak John dengan hormat di depan kelas.

"Selama pagi pak" kompak kami menyambut guru pengganti itu.

"Kalian bisa panggil saya dengan sebutan Stewart" kata guru itu dengan tampang melas.

"Pak Stewart?" tanya seorang murid di kelasku.

"Iya." jawab guru itu.

Aku merasakan ada sesuatu yang tersembunyi dari guru baru ini. Aku merasakan bahwa ia bukanlah orang baik, dan sudah lama aku tidak bermain lagi dengan korbanku. Kali ini aku akan bermain dengannya.

~~Waktu Istirahat~~

"Niel!" bentakku kepada daniel.

"Apa win?" tanya daniel kepadaku.

"Apa kau merasakan ada sesuatu yang aneh pada guru pengganti pak Djoko?" tanyaku kepada daniel.

"Iya... namanya cukup aneh menurutku." jawab daniel "John dengan Stewart??? What the F*ck is that? panggilan macam apa itu?" tanya daniel kepadaku.

"Iya tuh aneh banget, masa nama asli John tapi nama panggilan Stewart" jawabku sambil menonjok daniel seperti samsak tinju.

"Sakit monyong!" bentak daniel kepadaku.

"Hahaha...." tawaku "Badan doank Six Pack padahal gua tonjok pelan aja sakit" kataku meledek daniel.

"Udah diem! gua mau balik aja" bentak daniel kepadaku.

Itu adalah percakapanku dengan daniel sebelum dia kembali ke kelasnya.

Setelah sekolah selesai aku langsung pulang ke rumahku yang lama ( sebelah rumah mollie) mempersiapkan permainanku itu. Setelah selesai mempersiapkan semua, aku pergi ke rumah mollie ( rumah kedua) untuk makan dan mandi.

Setelah selesai mandi aku menemui mollie dan berbicara dengan dia di meja makan.

"Moll, lu besok mau ikut gua main kagak?" tanyaku kepada mollie.

"Main apa?" tanya mollie kepadaku lagi.

Pertanyaan ini membuatku membeku dan tak bisa menjawab balik pertanyaan dia.

"Kagak jadi deh moll" jawabku sambil menundukkan kepala.

"Oh ya udah." balas dia dan melanjutkan makannya.

Setelah aku selesai makan dan mandi, aku langsung tidur di sofa ruang tamu sambil memikirkan alur rencanaku besok.

Selesai bersekolah aku melihat pak Stewart pulang berjalan kaki. Aku menyusul pak Stewart dan mengagetkan dia.

"Pak!" teriakku menggagetkan pak Stewart.

"Apa-apaan kau ini?" membentakku " ada apa?" tanya dia kepadaku.

"Pak, saya tidak bisa pelajaran sejarah. Bisakah bapa membantu saya di rumah saya?" tanyaku sopan kepada pak Stewart.

"Baiklah. Dimana rumahmu?" tanyanya kepadaku

Aku menunjukkan rumahku dan ternyata guru ini sangatlah mudahku kelabui.

Sesampainya di rumah aku membukakan pintu rumahku.
"Silahkan masuk pak, maaf sedikit kotor disini. Orang tuaku masih bekerja" kataku sambil menundukkan kepala.

"Tidak apa-apa win" katanya " Kita mau belajar dimana?" tanyanya padaku.

"Kita belajar disini pak" jawabku "Saya ganti baju dulu ya pak" kataku kepada pak Stewart.

"Baiklah" balasnya kepadaku.

"Pak? mau minum?" tanyaku kepada dia.

"Baiklah" balasnya kepadaku.

Aku pergi ke dapur mengambil air putih dan aku memberi sedikit obat tidur agar rencanaku berjalan dengan lancar.

"Silahkan pak" kataku "Saya ganti baju dulu ya pak" kataku lagi kepadanya.

"Oh iya silahkan" balasnya sambil meneguk minum dengan cepat.

Aku mulai menaiki tangga dan melihat reaksi pak Stewart yang mulai memutar-mutarkan kepalanya. Perlahan tapi pasti ia mulai terlelap. Setelah ia sudah tertidur, aku menarik dia kedalam gudang yang gelap di ujung rumahku.

Aku mengikat tangan dan kaki pak Stewart dengan kawat besi supaya tidak terlepas.

"Bangun pak" kataku sambil menampar pak Stewart.

Plak... Plak... Plak...

"Dimana saya?" tanya dia sambil melihat ke sekitar.

Aku secara diam-diam menggores kuping pak Stewart hingga putus.

Agh... teriak pak stewart yang membuat ku tertawa puas. Dengan cepat aku menarik kedua bibir pak Stewart dan menancapkan pisau kesayanganku menembus kedua bibir. Mng... geraman pak stewart yang mulai membuatku tertawa sinis.

"Pak kali ini aku main pake garpu deh" kataku kepadanya yang sudah mulai melawan.

Aku mengambil garpuku dan menusuk jidat pak Stewart yang penuh dengan jerawat itu. Aku tarik kembali garpu itu dan menancapkan tepat di kedua ketiak guru itu.

Banyak darah yang mulai bercucuran. Mulai dari telinga kiri, jidat, dan ketiak.

Untung saja pak Stewart jadi korban yang cukup mudah untukku, karena beberapa hari ini aku melihat di TV bahwa banyak yang membutuhkan organ-organ dalam seperti jantung, hati, paru-paru, dan lain-lainnya.

Setelah pak Stewart sudah berhenti bergerak, aku dengan cepat menelepon rumah sakit yang membutuhkan organ-organ tersebut. Ternyata rumah sakit ini memerlukan 1 organ dalam lengkap.

Dengan cepat aku memotong bagian-bagian yang di butuhkan rumah sakit tersebut.

Setelah aku ke rumah sakit tersebut ternyata menjual organ 1 orang saja aku menjual semua organ pak Stewart dan total uang yang kudapat sekitar Rp 55.000.000.

Aku menyimpan uang tersebut di kartu ATM ku dan menyembunyikannya di dompetku.

Setelah aku selesai di Rumah sakit aku langsung kembali ke rumah mollie.

Melakukan aktivitas biasa seperti makan dan mandi dan tidak lupa aku mengganti bajuku yang sudah kotor dengan darah pak Stewart.

"Kasihan sekali pak Stewart, baru 1 hari menggajar sudah tidur untuk selamanya aja" kataku dalam batin.

Siapa lagi ya korbanku yang berikutnya?


Sorry readersku tercinta #HOMODETECTED

lama kaga update...

Sekian untuk part ini yaaa

Thanks for Read... Your Comment and Vote = Spirit for me.



Psychopath Falling In LoveWhere stories live. Discover now