Semakin Lengket

20.5K 360 16
                                    

PESONA PAMAN SENO | Semakin Lengket

Hubungan Rindu dan Seno semakin hari semakin lengket saja. Setiap ada kesempatan, Seno akan menyelinap masuk ke dalam kamar gadis itu ketika malam. Memadu kasih walau sekedar lewat sentuhan saja.

Sejauh ini Seno masih bisa menahan diri dengan tidak membobol gawang Rindu. Tapi dia merasa tidak yakin, apa dirinya bisa bertahan lebih lama lagi. Pasalnya, pesona Rindu begitu kuat yang kadang sering membuatnya lepas kendali.

Seperti saat ini, gadis itu tengah duduk di sampingnya dengan gaun tidurnya yang minim. Keduanya sedang menonton acara televisi di tengah malam buta.

Sebelumnya, Seno sudah memastikan jika Hanum telah tertidur pulas di kamar mereka. Baru setelah itu dia berani keluar menemui Rindu yang ternyata telah menunggunya di ruang keluarga.

"Apa kamu tidak kedinginan, hm?" tanya Seno pelan sembari mengelus surai panjang Rindu lembut. Gadis itu kini tengah menyandarkan kepalanya di dada bidangnya yang polos.

Rindu bergumam tidak jelas sembari memilin ujung gaun tidurnya. Netranya tak lepas menatap layar persegi yang ada di depannya. Gadis itu tampak nyaman bersandar di dada sang paman.

Tangan kanan Seno bergerak mengelus lengan polos Rindu naik turun. Sedangkan sebelahnya lagi dia letakkan di atas paha Rindu. Sesekali dia juga akan mengelus area itu dengan gerakan ringan.

"Bibi sudah benar-benar tidur sebelum Paman ke sini?" tanya Rindu setelah lama terdiam.

"Sudah. Paman sudah memastikannya." jawab Seno yang tengah sibuk menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah Rindu.

Keduanya kembali diam dan fokus menikmati tayangan yang ada di televisi. Sesekali mereka akan tertawa karena tingkah lucu pemain yang ada di dalam variety show tersebut.

Malam semakin larut, namun tak ada tanda-tanda keduanya mengantuk. Rindu justru semakin merapatkan tubuhnya pada Seno yang terasa nyaman. Demi menghalau hawa dingin yang menusuk kulitnya.

"Sepertinya kamu kedinginan." celetuk Seno begitu merasakan tubuh Rindu yang beberapa kali menggigil.

Gadis itu mendongak dengan mata bulatnya yang memandang Seno dengan polos.

"Asal dipeluk Paman Seno, Rindu tidak akan kedinginan." timpalnya.

Seno tersenyum kecil dan dengan gemas mendaratkan kecupannya di ujung hidung Rindu. Gadis itu terpejam dengan wajah bersemu. Dan hal itu semakin membuat Seno merasa gemas.

Ditariknya tubuh Rindu hingga berpindah duduk di atas pangkuannya. Lalu dengan mesra dia merangkul pinggang Rindu yang kecil.

"Kamu menggemaskan sekali. Paman jadi ingin menggigit kamu." kata Seno dengan raut gemas.

Rindu tertawa kecil melihat tingkah sang paman."Apa Paman sekarang berubah menjadi kanibal?" godanya.

Seno tergelak sampai kepalanya mendongak."Benar. Paman sekarang sudah berubah menjadi kanibal. Dan Paman ingin memakan kamu sekarang." balas Seno seolah benar-benar ingin memakan Rindu.

Rindu yang merasa geli sekaligus ngeri lantas berusaha untuk melepaskan diri. Namun Seno dengan kuat menahan tubuhnya agar tetap tinggal. Dan sebagai gantinya, pria itu menyerang wajah Rindu dengan banyak kecupan.

Kedua insan berbeda usia itu benar-benar lupa akan status mereka. Baik Rindu maupun Seno begitu menikmati kebersamaan mereka tanpa rasa bersalah.

