[17] Her

73.5K 6.7K 303
                                    

"Minumlah." Lay memberikanku gelas yang berisi air putih. Aku segera meneguknya. Sungguh, perasaanku menjadi tidak enak. Semalam aku benar-benar sudah melakukan hal yang tak seharusnya kulakukan pada Lay. Kenapa juga aku harus mengimbaskan semuanya pada Lay disaat aku memiliki amarah pada Chanyeol.

"Maaf," ucapku.

"Untuk apa?" Lay mengambil gelas yang sudah kosong dari tanganku dan menaruhnya diatas nakas yang berada tepat disampingku.

"Semalam. Tak seharusnya aku berbicara seperti itu padamu."

Lay tersenyum kecil lalu mengelus rambutku, "kau memang selalu seperti itu, 'kan? Kau tak berubah, Yoo Jin-a..."

Kali ini senyuman Lay merekah, dia bemar-benar tersenyum lebar ketika menyebut nama itu. Menyebut nama yang tak kutau siapa. Sebenarnya siapa Yoo Jin? Kenapa Chanyeol dan juga Lay terus-terusan menyebut nama perempuan itu. Apa dia adalah sepupu mereka yang sekarang hilang entah kemana?

Lay memperhatikan jam dinding yang berada tak jauh dari kami. Dia menepuk jidatnya setelah itu.

"Astaga! Aku telat! Aku ada konser hari ini!" Lay dengan cepat berdiri dan dia tiba-tiba saja mengecup dahiku sekilas sebelum pergi meninggalkanku diruangan ini.

Mataku terbelalak dengan sempurna. Kenapa dia melakukan itu? Aku mengelus dahiku--dahi bekas ciuman Lay. Dia sudah gila! Apa dia tidak sadar kalau aku adalah pacar Chanyeol--maksudku pacar sewaan Chanyeol yang orang lain pikir aku adalah pacar dari seorang Park Chanyeol sungguhan.

Ponselku tiba-tiba saja berbunyi. Aku merogoh tasku yang ada disamping ranjang dan mengambilnya.

Private Number.

Siapa yang menelponku menggunakan private number seperti ini?

Aku mengangkat telfon itu.

"Hallo..."

Tak ada jawaban dari seberang sana setelah aku mengucapkan hallo. Aku menunggu sampai mungkin 2 menit.

"Hallo... Apa ada orang disana? Bicaralah."

"Syukurlah kau baik-baik saja." Ucap si penelpon dengan suara sangat pelan dan dia langsung menutup telfonnya. Suara yang sungguh membuat jantungku berhasil berdegup dengan kencang.

Suara itu. Kenapa suara itu mirip sekali dengan suara Chanyeol? Chanyeol menelponku menggunakan private number seperti tadi? Kurasa dia tak mungkin melakukan hal itu. Apalagi si penelpon tadi mengucapkan hal seperti itu. Jadi tidak mungkin kalau itu Chanyeol. Lalu siapa?

Tapi entahlah mengapa disaat otakku mulai memikirkan siapa pria lain selain Chanyeol yang menelponku. Hatiku selalu mengatakan atau lebih tepatnya lagi berharap kalau yang menelponku tadi adalah Chanyeol. Pria yang bahkan sudah mengacuhkanku, memarahiku, selalu membuatku sebal, dan selalu memerintahku. Chanyeol juga adalah pria yang bahkan tidak pernah peduli denganku. Buktinya saja, dia tak peduli dengan perasaanku ketika semalam dia mengatakan akan membicarakan kembali soal kontrak kami.

Apakah didalam kontrak kami ada yang salah? Apa yang salah? Aku bahkan tak membuat suatu kesalahan apapun. Oh aku lupa, aku membuat 1 kesalahan yaitu aku berada didekat Lay yang seharusnya aku tak boleh berada didekat Lay. Tapi kenapa dan mengapa aku tak boleh berada didekat Lay? Dia pria baik, maksudku untukku dia adalah pria yang baik dan bukan pria jahat seperti yang dibicarakan Chanyeol.

Aku mengeluarkan diriku dari selimut putih nan tebal ini dan membuat diriku berjalan menuju kamar mandi. Karena aku harus pergi bekerja dan mendengarkan apa yang akan dibicarakan Chanyeol mengenai kontrak kami.

***

Aku mengetuk pintu ruangan yang bertuliskan 'CEO'. Yap, aku kini sudah berada di depan ruangan Chanyeol. Kuharap dia ada didalam ruangan, aku hanya ingin cepat-cepat membereskan semua masalah yang ada antara diriku dan dirinya.

Pacar Sewaan (Park Chanyeol)Where stories live. Discover now