Gagal

19.4K 350 16
                                    

PESONA PAMAN SENO | Gagal

Seno tersenyum sumringah begitu mendapat lampu hijau dari Rindu. Pria itu kemudian menggeser tubuhnya agar semakin turun. Lalu menaikkan kaos yang Rindu kenakan hingga menampilkan gundukan yang sedari tadi menggodanya.

Wajahnya perlahan mendekat, dengan jantungnya yang bergemuruh hebat. Namun belum sempat dia menikmati benda favoritnya itu, suara pintu rumah yang ditutup dengan begitu kencang membuat dirinya terlonjak. Begitu juga dengan gadis yang ada di bawah kungkungannya.

"Sial." desis Seno mengelus dadanya kesal.

Tak berbeda jauh dengan Seno, Rindu juga melakukan hal yang sama. Tanpa perlu menebak, mereka sudah tahu siapa yang melakukan hal itu.

"Bibi seram sekali ketika marah." celetuk Rindu sembari membenahi penampilannya. Hal itu membuat Seno mendesah kecewa.

Pria itu memberengut,"Kenapa ditutup?" tanyanya.

Rindu merasa lucu dengan ekspresi Seno saat ini. Gadis itu tertawa kecil sembari menutupi bibirnya dengan punggung tangannya.

"Kita tidak mungkin melanjutkannya, Paman. Ada Bibi di luar." kata Rindu menjawab pertanyaan dari Seno.

Seno masih terlihat kesal dengan kejadian barusan. Seharusnya saat ini dia bisa kembali menikmati kelembutan tubuh Rindu jika tidak ada gangguan dari Hanum. N*fsu telah membuatnya lupa jika apa yang akan dia lakukan pada Rindu adalah sebuah kesalahan.

"Seharusnya kita pergi saja ke bengkel agar tidak ada pengganggu." Seno menekan kata terakhirnya tanpa sadar. Yang membuat Rindu tersenyum dalam hati karena sang bibi dianggap pengganggu oleh suaminya sendiri.

"Paman lupa kalau hari ini bengkel libur? Bibi bisa curiga jika kita nekat pergi ke sana." timpal Rindu logis. Ini akhir pekan, tentu saja bengkel milik Seno sedang libur.

Menghela napas berat, Seno akhirnya menyingkir dari atas tubuh Rindu. Terduduk lesu di tepi ranjang sembari berusaha meredam gejolak di dalam dirinya.

Melihat hal itu, Rindu tersenyum tipis di balik punggung Seno tanpa pria itu sadari. Gadis itu lantas ikut bangun dan memeluk mesra sang paman dari belakang. Lalu menumpukan dagu runcingnya di pundak lebar Seno.

"Tenang, Paman Sayang. Nanti malam setelah Bibi tertidur, kita bisa melanjutkannya lagi." Rindu membelai dada Seno dengan s3nsu4l. Sembari meninggalkan kecupan di rahang pria itu.

Gila. Akhir-akhir ini Rindu semakin berani menunjukkan kenakalannya pada Seno. Gadis itu benar-benar terobsesi ingin membuat sang paman bertekuk lutut di hadapannya. Sehingga dengan mudah dia akan meminta pria itu meninggalkan bibinya.

"Lebih baik sekarang Paman segera keluar dari kamar Rindu. Sebelum Bibi mencari keberadaan Paman di sini. Rindu benar-benar takut menghadapi kemarahan Bibi jika sampai dia menemukan Paman ada di kamar Rindu." tutur Rindu dengan wajah memberengut.

Lagi-lagi Seno menarik napas beratnya dengan gusar. Dibelainya tangan mungil Rindu yang berada di dadanya. Sebelum dia kecup dengan penuh kelembutan. Dan jujur saja, perlakuan itu berhasil membuat jantung Rindu bergetar.

"Baiklah. Paman akan keluar dari kamar kamu. Tapi ingat janji kamu tadi, Sayang." balas Seno pada akhirnya. Dia akhirnya setuju untuk pergi.

Pesona Paman Senoحيث تعيش القصص. اكتشف الآن