Pembelaan Seno

20.3K 367 15
                                    

PESONA PAMAN SENO | Pembelaan Seno

Bruk

Rindu melempar tubuhnya ke atas ranjang dengan posisi tertelungkup. Wajahnya terlihat begitu bahagia pagi ini karena berhasil membuat Hanum kembali sakit hati. Pembelaan Seno di ruang makan tadi membuatnya senang bukan main. Pasalnya setelah itu, Hanum yang memiliki ego tinggi merasa tidak terima dan memilih pergi dari rumah.

Dan yang membuat Rindu merasa girang, Seno tak sedikitpun beranjak dari kursinya untuk mencegah kepergian Hanum. Pria itu juga tidak repot-repot mencari keberadaan wanita itu.

Ceklek

Bunyi pintu yang dibuka dari luar membuat Rindu terkejut. Tak perlu menebak siapa gerangan yang saat ini mengunjungi kamarnya. Tentu saja pasti kekasih tuanya, Seno.

Dengan cepat Rindu mengubah raut wajahnya yang tadinya bahagia menjadi sendu. Isakan kecil penuh kepura-puraan terdengar dari bibirnya. Dan Rindu sengaja menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Derap langkah yang dipercepat membuat Rindu mengulum senyum. Tak lama dia merasakan seseorang mendudukkan dirinya di sisi ranjang yang ada di sampingnya.

"Sayang.." panggilan bernada lembut itu membuat senyum Rindu semakin melebar di bawah sana.

Gadis itu sengaja tidak langsung mengangkat wajahnya. Dengan susah payah dia mengeluarkan air matanya. Dan cara yang paling benar untuk dia lakukan adalah dengan sengaja menahan kedua kelopak matanya untuk tidak berkedip selama beberapa detik.

"Sayang, hei.." panggil Seno lagi sembari membelai punggung Rindu yang bergetar.

Rindu yang merasa lucu dengan apa yang dia perbuat mati-matian menahan diri untuk tidak tertawa. Setelah merasa air matanya telah keluar karena dipaksakan, gadis itu lantas membalikkan tubuhnya menghadap sang paman.

"Kenapa kamu menangis, hm?" Seno bertanya dengan nada khawatir.

Untuk sejenak Rindu terdiam berpikir jika pria di depannya ini benar-benar merasa khawatir terhadap dirinya. Namun segera dia tepis pemikiran itu jauh-jauh.

"Rindu merasa bersalah karena membuat kalian bertengkar." balas gadis itu dengan suara pelan.

Seno menghela napas mendengar jawaban Rindu. Dengan lembut diusapnya air mata yang membasahi kedua pipi gadis itu. Lalu tanpa disangka Seno mendaratkan kecupannya di kedua kelopak mata Rindu. Membuat gadis itu refleks terpejam mendapatkan kecupan tersebut.

Setelahnya Seno menangkup wajah Rindu dengan mesra. Lalu menatap gadis itu dengan sorot redup. Membuat Rindu tertegun karena ditatap demikian.

"Ini semua bukan salah kamu, Sayang. Jadi jangan salahkan diri kamu. Paman benar-benar tidak suka jika kamu seperti itu." ujar Seno lembut yang membuat detak jantung Rindu berdebar tak menentu.

Dia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang dia rasakan saat ini. Mengapa jantungnya bergemuruh hebat begitu mendapat perlakuan lembut dari sang paman. Padahal dia sendiri tahu jika kedekatan yang terjalin antara dirinya dengan Seno hanyalah semata untuk melancarkan aksi balas dendamnya.

Terlalu larut dalam lamunannya, Rindu seketika dibuat terkesiap saat Seno tiba-tiba saja mendekatkan wajahnya ke arahnya. Disusul dengan kecupan kecil yang pria itu sematkan di ujung hidungnya.

"Kenapa melamun, hm?" tanya Seno tanpa berniat menjauhkan wajahnya dari Rindu.

Glup

Rindu menelan ludahnya susah payah dengan wajah memerah. Matanya mengerjap berkali-kali hingga membuat Seno gemas sendiri melihatnya. Dan tanpa canggung dia mencubit kedua pipi gadis itu hingga membuatnya mengaduh.

"Sakit, Paman." ringis Rindu menangkup kedua pipinya. Takut Seno kembali mencubitnya lagi.

Bukannya merasa bersalah, Seno justru tergelak. Merasa lucu dengan ekspresi wajah Rindu saat ini.

Melihat tawa lepas pria di depannya, Rindu tentu merasa resah. Pasalnya Seno terlihat semakin tampan ketika tersenyum. Apalagi sampai terlihat gigi ginsulnya yang membuat pria itu semakin manis. Dan hal itu sangat tidak baik untuk kinerja jantungnya.

"Ya Tuhan, apa aku mengalami gejala serangan jantung? Kenapa jantungku berdebar seperti ini? Sebenarnya apa yang terjadi pada jantung ku?" gumam Rindu dalam hati.

Di sisi lain, Seno yang melihat Rindu terdiam sembari tak lepas menatap wajahnya dibuat salah tingkah. Pria itu pura-pura berdehem dan mengalihkan tatapannya ke arah lain.

"A-Ada apa? Kenapa kamu menatap Paman seperti itu sejak tadi?" tanya Seno sembari menggigit pipi dalamnya.

"Ti-Tidak. Tidak ada apa-apa, Paman. Em, Rindu hanya takjub saja melihat Paman tertawa selepas itu." balas Rindu dengan raut polos. Memang benar, ini kali pertama Rindu melihat Seno tertawa sebebas itu.

Seno mengulum bibir malu,"Kamu ini bisa saja." timpalnya.

"Ya sudah, lebih baik kamu istirahat saja. Paman mau keluar." kata Seno hendak beranjak dari duduknya.

Rindu yang tak ingin ditinggal dengan sigap menahan lengan pria itu.

"Paman, di sini saja temani Rindu." rengek gadis itu.

Tak tega menolak permintaan kekasih kecilnya itu, Seno akhirnya mengurungkan niatnya untuk keluar dari kamar Rindu. Lalu sebagai gantinya dia kembali mendudukkan dirinya di samping gadis itu.

Cukup lama keduanya saling diam di tempatnya masing-masing. Sampai akhirnya Rindu memberanikan diri untuk berpindah posisi menjadi membelakangi Seno. Lalu menyandarkan punggungnya pada dada bidang pria itu.

Seno tentu menyambut Rindu dengan senang hati. Tanpa diminta, kedua tangannya melingkar di perut rata gadis itu. Mendekap tubuh mungil Rindu dengan pelukannya yang hangat.

"Sepertinya Rindu sudah gila, Paman." kata Rindu membuka suara.

Seno menaikkan sebelah alisnya mendengar ucapan Rindu barusan.

"Apa yang terjadi?" tanya pria itu dengan suara beratnya.

Rindu mengulum senyum dengan semburat merah menghiasi kedua pipinya. Tanpa kata, dia lantas menarik salah satu tangan Seno yang ada di perutnya dan dia letakkan di atas dadanya.

"Paman bisa rasakan itu? Jantung Rindu selalu berdebar setiap berada di dekat Paman." ujar Rindu sembari tak lepas menatap wajah Seno yang tertegun mendengar penuturannya.



Tbc.
_________

Makin mesra nih orang bedua

Pesona Paman SenoWhere stories live. Discover now