13. Sihir Malam (Part 1)

10 3 0
                                    

"Banyak yang dirahasiakan oleh bayang-bayang, dan itulah mengapa kami merayu mereka."

- Ratri, Penyihir Malam

Setiap penyihir yang bergabung dalam sebuah komunitas terhubung dengan sihir yang mengikat mereka bersama. Sihir menjaga mereka, mengisi mereka dengan kekuatan. Mereka bisa merasakan pasang surutnya. Mereka semua merasakannya. 

Maka  ketika Citraloka mengadakan pertemuan tengah malam, tidak ada yang terkejut. Semua sudah bersalin pakaian. Dan bersenjata.

Duduk di meja bundar bersama Citraloka dengan gaun biru tua, dua belas penyihir yang tinggal bersamanya di gua bawah tanah Jalan Dago. Citraloka duduk dengan mata terpejam dan napasnya memburu terengah-engah. Para penyihir yang lebih muda memandangnya dengan alis berkerut, tetapi penyihir-penyihir yang lebih tua tahu apa artinya. Mereka telah bersama Citraloka selama lebih dari seratus tahun, menjalani hari demi hari bersamanya. Dan mereka semua tahu bahwa satu kata yang salah hanya akan berarti kematian.

Mereka semua tahu amuk Sang Penyihir Kota Kembang.

Citraloka membuka matanya perlahan, dan nyala api di lilin berkedip-kedip sebelum menyala lebih terang.

Dia menatap semuanya secara bergantian. Tapi Chintami yang duduk di sisinya, yang berbicara. "Ekke tidak berharap ekke harus mengatakan yang sudah jelas. Ametia dan Khiran ... pergi."

Embusan napas mengalir di permukaan meja.

"Apa maksudmu," kata Ratna, penyihir berusia seratus lima puluh sembilan tahun, "dengan 'pergi'?"

"Kita semua merasakan luka itu. Kita telah mencoba mencari mereka dengan mantra, jimat, tautan, dan bahkan Hasrat, tapi... tidak berhasil," desahnya. "Sepertinya mereka menghilang begitu saja."

"Mungkinkah ini serangan ke kita semua?" Anya bertanya, mengayunkan keris liku tiga belas ke udara.

"Tapi," kata Ratna, "siapa yang cukup bodoh untuk menyerang kita?"

"Bukan rahasia lagi," kata Chintami, "bahwa komunitas penyihir lain tidak menyukai kita. Nee."

Ratna mencondongkan tubuh ke depan. "Tapi serangan seperti itu bisa berarti perang dunia. Kita semua sudah menandatangani Mufakat yang Lima."

Kata itulah— perang dunia— yang membuat suasana menjadi kacau balau. Gaung bunyi berbisik hingga suara meraung memantul di dinding gua, mendadak hening setelah Citraloka mengangkat kepalanya.

"Kabut keruh," bisiknya. "Mereka disembunyikan."

Chintami menatapnya. "Apa maksudmu?"

Mata mereka bertemu. Sinar mata Citraloka kali ini bahkan tidak bisa dipahaminya.

"Mereka bukan pergi," kata Citraloka. "Sihir mereka dibelenggu, sehingga kita tidak bisa merasakan, seakan-akan mereka telah menghilang. padahal mereka sedang dibelenggu."

"Citraloka..." bisik Chintami.

"Aku tahu apa yang kukatakan," kata Citraloka berdiri dan menggebrak meja. "Mereka sedang disembunyikan di suatu tempat. Entah bagaimana. Pasti itu yang telah terjadi."

Dia mengedarkan pandangannya ke semua penyihir. "Karena jika tidak ... Perang tidak ada artinya dibandingkan dengan apa yang akan aku lakukan kepada siapa pun yang mengancam untuk menyakiti ... keluarga kita."

Ratna ikut berdiri. "Aku paham, Citraloka," katanya. "Tapi kita harus melakukan ini dengan sangat hati-hati dan berharap Khiran dan Ametia bisa menjaga diri mereka sendiri untuk saat ini. Kita harus berpikir. Mantra pengikat sihir adalah sihir kelas atas yang membutuhkan perhitungan matang dan kekuatan yang sangat besar. Siapa yang bisa melakukan ini?"

Citraloka menyentuh pergelangan tangannya dan mengelus gelang manik-manik yang mendadak memancarkan cahaya menyilaukan.

"Kepindahan dia belum berakhir," katanya. "Kita harus segera bersiap untuk pagi nanti. Ini baru permulaan."

Chintami berdiri di samping Citraloka. "'Dia'?" dia bertanya. "Siapa yang jij maksud?"

"Hanya ada satu orang yang bisa melakukan ini," katanya. "Hanya satu penyihir di dunia yang bisa melakukan sesuatu seperti ini."

Tinju Chintami terkepal. Dia meletakkan tangannya yang lain di pundak Citraloka. "Siapa?"

BERSAMBUNG

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 11, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Penyihir Kota KembangWhere stories live. Discover now