"Acaranya sudah mulai lagi." celetuk Rindu ketika variety show yang mereka tonton tadi telah kembali dimulai.

Ketika Rindu hendak pindah dari pangkuan Seno, pria itu dengan sigap menahannya. Meminta Rindu untuk tetap berada di posisi tersebut.

"Duduk di sini saja." kata Seno menahan pinggang Rindu.

"Bilang saja Paman ingin mengambil kesempatan." cibir Rindu sembari merubah posisinya menjadi menghadap depan, masih di atas pangkuan sang paman.

Seno tersenyum miring tanpa merasa tersinggung."Tentu saja. Ada gadis cantik dan seksi yang duduk di atas pangkuan saya, tidak mungkin Paman lewatkan begitu saja." balasnya santai.

"Ih, dasar omes." dengus Rindu pura-pura kesal.

Seno tertawa kecil dan menarik punggung Rindu agar bersandar di dadanya. Lalu kedua tangannya kembali melingkari perut rata gadis itu.

Jika boleh jujur, Seno merasa begitu nyaman setiap berada di dekat Rindu. Entah sihir apa yang gadis itu berikan hingga membuatnya tak ingin jauh darinya.

Lambat laun ketertarikan yang pada awalnya Seno rasakan pada Rindu mulai berubah menjadi rasa sayang. Benar, pria itu mengakui jika dirinya mulai menyimpan rasa sayang pada sang keponakan. Namun bukan rasa sayang pada umumnya, melainkan perasaan sayang pada lawan jenis.

Bersama Rindu selama beberapa bulan ini, membuat hidup Seno menjadi lebih berwarna. Hidupnya yang dulunya monoton kini telah berganti karena kehadiran Rindu.

Seno tentu sadar apa yang dia rasakan pada Rindu tidak seharusnya terjadi. Begitu juga dengan hubungan mereka yang terjalin di belakang Hanum. Tapi untuk melepaskan Rindu, rasanya terlalu sulit bagi Seno. Karena dibandingkan dengan istrinya, Rindu lebih bisa membuat hidupnya berwarna.

Perhatian yang gadis itu berikan membuat Seno merasa dihargai. Bukan karena dia tidak pernah diperhatikan oleh Hanum. Mungkin karena jiwanya ingin sesuatu yang berbeda. Sehingga dia mulai melirik daun muda.

Kalian bisa menyebutnya pria brengs*k. Seno mengakuinya tanpa ingin membantah. Dia tahu apa yang dia lakukan salah. Perselingkuhan tidak pernah dibenarkan di dalam sebuah hubungan. Tapi Seno sudah terlanjur terjerumus ke dalam lembah syahwat yang dia ciptakan bersama Rindu. Hingga membuatnya tidak ingin meninggalkan kenikmatan semu itu.

"Paman kenapa?" tanya Rindu yang melihat Seno melamun. Netra jelaganya tidak sepenuhnya fokus pada tayangan yang ada di depan mereka. Entah apa yang sedang kekasih tuanya itu pikirkan.

"Tidak ada. Paman hanya sedang mengingat kejadian kemarin malam." balas Seno tersenyum simpul.

Rindu yang mendengar jawaban Seno dibuat membelalak. Tanpa bisa dicegah kedua pipinya bersemu merah begitu mengingat apa yang terjadi pada mereka kemarin malam. Dimana mereka saling bertukar peluh dan keringat. Walau tidak sampai bermain kuda-kudaan.

"Ih, Paman. Jangan diingatkan. Rindu jadi malu." rengek Rindu menutupi wajahnya yang merah padam.

Seno tidak dapat menahan tawanya begitu melihat Rindu yang tengah malu. Dan dia membiarkan gadis itu memukuli dadanya karena dirinya tidak berhenti tertawa.

Tbc.
_____

Makin hari makin menjadi aja deh mereka ><

Pesona Paman SenoWhere stories live. Discover now