First Kiss

53.8K 661 11
                                    

PESONA PAMAN SENO | First Kiss

Dua insan berbeda usia itu masih saling menautkan bibir mereka dengan mesra. Entah sejak kapan kini posisi Rindu telah berada di atas pangkuan Seno. Dengan kedua lengan kecilnya yang melingkar apik di leher kokoh pria itu. Serta jemari mungilnya yang tidak henti meremas surai gelap sang paman.

Emphh..

Suara l3nguh@n yang keluar dari bibir Rindu nyatanya tidak membuat Seno sadar jika apa yang dia lakukan pada keponakan istrinya itu salah. Dia justru semakin memperdalam cium@nnya dan seolah lupa dengan status mereka.

Di sisi lain, Rindu yang sadar jika Seno telah larut dalam h@sratnya bukannya menghentikan pria itu, dia justru membiarkannya melakukan apa yang Seno mau. Dia membiarkan Seno menguasai bibirnya yang sejak tadi telah membengkak karena ulah pria itu.

Namun semakin lama mereka bercium@n, pasokan udara yang ada di rongga keduanya kian menipis. Membuat Rindu yang tidak ingin cium@n ini berakhir terpaksa melepaskan tautan bibir mereka.

Dengan napas memburu juga benang saliva yang terjalin, keduanya saling bertatapan dengan sorot redup. Seno yang melihat wajah Rindu yang berantakan dengan saliva yang membasahi bibir bengkaknya seketika tersadar dari apa yang telah dia lakukan.

"Ri-Rindu.." ujarnya dengan suara gugup. Pria itu menatap sekitar dengan panik. Dan baru menyadari akan posisinya yang tengah memangku keponakan istrinya itu.

"A-Apa yang terjadi?" Seno masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi pada mereka.

Netra gelapnya berpendar liar sekaligus panik kala melihat penampilan Rindu yang acak-acakan. Surai gelapnya yang biasa rapi terlihat kusut. Bibir ranum yang semerah ceri tampak membengkak dan basah. Juga tali gaun tidur yang gadis itu kenakan jatuh menjuntai di lipatan sikunya. Membuat penampilan gadis itu semakin terlihat mengg@irahkan.

Rindu tak langsung menjawab pertanyaan dari Seno. Gadis itu memilih untuk menyandarkan kepalanya di dada bidang Seno. Sembari meremat lengan berotot pria itu.

"Paman tiba-tiba mencium Rindu." balasnya dengan suara lirih.

Seno yang mendengar penuturan Rindu seketika membelalak. Apa benar dia yang sudah membuat gadis itu seperti ini? Bagaimana bisa dia mencium keponakan istrinya sendiri?

"I-Itu tidak mungkin. Paman tidak mungkin melakukan itu pada kamu, Rindu." elak Seno dengan wajah kalut. Dengan sedikit kasar dia mendorong tubuh ringkih Rindu hingga terduduk di sampingnya.

Rindu yang mendengar Seno mengelak seketika merasa sakit hati. Dia juga merasa terhina dengan perlakuan pria itu.

"Jadi Paman secara tidak langsung sudah menuduh Rindu berbohong?" tanya gadis itu dengan mata berkaca-kaca. Saat ini dia tengah memerankan perannya seperti seorang korban yang tidak berdaya.

Gadis itu terduduk kaku dengan kepala tertunduk. Bahunya bergetar dan terdengar isakan yang keluar dari bibirnya.

Melihat Rindu yang mulai terisak membuat Seno semakin kalut. Pria itu lantas meluruhkan tubuhnya menjadi bersimpuh di depan Rindu. Lalu Seno mencengkram kedua pundak polos gadis itu dengan sedikit penekanan.

"Paman minta maaf, Rin. Paman benar-benar tidak sadar dengan apa yang Paman lakukan." ujar Seno dengan raut penuh penyesalan.

Sebenarnya Rindu merasa tidak tega melihatnya. Namun kesempatan seperti ini tidak datang dua kali. Dia ingin memanfaatkannya untuk menjerat Seno. Tapi..

"Iya, Paman. Rindu akan melupakannya dan menganggap semua ini tidak pernah terjadi." balas Rindu dengan wajah sendu. Akhirnya dia memilih untuk membuat semuanya terasa mudah. Untuk kali ini dia biarkan dirinya mengalah.

Mendengar apa yang Rindu katakan, entah kenapa Seno merasa tidak senang. Dia merasa tidak rela jika gadis itu melupakan ciuman mereka. Namun bukankah ini yang terbaik?

Sekali lagi Seno menatap manik bening Rindu dengan tatapan intens. Membuat Rindu merasa malu dan tanpa sadar menggigit bibir bawahnya. Hal itu sukses membuat h@srat Seno yang semula surut seketika kembali ke permukaan dalam waktu sekejap.

"Paman.." lirih Rindu ketika Seno tiba-tiba mengapit ujung dagunya dengan jari telunjuk dan ibu jarinya.

"Entah kenapa mendengar kamu ingin melupakan kejadian ini membuat Paman merasa tidak senang." kata Seno menyuarakan kegelisahannya.

Rindu yang mendengarnya seketika menyatukan alisnya dengan tatapan bingung. Lalu apa yang sebenarnya pria ini inginkan? Apa jangan-jangan..

Belum sampai Rindu mencerna ucapan Seno barusan, pria itu sudah lebih dulu mendekatkan wajahnya pada wajah Rindu. Ibu jari Seno bergerak mengusap permukaan bibir Rindu dengan gerakan seduktif. Netra elangnya tak lepas menatap berbagai ekspresi yang gadis itu tampilkan.

"Paman tidak ingin kejadian ini berakhir begitu saja, Rindu." ujar Seno berbisik. Suaranya seolah hilang karena hasrat yang menguasai dirinya.

"Maksud Pam-umpphh.."

Tbc.
______

Part lengkap nunggu versi e-booknya rilis ya guys yaa

Pesona Paman SenoWhere stories live. Discover now