Terjatuh

25.2K 438 13
                                    

PESONA PAMAN SENO | Terjatuh


Seno mendekap Rindu dengan begitu erat sesaat setelah permainan mereka selesai. Wajah pria itu tampak berseri karena baru saja mendapatkan servis dari sang keponakan.

"Terimakasih, Sayang. Paman senang sekali karena kamu mau memberikan harta berharga kamu untuk Paman." kata Seno mengecup puncak kepala Rindu dengan penuh kelembutan.

Rindu yang masih merasa lemas hanya bisa mengangguk lemah. Rasanya memang sangat nikmat, tapi juga melelahkan setelahnya.

Seno yang merasa sangat puas tak henti memuji Rindu dengan kata-kata manisnya. Membuat gadis itu tersipu dan hanya bisa menyembunyikan wajah merahnya di dekapan sang paman.

"Setelah ini, apa Paman akan meninggalkan Rindu?" pertanyaan itu keluar dari bibir Rindu setelah lama diam.

"Apa itu yang ada di pikiran kamu sekarang?" tanya Seno mengernyit tak suka.

Rindu mendongakkan wajahnya, bertemu pandang dengan iris gelap milik Seno yang tengah menyorotnya dengan lurus.

"Bagaimanapun Rindu hanyalah keponakan yang tidak tahu diri karena sudah tidur dengan suami bibinya." lirih Rindu dengan raut sendu. Wajahnya kembali tertunduk lesu.

Seno tentu tak suka mendengar Rindu menyalahkan dirinya sendiri. Pria itu menarik dagu Rindu agar kembali menatapnya. Lalu membungkam gadis itu dengan sebuah ciuman yang menggebu.

"Paman tidak suka mendengar kalimat kamu tadi, Sayang." desis Seno setelah melepaskan ciumannya.

"Hilangkan pikiran buruk kamu tentang Paman. Paman tidak akan pernah meninggalkan kamu. Kamu hanya milik Paman." lanjut Seno sarat akan ketegasan.

Rindu mulai bisa menguasai dirinya. Masih dengan sandiwara yang dia buat, gadis itu memperlihatkan raut sedih. Dan menatap Seno dengan netra berkaca-kaca.

"Tapi Paman bukan milik Rindu. Selamanya Rindu tidak akan pernah bisa memiliki Paman." Rindu mulai terisak, membenamkan wajahnya di dada polos Seno.

Seno terdiam mendengar apa yang Rindu ucapkan. Dia seakan kehilangan kata-katanya begitu mengingat status mereka.

Menyadari jika tak ada balasan dari Seno, membuat Rindu dilanda rasa sedih sekaligus kesal. Sedih karena sepertinya semua pengorbanan yang dia lakukan berakhir sia-sia. Nyatanya Seno tidak bisa memilih antara dirinya dengan Hanum.

Tapi bukannya Rindu tidak perlu bersedih? Dia tidak menggunakan hatinya di dalam hubungan ini bukan? Jadi untuk apa dia harus merasa sakit hati? Justru yang harus dia lakukan adalah membuat Seno benar-benar jatuh ke dalam belenggunya.

"Rindu tahu Paman tidak bisa menjawabnya. Rindu tidak akan mempermasalahkan itu, Paman. Bagi Rindu, asal Rindu bisa selalu bersama Paman, itu sudah lebih dari cukup." timpal Rindu yang tak ingin membuat hubungannya bersama Seno merenggang. Bisa saja setelah ini Seno merasa bersalah dan menjauhinya. Rindu tidak ingin hal itu terjadi.

Seno yang semula diam dengan pikiran berkecamuk tampak melunak. Dibelainya lembut wajah cantik Rindu dengan sayang.

"Terimakasih karena kamu begitu pengertian, Sayang. Yang harus kamu tahu, Paman benar-benar menyayangi kamu. Paman tidak ingin kehilangan kamu." ujar Seno tulus yang disalah artikan oleh Rindu.

Pesona Paman SenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang