Prolog

67.3K 6.7K 770
                                    

Kretak...

Bukan, itu bukan bunyi ranting yang patah karena tidak senggaja diinjak sendal Swallow. Itu juga bukan bunyi dengkuran perut anak-anak kost di penghujung bulan, apalagi bunyi alarm di hape emak-emak sebagai pengingat waktu suntik KB bulanan. Bukan, itu bunyi ... hati.

Yup, bunyi hati yang retak jaman kekinian memang 'kretak' karena kalau 'uhug' itu cuma bunyi batuk berdahak bapak-bapak TBC di sebelah rumah.

Dan ... pemilik bunyi kretak-kretak itu adalah Arsila Salsabila. Gadis berkebaya hijau dengan dandanan minimalis ini.

Hari ini, semesta sedang mengerjainya habis-habisan. Menyapiperahkan hatinya sedemikian rupa. Mengucek-ngucek nasibnya seperti sempak haram milik suami penyelingkuh di tangan istri-istri antagonis mereka.

Di depan sana, tepatnya di pelaminan, berdiri Jeysia Rianggita; rekan sejawat; teman seprofesi; mantan sahabat senasib yang baru saja melepaskan status jomlo lima tahunnya menjadi seorang istri.

Jika sebelum menikah dengan Koko, Gigi harus jomblo selama lima tahun, masa jomblo Salsa sendiri sudah hampir satu dekade. Seumuran dengan masa jabatan mantan Presiden SBY: dua periode. Kalau masa jomblonya itu diibaratkan seorang anak, mungkin saat ini sedang pimpin upacara di sekolahan SD. Sepuluh tahun, cuy. Sudah kelas 5 SD lah pokoknya. Apalagi kalau dia ikut kelas aksel, mungkin sekarang sudah SMP, lagi asik-asikan mabok lem di sudut sekolah dan dirotan satpam.

Gigi sudah otw membangun keluarga sakinah. Salsa? Jangankan sakinah, sanikah pun belum. Yang ada hanya sa-ki-na tuh di cini di pala pokemon. Miris... tragis!

Sebenarmya Salsa tidak akan sepatah hati ini. Tapi, masalahnya, Gigi tuh teman yang bikin Salsa nggak ngerasa sebatangkara memikul gelar senista jomlo tahunan. Karena setiap kali Salsa sedih, dia selalu menoleh ke Gigi dan mengirim sugesti ke otaknya bahwa masih ada orang lain yang bernasib sama dengannya.

Tapi, sekarang... melihat Gigi sudah dipatenkan sebagai hak milik orang lain, hati Salsa rasanya krenyes-krenyes.

Bagi Salsa, Varco tuh seperti kilat, datang-datang langsung nyambar. Enggak main-main, sambarnya langsung sampai ke depan penghulu. Lalu Salsa? Boro boroooo diperjuangin, dibiarin hidup sama yang Maha Kuasa saja sudah sukur.

Salsa bertanya dalam hati, kapan dia diberi lebel sebagai kepunyaan orang? Kapan jari-jarinya memakai cincin pemberian laki-laki yang dia cintai? Masa sekian tahun Salsa hanya memakai cincin yang dia dapat dari sabun mandi batangan berhadiah?

Jika pemandangan di depan mampu menyilet hati Salsa, pemandangan di sampingnya lebih biadab lagi. Arkhan--sumber patah hati Salsa--sedang haha hihi dengan seorang perempuan yang Salsa kenali sebagai Bilqis. Iya, mereka pegangan tangan. Dan... pakai baju samaan. Ya ampun, Salsa hampir menangis tapi dia tahan sebisa mungkin karena tidak mau merusak maskaranya.

Tidak tahan melahap semua hidangan menyakitkan itu, Salsa melipir, mencari tempat aman untuk bersembunyi. Ballroom hotel yang didominasi oleh suara berisik wedding singer pun tak lantas menghibur hatinya yang gundah gulana. Dia menerobos tamu-tamu yang berlalu lalang dan memilih berdiri di sudut ballroom itu, mengamati Gigi dan Varco di atas pelaminan yang terlihat bahagia.

Tersenyum miris, Salsa mengeluarkan ponsel lalu memotret pasangan pengantin baru itu dengan hati yang pecah berhamburan. Kali ini, serius, Salsa bahagia tapi sedih. Air mata Salsa sudah menggenang, nyaris jatuh namun ditahannya sebisa mungkin.
Ponsel yang bergetar menandakan notif WA. Dengan gerakan malas, Salsa membuka pesan tersebut.

Razika : Baper? Huh? 😊

Mata Salsa otomatis menggeledah isi Ballroom itu. Mencari sosok Rizaka di antara tamu-tamu yang datang. Namun, satu lagi getaran memutus aksinya. Cepat-cepat dia membuka chat.

Razika : Udah pengen ngerasain berdiri di pelaminan?

Sekali lagi Salsa mencari tapi dia gagal menemukan Rizaka. Dengan penasaran gadis itu mengetikan balasan.

Me : Kamu dmn Razika?

Tidak ada balasan dari Rizaka, Salsa kembali celingukan namun lagi-lagi tidak berhasil menemukan pria itu. Baru akan mengirim lagi WA untuk Rizaka, rentetan pesan dari pria itu menyerangnya.

Razika : kalau

Razika : mau

Razika : aku

Razika : bisa

Razika : jadi

Razika : orang

Razika : yang...

Dahi Salsa berlipat-lipat membaca rentetan chat itu. Dua menit dia menunggu kelanjutan. Tapi, tidak ada chat balasan lagi. Penasaran, Salsa membalas,

Me : yang?

Jeda hampir satu menit dia kembali mengulang pertanyaan yang sama.

Me : yang?

Me : yang?

"Yang berdiri di samping kamu, di atas pelaminan."

Wajah Salsa terangkat otomatis, dia menoleh dan mendapati Rizaka berdiri di sampingnya. Jantung Salsa jumpalitan saat melihat senyum yang terpahat lebar di wajah pria itu. Tampan sekali.

"Gimana, Sa? Mau nggak aku bawa kamu ke sana?" Rizaka menunjuk ke arah pelaminan. "Berdiri di sana, ngerasain jadi pusat perhatian, hanya kita berdua: aku dan kamu...."

Oh tidaaak.

Salsa nyaris ambruk karena lututnya tidak mampu menyangga bobot tubuh. Dalam hati ia menggerutu, "Sial, ini lutut apa Nutrijell?"




Post ulang sebagian besar part aaaah sambil nostalgia.

Dictionary Of Broken HeartWhere stories live. Discover now