[14] Sedih

75.6K 6.8K 203
                                    

Aku duduk ditepi dekat meja sembahyang adikku. Air mataku terasa habis, semuanya sudah ku keluarkan entah untuk yang keberapa kalinya. Foto Eun So terlihat jelas di sampingku dengan bunga putih yang memperindah meja dimana foto Eun So berada.

Hanya ada beberapa tamu yang mengisi meja rumah duka ini. Mengingat aku tak memiliki teman banyak di kota ini. Hanya beberapa teman dekatku yang datang mengunjungiku dan memberi doa untuk Eun So. Aku masih tak percaya dengan kenyataan ini. Aku benar-benar berharap kalau semua ini adalah hanya sebuah mimpi buruk.

"Hye Ri-ya... Berdirilah, berikan salam pada tamu," ucap Jae Min.

Ya, hanya Jae Min yang setia berada disampingku. Dia sudah seharian ini menemaniku di rumah duka yang hanya beberapa orang saja datang. Kakiku benar-benar terasa lemas ketika aku hendak akan berdiri.

"Tak apa. Kau tak usah berdiri," ucap seseorang yang aku tak tau pasti siapa. Dia membantuku untuk duduk. Yang pasti ini adalah suara cowok. Belum sempat aku melihat wajahnya, dia sudah pergi begitu saja setelah memberikan doa untuk Eun So.

"Kenapa harus seperti ini," gumamku dengan tatapan kosong, "kenapa semua orang yang berada disampingku selalu meninggalkanku?"

"Hye Ri-ya..." Jae Min memelukku. Aku tau dia juga ikut terpukul dengan kejadian ini. Karena Jae Min merasa, Eun So adalah adiknya. Mungkin Jae Min sudah menganggapnya sebagai adik kandungnya.

Batinku benar-benar terasa sakit kali ini. Aku merasa sangat tersiksa dengan kenyataan ini. Andai saja kalau aku tidak datang ke restaurant itu, mungkin aku masih bisa melihat Eun So untuk yang terakhir kalinya.

Andai saja kalau aku tidak bodoh mendengar semua perkataan Chanyeol yang mengatakan kalau Ny. Park yang menyuruhku datang. Andai saja...

Sebuah tangan membangunkanku dari lamunan panjangku. Aku mendongakkan kepalaku kearah pemilik tangan yang sedang memegang bahuku itu.

Seorang pria berkapakaian rapi, dengan jas hitamnya dan rambut yang tersisir dengan rapi. Benar-benar menyempurnakan penampilannya. Siapapun yang melihatnya mungkin akan jatuh cinta pada saat melihatnya seperti ini. Tapi untukku tidak, hatiku malah menyuruhku untuk membencinya.

Karena pria ini aku tak bisa melihat Eun So untuk yang terakhir kalinya. Karena dia, Eun So meninggalkanku. Semuanya karena dia...

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Chanyeol.

Aku hanya diam tak meresponinya. Aku hanya menatapnya tajam tanpa berusaha untuk membuka mulut. Mungkin bisa dikatakan kalau tatapanku adalah tatapan benci.

Dan tiba-tiba saja pria bernama Chanyeol itu memelukku. Dia gila! Sungguh! Bagaimana bisa dia memelukku di tengah publik seperti ini! Dan karena itu, aku bisa mendengar suara teriakan yang cukup histeris. Aku yakin itu adalah fans Chanyeol yang mengintip melalui celah pintu yang sengaja di tutup karena semua member EXO datang untuk menyampaikan bela sungkawanya padaku.

"Kau harus kuat, mengerti?" Bisiknya. Chanyeol lalu melepaskan pelukan kami dan dia berdiri di depan meja sembahyang adikku dan memberikan doa padanya, diikuti oleh member EXO lainnya. Setelah itu semua member EXO kecuali Chanyeol duduk di meja tamu, begitupun Jae Min.

Mereka benar-benar meninggalkanku dan Chanyeol sendirian di sini. Aku hanya duduk tanpa menatapnya. Hatiku masih dipenuhi rasa kebencian.

"Kau sudah makan?" Tanya Chanyeol dengan menatapku.

Aku hanya diam dan menundukkan kepalaku. Aku benar-benar masih merasa sangat sedih sekarang. Air mataku bahkan sudah habis, aku tak bisa mengeluatkan air mataku lagi untuk menangis. Menangisi kepergian Eun So sepertinya lebih terasa sangat menyakitkan ketimbang ketika Ibuku meninggal beberapa tahun lalu.

Pacar Sewaan (Park Chanyeol)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora