Manja

21.3K 408 15
                                    

PESONA PAMAN SENO | Manja

Seno dan Rindu benar-benar pergi bersama ke bengkel ketika jarum jam menunjukkan pukul 7 pagi. Hanum sempat bertanya kenapa mereka pergi sepagi itu. Pasalnya bengkel milik Seno selalu buka pukul 9 pagi. Dan dengan tenang Seno menjawab jika mereka hendak mengecek persediaan bahan dan alat di gudang.

Melihat tidak ada gerak-gerik yang aneh antara Seno dan Rindu, Hanum terlihat langsung percaya. Wanita itu tidak sekalipun menaruh curiga pada keduanya. Sehingga dia membiarkan mereka pergi begitu saja setelah sarapan selesai.

Sepanjang perjalanan, pasangan kekasih gelap itu saling bercanda gurau. Sesekali dengan tingkah malu-malu Rindu akan mencubit pinggang Seno karena candaan pria itu.

Perjalanan mereka tak membutuhkan waktu yang lama. Cukup sepuluh menit berkendara di jalanan desa, keduanya telah sampai di depan bengkel yang masih tergembok rapat.

Seno menyodorkan kunci bengkel pada Rindu, meminta gadis itu untuk membukanya. Setelah pintu terbuka setengah, Seno lantas segera memasukkan motornya ke dalam bengkel.

"Kenapa dimasukkan, Paman?" tanya Rindu heran. Biasanya pria itu akan membiarkan motornya terparkir di depan halaman.

"Sebenarnya hari ini Paman sengaja meliburkan para karyawan agar bisa berduaan bersama kamu di sini." jawab Seno dengan senyum lebar.

Rindu yang mendengarnya tentu saja tidak menyangka. Dia tidak tahu jika pria itu akan berbuat selicik ini agar bisa menghabiskan waktu bersamanya.

"Paman nakal sekali. Jadi itu alasan kenapa Paman melarang Bibi mengirim makan siang untuk kita nanti?" tanya Rindu tersipu.

Anggukan kecil yang Seno berikan menjadi jawaban dari pertanyaan Rindu. Gadis itu tidak dapat menahan kedutan pada bibirnya.

Seno tertawa kecil melihat tingkah menggemaskan kekasih kecilnya itu. Setelah memarkirkan motornya di dalam bengkel, dia lantas mengunci pintu dari dalam. Tak ingin ada orang lain mengganggu kebersamaannya bersama Rindu.

Jantung Rindu seketika langsung berdebar begitu mereka berada di dalam tempat tertutup hanya berdua saja. Tubuhnya terasa kaku ketika merasakan kehadiran Seno yang tengah berdiri di belakangnya.

Greb

Rindu berjengit ketika Seno tiba-tiba saja memeluk dirinya dari belakang. Disusul dengan kecupan-kecupan kecil yang pria itu sematkan pada sekitar lehernya.

"Pa-man.." lirih Rindu dengan dada bergemuruh.

Seno tak bersuara sedikitpun. Yang ada justru deru napas pria itu yang terdengar memberat di telinga Rindu.

"Paman selalu seperti ini setiap berdekatan dengan kamu, Sayang." bisik Seno mengeratkan pelukannya. Hingga Rindu bisa merasakan debaran pada jantungnya.

Rindu dibuat salah tingkah begitu mendengar jantung Seno yang berdetak cepat sama seperti miliknya. Gadis itu lantas berbalik dan membuat wajahnya menubruk dada bidang Seno yang terbalut kaos polos hitam.

Wajah Rindu mendongak, menatap wajah tampan Seno yang menawan. Dari bawah sini dia diam-diam mengagumi ketampanan Seno yang tak lekang dimakan usia. Padahal pria itu telah mencapai kepala empat. Selisih 20 tahun lebih darinya.

"Paman sangat tampan." puji Rindu tanpa sadar.

Jari lentiknya bergerak menelusuri rahang Seno dan berhenti di jakun pria itu. Rindu sedikit berjinjit dan mengecup jakun Seno dengan lembut. Membuat gejolak di dalam diri pria itu kian membara.

"Kamu ingin menggoda Paman, hm?" tanya Seno tersenyum miring.

Diremasnya pinggang ramping Rindu hingga membuat gadis itu mendesis. Seno kemudian mencengkram pinggul Rindu, lalu mengangkat tubuh gadis itu dengan mudah ala koala.

Hap

Kedua lengan Rindu melingkar sempurna di leher kokoh Seno. Gadis itu kini menundukkan wajahnya, bersitatap dengan iris gelap Seno yang mempesona.

"Apa Paman akan melakukan sesuatu yang lebih dari biasanya?" tanya Rindu dengan suara tercekat.

Seno sekilas menatap wajah Rindu yang tampak tegang namun juga menantang. Dia mulai melangkahkan kakinya menuju ruang kerjanya sembari menggendong Rindu di depan. Jika seperti ini, mereka lebih pantas dilihat seperti seorang ayah dan anak gadisnya.

"Bagaimana jika Paman menginginkan kamu sekarang?" Seno melemparkan pertanyaan balik pada Rindu.

Rindu tampak gelagapan menerima pertanyaan tersebut. Sudah lama rasanya dia penasaran dengan hal itu. Namun dia tidak mungkin mengatakannya pada Seno. Dia ingin Seno yang memintanya lebih dulu.

"A-pa Paman serius ingin melakukannya sekarang?" akhirnya Rindu kembali bertanya pada Seno tanpa menjawab pertanyaan pria itu dengan jawaban yang jelas.

Seno tersenyum tipis menyadari akan kegugupan yang Rindu rasakan. Dengan lembut pria itu menurunkan Rindu di atas sofa panjang. Lalu dia membaringkan kepalanya di pangkuan gadis itu.

Wajah Seno menghadap perut Rindu yang tertutup dress selutut yang gadis itu kenakan. Tangannya melingkari pinggang ramping Rindu.

"Paman sebenarnya sedang ingin bermanja-manja bersama kamu." kata Seno sedikit tidak jelas.

Tangan Rindu terulur mengelus surai gelap Seno yang terasa lembut di indra perabanya. Wajahnya menunduk agar bisa melihat apa yang tengah Seno lakukan.

"Tapi setiap berada di dekat kamu, Paman selalu tidak bisa menahan diri. Paman ingin merasakan kehangatan kamu, Sayang. Paman ingin berada di dalam diri kamu." tutur Seno sembari menatap Rindu dengan tatapan dalam penuh damba.

Detak jantung Rindu tanpa bisa dikomando berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Gelora di dalam dirinya seketika membuncah. Apalagi ketika tangan Seno menelusup mengelus paha putihnya yang tak berpenghalang.

"Paman ingin melihat kamu mend3s4h di bawah kungkungan Paman, Sayang." kata Seno berbisik dengan sorot menggelap.



Tbc.
______

Kyaaa si om udah mulai ngode😆😆

Pesona Paman SenoWhere stories live. Discover now